Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

27 June 2014

Legendopedia: Empat Penunggang Kuda Akhir Zaman



EMPAT PENUNGGANG KUDA AKHIR ZAMAN
Ditemui pada : Kitab Wahyu
Anggota : Penunggang Kuda Putih (Penakluk / Wabah), Penunggang Kuda Merah (Perang), Penunggang Kuda Hitam (Kelaparan), dan Penunggang Kuda Pucat / Hijau Pucat (Maut)
Ras : ?????

==GAMBARAN UMUM==
Dalam agama Nasrani, ada kitab terakhir dari deretan kitab Perjanjian Baru yang disebut dengan Kitab Wahyu (dalam bahasa Inggris disebut ‘Revelation’). Kitab ini menceritakan tentang ramalan akhir zaman dan di dalamnya menceritakan tentang kehadiran empat penunggang kuda yang akan muncul di akhir zaman.
Dikisahkan ada sebuah buku (atau gulungan perkamen) yang dipegang oleh Tuhan di tangan kanan-Nya. Buku (atau gulungan) ini disegel dengan tujuh meterai. Empat segel pertama akan dibuka oleh Anak Domba atau Singa Yehuda – sebuah gelar yang merujuk pada Isa (atau Yesus) – dan setiap segel akan memanggil satu dari keempat penunggang kuda ini.

==PENUNGGANG PERTAMA : PENAKLUK / WABAH==
"Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan."
(Wahyu 6 : 2)
Segel pertama yang dilepas akan mendatangkan si penunggang kuda putih ini. Banyak interpretasi yang beredar mengenai apa peranan si penunggang satu ini. Ada yang mengatakan ia adalah Mesias yang datang kembali di akhir zaman. Namun kebanyakan ahli sejarah dan kitab suci Nasrani berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut mengintepretasikan sesuatu kehadiran yang dapat membuat sejumlah besar manusia takluk.
Ilmu pengetahuan modern menyebut sesuatu itu sebagai wabah penyakit. Penunggang kuda ini menunggangi kuda putih dan memakai mahkota di atas kepalanya. Ia dipercaya akan menyebarkan wabah penyakit di setiap penjuru bumi pada akhir zaman.
Beberapa ahli teologi punya pandangan lain soal penunggang ini. Kehadiran ‘Penakluk’ mereka tafsirkan sebagai kehadiran para atheis – mereka yang tidak percaya lagi akan kehadiran Tuhan.

==PENUNGGANG KEDUA : PERANG==
"Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar."
(Wahyu 6 : 4)
Penunggang kedua adalah penunggang yang muncul setelah segel kedua dilepas. Penunggang ini menaiki kuda merah dan bersenjatakan sebilah pedang besar. Dikatakan bahwa kehadirannya di bumi akan membawa perang di mana-mana, karena itu ia lazim disebut sebagai : Perang.

==PENUNGGANG KETIGA : WABAH / KELAPARAN==
".....Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: ‘Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu.’"
(Wahyu 6: 5b-6)
Timbangan yang dimaksud ini mirip dengan timbangan yang jadi simbol Pegadaian . Timbangan macam ini, pada masa-masa ketika kitab-kitab suci Nasrani ditulis lebih sering digunakan untuk menimbang bahan makanan. Karena itulah kehadiran penunggang yang satu ini sering diidentikkan dengan kelaparan.
Ada yang mengidentifikasi kehadirannya sebagai simbol penegakan keadilan. Tapi adanya kata-kata yang menyinggung soal bahan makanan rakyat jelata yang mengalami ‘inflasi’ tapi mempertahankan harga minyak (mungkin minyak zaitun) dan anggur yang notabene adalah barang konsumsi kalangan berduit pada masa itu membuat argumen bahwa penunggang ini bertugas mendatangkan kelaparan lebih masuk akal.
Penunggang ini menunggangi kuda hitam dan membawa sebuah timbangan. Sering pula digambarkan sebagai pria yang kurus kering.

==PENUNGGANG KEEMPAT : MAUT==
"Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan Hades (kerajaan maut) mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi."
(Wahyu 6: 8)
Penunggang kuda terakhir yang tampaknya tugasnya adalah ‘mengkompilasi’ segala efek yang sudah dibawa teman-temannya. Kalau dunia sudah penuh wabah, dicabik perang, dan banyak terjadi kelaparan maka yang terjadi selanjutnya sudah pasti kematian kan?
Penunggang kuda yang satu ini digambarkan menaiki kuda pucat atau berwarna hijau-kekuningan. Sering digambarkan juga sebagai kerangka hidup yang membawa sabit. Penggambaran ini mungkin dipengaruhi dengan legenda Reaper (malaikat maut) yang hidup di masyarakat abad pertengahan dan Rennaissance.

==ADAPTASI KE MEDIA POPULER==
Beberapa insan dunia kreatif seperti novelis, komikus, dan produsen video game mengadaptasi Empat Penunggang Kuda Akhir Zaman ini ke dalam berbagai karya mereka. Baik dengan mengikuti legenda dan interpretasi kitab Wahyu maupun dengan sedikit modifikasi. Beberapa karya yang mengadaptasi mitos ini antara lain :
• Is Yuniarto, komikus Indonesia dengan karyanya KNIGHTS OF APOCALYPSE http://www.goodreads.com/book/show/6602383-knights-of-apocalypse-vol-1
• Vigil Games dengan video game Darksiders http://en.wikipedia.org/wiki/Darksiders
• Terry Pratchett dan Neil Gaiman dengan karya duet mereka : GOOD OMENS, yang menempatkan empat penunggang kuda ini sebagai parodi http://www.goodreads.com/book/show/12067.Good_Omens
• Eric Kripke dengan serial televisi SUPERNATURAL yang memunculkan Para Penunggang Kuda dengan versi lebih modern, di mana tunggangan kuda mereka diganti dengan mobil . http://en.wikipedia.org/wiki/Supernatural_%28U.S._TV_series%29

Sumber: Artikel di Facebook Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official/posts/851218094890955:0

24 June 2014

Mitospedia India: Para Avatar - Matsya, Kurma, Mohini


Mitospedia India - Hindu - Vedic - Veda

AWATARA PERTAMA – MATSYA AWATARA

Ras : Awatara Wisnu
Wujud : Ikan Raksasa
Masa Kemunculan : Satya Yuga
Lawan Utama : Ashura Hayagriva

==LEGENDA==
Suatu ketika Brahma yang kelelahan setelah selesai menciptakan suatu Yuga memutuskan untuk tidur dan beristirahat. Kala Brahma tengah tertidur itulah, sesosok Ashura bernama bernama Hayagriva memasuki Brahmaloka dan mencuri Veda dari Brahma (pada saat itu Veda belum tersusun menjadi lontar / kitab seperti saat ini dan Brahma hanya mengajarkannya secara lisan kepada para brahmana). Wisnu yang tengah mengawasi dunia dari Vaikuntha langsung menyadari bahwa ada sesuatu yang diambil dari Brahmaloka. Ia juga melihat sang Ashura Hayagriva turun dari Brahmaloka dan menyelam ke dalam laut, bersembunyi di sana.

Di saat yang sama Wisnu melihat seorang raja (Manu / Prajapati) bernama Vaivasvata Manu sudah sejak lama berdoa supaya ia bisa bertemu dengan Wisnu. Karena meskipun ia putra Brahma, sulit sekali baginya untuk bisa bertemu Wisnu. Sadar bahwa Veda akan jadi sangat berbahaya di tangan Ashura (lebih berbahaya daripada memberikan tombol peluncur senjata nuklir pada seorang anak muda yang emosional ) Wisnu akhirnya turun ke dunia dan menjelma menjadi seekor ikan kecil yang berenang di sungai tempat Manu Vaivasvata biasa minum dan berdoa.

Saat Sang Manu menangkupkan tangannya untuk minum, ia mendapati seekor ikan kecil di antara kedua tangannya. Ikan kecil itu memohon agar Sang Manu bersedia membawanya menjauh dari sungai. Sang Manu menyanggupi permohonan Sang Ikan dan memasukkan ikan itu ke dalam kamandalam – teko air dari bahan logam – miliknya. Sesampainya di istana ia tetap membiarkan sang ikan dalam kamandalam, namun esok harinya ia mendengar si ikan berteriak minta tolong dan mendapati Sang Ikan sudah membesar seukuran kamandalamnya. Ia segera memasukkan ikan itu ke dalam tempayan dan tak lama kemudian ikan itu tumbuh sebesar tempayan, ia beralih menuang ikan itu ke dalam gentong air dan didapatinya ikan itu kembali membesar dengan kecepatan luar biasa.

Karena kehabisan akal, Sang Manu segera membopong ikan itu ke sungai tempat ia menemukannya dan menceburkan ikan itu ke sungai itu. Sekali lagi ikan itu membesar dengan kecepatan yang tidak wajar. Pada akhirnya Sang Manu memutuskan melempar ikan itu ke laut dan saat itu jugalah ikan itu membesar ke ukuran maksimalnya dan sebuah tanduk tumbuh di dahinya. Ukurannya ini melebihi ukuran Ashura manapun yang ada di bumi saat itu.

Sang Manu langsung bersimpuh ketika menyadari siapa sebenarnya ikan ini. Manu Vaivasvata menyatakan diri bersedia memberikan pertolongan apapun pada Wisnu tapi Wisnu mengatakan bahwa ia kemari untuk menolong Sang Manu. Ia meminta Sang Manu membuat bahtera besar dan membawa segala benih tanaman dan aneka hewan yang ada di muka bumi, serta seluruh Saptarsi (Tujuh Rsi) bersama keluarga mereka, karena Yuga ini akan segera musnah diterjang air bah. Ia juga memerintahkan Sang Manu untuk mengajak serta Raja Naga Vasuki (Basuki) supaya Sang Manu bisa menggunakan naga itu sebagai tali pengait antara bahteranya dengan tanduk Matsya.

Manu menyanggupi perintah Sang Ikan dan segera pulang untuk mengerjakan bahtera yang dimaksud. Sementara itu Matsya menyelam ke dasar samudera untuk mencari Hayagriva. Begitu menemukan Sang Ashura, Matsya langsung menyerangnya tanpa ampun. Pertarungan Matsya dan Hayagriva berlangsung relatif sebentar dibandingkan pertarungan Wisnu dengan Ashura lainnya (hanya beberapa hari). Ketika Hayagriva tewas, Matsya mengambil kembali lontar Veda yang sempat dicuri dan berenang kembali ke permukaan.

Di permukaan ia dapati Sang Manu telah menyelesaikan bahteranya. Basuki segera melilitkan ekornya di badan kapal sementara lehernya ia lilitkan ke tanduk Matsya. Setelah itu Matsya segera menghela bahtera Manu menjauh dari daratan.

Air bah dan badai berkepanjangan menerjang tak berapa lama kemudian dan Matsya membawa bahtera itu ke sebuah tempat yang aman, daratan yang tidak terjangkau air bah, dan menurunkan seluruh penumpang bahtera di sana. Sesudah tugasnya selesai, Sang Matsya kembali menjadi sosok Wisnu dan terbang kembali ke Vaikuntha.

==TRIVIA ==
• Hayagriva selain merupakan nama Ashura juga merupakan salah satu awatara Wisnu versi Bhagavata Purana.
• Selama bahtera ditarik oleh Matsya, para Manu dan Saptarsi ‘diajak ngobrol’ oleh Matsya (soal Veda tentunya )
• Basuki adalah adik dari Ananta Sesa, Ananta Sesa sendiri adalah naga yang mengabdi pada Wisnu.
• Vaisvata Manu dan Saptarsi akan menurunkan manusia-manusia yang ada di muka bumi setelah bumi mengering.



Legenda Everna - Galahasin



Regu Swarnara (atas) lawan Regu Kalingga (bawah) dalam final Piala Dunia Galahasin di Everna.


GALAHASIN Andry Chang
Legenda Everna

Sejak lahirnya peradaban dan sejarah, Jazirah Antapada di Dunia Everna didiami oleh berbagai ragam suku bangsa. Seiring makin berlipatgandanya populasi manusia, suku-suku itu makin berkembang sehingga menjadi negara-negara kota.

Selama masa itu, perang antar negara-kota untuk memperebutkan dan memperluas wilayah kekuasaan amat kerap pecah. Akibatnya, banyak negeri punah, hampir sepertiga populasi Antapada musnah, dan lebih separuh sisanya hidup amat melarat, bahkan makin tergerus akibat wabah penyakit dan kelaparan.

Menyadari “kiamat” yang akan datang ini, banyak negara-kota bertetangga yang bergabung, juga para pahlawan-negarawan yang mempersatukan negeri-negeri menjadi kerajan-kerajaan pulau yang berbatasan dengan laut.

Sejarah mencatat sedikitnya ada tujuh kerajaan besar yang berdiri di masa yang sama, di awal Zaman Raja-Raja Pulau Antapada ini. Dari barat ada Swarnara, Kalingga, Jayandra, Akhsar, Rainusa, Kepulauan Bethara, juga Dhuraga, kerajaan dengan wilayah terbesar di ujung timur.

Namun, kedamaian sejati belum tergapai. Kalingga, salah satu dari tiga kerajaan termakmur di Antapada berambisi menguasai tanah-tanah di seberang batas lautnya. Bethara ditaklukkan, Akhsar jadi sekutu Kalingga. Lewat perang berkepanjangan yang kebanyakan berlangsung di lautan, akhirnya laskar gabungan Jayandra dan Swarnara berhasil memaksa Kalingga-Akhsar melakukan gencatan senjata.

Agar perdamaian di Antapada tetap terjaga, sekaligus meredam ambisi negeri-negeri besar untuk mengadakan ekspansi, perlu ada semacam acara untuk memperingati perang besar yang baru usai ini.
Seorang bijak cendekia, ahli sihir dan filsafat yang amat terpandang di seluruh Antapada, Mpu Galahasin menciptakan dan mengusulkan sebuah pertandingan olahraga yang diadakan tiap dua tahun sekali. Olahraga ini dimainkan secara beregu di sebuah lapangan yang tak terlalu luas.

Aturan mainnya cukup sederhana. Regu pelari harus bergerak cepat, melewati hadangan regu lawan. Seorang pelari hanya boleh menerobos garis batas bila ia sudah berdua dengan pelari lainnya di petak yang sama. Bila ada satu anggota regu pelari memegang bendera di seberang lapangan, regu pelari itu mendapat satu bendera dan berganti menjadi regu penghadang. Regu pertama yang mendapat lima bendera adalah pemenangnya. Bilamana ada satu orang pelari saja yang disentuh tangan penghadang, berarti regu pelari gagal mengibar bendera dan berganti seketika menjadi penghadang.

Karena tiap regu mewakili salah satu kerajaan, yang tampil dalam permainan olahraga yang dinamai menurut penciptanya, Galahasin itu jelas adalah para pria dan atau wanita terkuat, tercepat, terlincah dan tercerdik di negerinya.

Kekuatan masing-masing negara diukur dari Kejuaraan Galahasin ini. Kehormatan dan harga diri bangsa dipertaruhkan, dibebankan di pundak kelima insan dalam pertandingan yang adil. Pelanggaran peraturan, tindakan curang dan kekerasan bakal diganjar hukuman. Para pemenang jadi pahlawan, para pecundang dihibur dan para pecurang dimaki, dicerca di kampung halaman.

Jadi, bagi pemuda bertubuh langsing bernama Kodra Bhaskara, mewakili seluruh Kalingga untuk pertama kalinya dalam Kejuaraan Galahasin Antar Kerajaan ini adalah kehormatan dan kebanggaan yang tak ternilai, tak terkatakan. Namun, itu tak membuat Kodra lupa diri. Kalingga tak pernah memboyong arca emas berbentuk Mpu Galahasin dalam dua kejuaraan sebelumnya. Kali ini, di dwitahun ketiga ini, harapan untuk berjaya bagai secercah fajar meremangi malam.

“Fajar” itu berangsur-angsur bertambah cerah ketika Kalingga mulai melibas lawan-lawannya. Menekuk Bethara dengan telak, karena regu campuran manusia-siluman ikan itu seharusnya lebih kompak bekerjasama.

Unggul tipis dari para manusia-kadal raksasa komodo dari Rainusa. Mereka memang amat kuat, licin dan gesit, namun lemah dalam menyusun strategi. Andai para manusia komodo itu mau bekerja sama dengan manusia, mungkin ceritanya bakal beda.

Kalah dari Swarnara. Kodra dan timnya kerap kesilauan melihat seragam lawan yang berkilap putih keemasan. Lebih tepat lagi, regu Kalingga memang kalah piawai dari regu Swarnara yang adalah juara Kejuaraan Galahasin pertama.

Menundukkan regu Dhuraga. Para anggota regu Dhuraga yang semuanya hidup di tengah hutan belantara seharusnya amat cekatan dan cepat larinya, namun hiasan kepala mereka yang berat membuat pergerakan mereka terhambat.

Yang sungguh membanggakan adalah kemenangan lima lawan empat bendera dari Jayandra. Sebagai juara bertahan, regu ini memang mencerminkan keunggulan nyata Jayandra sebagai negeri terkuat di Antapada. Namun, segala kemungkinan dapat bergulir di permainan Galahasin, yang terkuatpun bisa tumbang hanya karena satu kesalahan saja.

Maka, di sinilah Kodra, di sebuah arena besar di Mahesapura, ibukota Jayandra, tempat diadakannya Kejuaraan Galahasin Antar Kerajaan Antapada Ketiga ini. Ia dan tim Kalingga menghadapi tim Swarnara yang tak terkalahkan, dalam laga penentuan juara.

Kodra mengenakan rompi tenun warna-warni, bermotif hewan khas Kalingga, sejenis kerbau yang disebut anoa. Kepalanya dibebat dengan kain sarung semacam bandana, hingga rambut kehijauannya tampak berdiri semua bagai rumpun rerumputan tinggi.

Rerumputan di bawah kaki Kodra lebih hijau lagi, bertebaran di seluruh lapangan galahasin. Gunanya untuk mencegah para pemain terpeleset di lumpur bila hujan. Anehnya, rumput itu tampak amat pendek bagai permadani hijau. Pastilah pertumbuhannya dikendalikan jampi-jampi sihir atau semacamnya.

Batangan-batangan bambu yang berfungsi sebagai garis-garis batas ditanam dan diperkokoh dengan sihir. Dari udara, tampak lapangan galahasin itu jadi seperti jajaran empat bujursangkar raksasa. Panjang sisi tiap bujursangkar itu adalah dua puluh telapak kaki Mpu Galahasin, dari ujung hingga tumit. Ada dua baris, terdiri dari masing-masing dua bujursangkar. Empat penghadang berdiri di garis-garis bambu yang melintang, dan satu penjaga tengah bersiap di garis bujur terpanjang di tengah lapangan.

Dari hasil undian, Kalingga mendapat giliran sebgai tim pelari. Berdiri di sebelah bendera Kalingga bergambar semanggi berdaun empat beralaskan dua golok mandau bersilangan di dekat garis akhir, pelari utama, Kodra melirik pada rekannya sesama pelari awal, seorang gadis bernama Withali di petak pertama baris pertama. Wajah manis serta lenggak-lenggok tubuhnya yang lincah dan gemulai membuat gadis itu jadi salah satu andalan tim.

Pelari kedua Kalingga yang berjaga di petak kedua baris pertama adalah Nagta, seorang tentara yang kekar nan gagah. Di petak pertama baris kedua ada Luku-Wa, seorang wanita bermata jeli, pemimpin regu yang otaknya dipenuhi strategi. Di petak kedua baris kedua berdirilah anggota tim termuda dengan tubuh kecil mirip anak laki-laki yang baru beranjak remaja, dengan wajah mirip tapir, hewan khas Kalingga selain anoa. Namanya Tamur si Belut-Tapir, mantan anggota pasukan penyusup Kalingga.

Karena pertandingan belum dimulai, ketua regu lawan, seorang pria amat tampan dengan rambut berombak bicara pada Luku-Wa yang berhadapan dengannya, “Setelah ini selesai, kami akan mengundang Ratu Kalingga menikmati jamuan dengan Arca Galahasin bersanding dengan pusaka-pusaka emas lainnya di Istana Swarnara.”

“Ya, asal kalian pastikan dulu arca aslinya tak bersemayam di Balairung Agung Kalingga,” jawab Luku-Wa, balik bersilat lidah agar semangat timnya tetap terjaga.

“Hmph, jangan jumawa dulu. Kami sudah menaklukkan kalian di pertandingan pertama, jangan harap bisa menang kali ini juga!”

“Dalam pertandingan galahasin, tak ada yang pasti. Pertandingan kami dengan Jayandra jadi buktinya. Walau begitu, toh kami akan terus berjuang.”

“Huh, kita lihat saja apa permainanmu hari ini setajam kata-katamu,” ujar Hang Janak ketus, berusaha meredam emosinya.

Terdengar suara membahana dari podium. “Yang terhormat Mpu Galahasin sendiri akan memimpin pertandingan puncak!” Pencetus dan penggagas olahraga ini bertindak sebagai wasit,  membuat detak jantung Kodra makin cepat karena bergairah. Tampak pula raut amat bersemangat di wajah semua peserta lainnya.

Mpu Galahasin, pria sepuh berjanggut panjang dengan rambut putih berkepang sepinggang berjalan ke tengah arena. Tak hanya gerak-geriknya, penglihatannya masih tajam, bahkan suaranyapun terdengar gagah membahana. “Para pemain bersiap! Pertandingan… mulai!”

Gong berbunyi. Kodra lari dari titik awal, yaitu bendera Kalingga. Ia memilih bergabung dengan Withali di petak pertama baris pertama. Mereka hendak melewati Cut Asthi si penjaga garis lintang, seorang gadis mungil berwajah bulat dan berambut pendek. Menilik sepasang telinga lebar berbulunya, ditambah ekor pendek dari bokongnya, jelas Cut Asthi adalah siluman manusia-kancil.

Kodra melirik sekilas ke petak kedua baris pertama. Tampak Nagta berdiri santai, bahkan terpaku melihat kecantikan penghadangnya, Salikha yang bagai bidadari. Terpikat anggota regu lawan, itu pantangan keras di tiap pertandingan. Andai Kodra ingin menyeberang ke petak Nagta, ia harus melewati hadangan si penjaga garis bujur, seorang pria berkulit biru kehijauan berperawakan mirip Kodra. Namanya Yudha, wakil kaum peri air, para perenang dan penyelam terunggul di Swarnara.

“Ingat pesan Luku-Wa, Kodra,” bisik Withali sambil bergerak samping-menyamping, mencari kesempatan. “Lebih seringlah bekerjasama dengan Nagta.”

“Ya, ya,” jawab Kodra dengan nada enggan. Tiba-tiba, ia berlari amat cepat ke ujung petak untuk melewati… Cut Asthi.

“Hah, mudah terbaca!” Tersenyum penuh kemenangan, si siluman kancil melesat untuk menyentuh Kodra. Tiba-tiba Kodra malah melompat mundur, memanfaatkan ingatannya akan “kecepatan kancil” Asthi dan menghindar dari sentuhan tangannya. Asthi terkesiap, lantas lari ke sisi satunya saat melihat Withali hampir melewati garis bambu tepat ke titik tengah lapangan.

“Eit, jangan harap!” Yudha juga ikut menghadang Withali. Namun gadis itu tiba-tiba berhenti di luar jangkauan tangan kedua penghadangnya. Asthi dan Yudha baru sadar mereka tertipu saat tiba-tiba Kodra melesat dari belakang rekannya secepat kilat. Ia melewati garis bambu dan bergabung di petak sebelah bersama Nagta.

“Lihat siapa yang akhirnya bergabung,” sindir Nagta si prajurit kekar.

Kodra balas menyindir, “Aku ingin menyapa siluman musang berkulit bidadari itu sebentar.”

“Hei, enak saja! Dia bagianku!” Nagta berlari ke arah yang sama dengan Kodra, seakan ingin mencegahnya “main mata” dengan Salikha. Salikha sendiri melihat kesempatan emas, berlari ke ujung terjauh petak agar bisa menyentuh dua lawan sekaligus.

Namun sekali lagi, dengan gerakan amat cepat Kodra berputar balik sambil bertumpu pada satu kaki, dengan mudah melewati Nagta dan Salikha sekaligus. Ia lantas berlari tanpa henti untuk melewati si anggota pria bertubuh paling besar di regu Swarnara, Bur-Gai dari tengah lapangan.

“Dasar nekad! Habislah kau!” teriak Bur-Gai sambil bergerak untuk menghadang, dibantu Yudha di garis bujur. Kodra memang nekad, ia berlari terlalu ke tengah dan malah melamban hingga Yudha berhasil menyentuhnya. Si pemuda biru melonjak kesenangan.

Melihat itu, Kodra malah tersenyum sambil berkata, “Jangan terlalu yakin, bung. Lihat baik-baik.”

Yudha dan Bur-Gai menoleh ke arah yang ditunjuk Kodra. Tampak Tamur, si manusia-tapir mungil telah berdiri di seberang garis akhir sambil memegang tiang bendera Swarnara. Walau posisinya tadi di belakang Kodra, kecepatan lari Tamur memang melebihi Kodra hingga ia menyentuh bendera persis sepersekian detik sebelum Kodra tersentuh lawan.

Pandangan semua insan, baik pemain dan penonton beralih seketika pada sang wasit, Mpu Galahasin yang merentangkan telapak tangan ke arah bendera Kalingga sambil berseru, “Satu bendera untuk Kalingga!”

“Bagus, Tamur!” Kodra mengacungkan jempol ke arah Tamur, dibalas tatapan dingin si siluman tapir.
 “Dasar pemuda nekad,” decak Tamur kesal. Andai Tamur tak cukup cepat, bendera pertama di papan nilai Kalingga pasti tak jadi berkibar.

Ketua regu, Luku-Wapun menegur Kodra, “Tolong lebih hati-hati, Kodra. Swarnara terlalu tangguh untuk kauhadapi sendirian saja.”

“Ya, ya.” Lagi-lagi Kodra menanggapinya dengan malas.

Namun sikap masa bodoh pemuda belia itu lagi-lagi diganjar dengan kenyataan pahit. Kejadian di pertandingan pertama Kalingga-Swarnara terulang kembali.

Bur-Gai, si pria besar dengan seikat rambut berkibar mirip rambut jin bertengger di pucuk kepala plontosnya ternyata amat lincah. Sekali lagi, dia menerobos halangan Tamur dengan bantuan Yudha. Kodra berusaha meraih Bur-Gai yang bergerak menyilang ke petak baris dua.

“Kena kau, sasaran besar!” Tangan Kodra jelas menjangkau tubuh Bur-Gai, namun lagi-lagi hanya menyentuh udara.

Kodra hanya bisa ternganga saat si pria besar bergabung dengan Salikha di posisi ujung tombak. Keduanya mengecoh Nagta, si bidadari menyusup dengan gemulai, membelai lembut bendera Kalingga penuh kemenangan. Nagta hanya bisa gigit jari, bertekad takkan terpikat lawan lagi. Kalingga satu bendera, Swarnara satu bendera.

Kekuatiran Kodra lain lagi. Tenang, tenang, kau bisa mengatasi si raksasa itu, Kodra menenangkan diri sendiri. Kau bisa belajar dari pengalaman di pertandingan yang lalu. Kau pasti bisa.
Mungkin Kodra memang bisa, namun kenyataan berkata beda. Lagi-lagi menerobos langsung sebagai pelari utama, Kodra terpaksa menghindari sapuan tangan Bur-Gai yang bagai sayap naga raksasa. Kodra berhasil, namun ia lantas disambut sentuhan tangan Yudha di tubuhnya.

Kali ini, Luku-Wa tak segan-segan menegur keras, “Sekali lagi kau beraksi sendirian, Kodra, kau bakal terus main galahasin sendirian di kampungmu – selamanya. Mengerti?”
“Ya, aku mengerti.” Kodra tak berani mengeluh lagi.

==oOo==

18 June 2014

Mitospedia India - Wisnu, Sang Penjaga Semesta


Mitospedia India - Veda - Vedic - Hindu
WISNU – PENJAGA SEMESTA

Nama lain : Vishnu, Paramatman, Hari, Narayana, Vishnusahasranama
Arti Nama : Akar / Sesuatu yang menempati segalanya
Ras : Trimurti
Awatara : Dasa Awatara Wisnu, 22 Awatara, Arjuna
Peran : Penjaga Semesta dan Pelindung Umat Manusia.
Wahana : Garuda / Garudeya
Realm : Vaikuntha atau Kshira Sagar
Pasangan : Laksmi

“Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).

Untuk menyelamatkan orang-orang benar
dan membinasakan orang jahat,
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.”

(Bhagavad-gītā, 4.7-8)

==SEKILAS PANDANG==
Wisnu adalah Trimurti kedua dan bertugas melindungi umat manusia (orang-orang benar) dari kejahatan (adharma) kala adharma melanggar batas keseimbangan. Untuk tujuan inilah Wisnu berkali-kali turun ke dunia dan menjelma ke dalam berbagai rupa (awatara).

Wisnu digambarkan agak mirip dengan Siwa – seorang pria berkulit biru kehitaman / biru gelap– dengan empat lengan, mengenakan kalung permata (Kaustubha) dan kalung rangkaian bunga, mahkota emas yang biasa dipakai raja-raja, serta giwang di kedua tangannya. Kadang digambarkan berada di pundak Garuda atau berbaring di tubuh Ananta Sesa – ular suci berkepala sepuluh.

Keempat lengan Wisnu juga memegang empat benda, sama seperti Brahma yakni :
• Terompet kulit kerang (sangkakala) atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
• Cakram Sudarshana, senjata berputar dengan gerigi tajam dipegang tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana sendiri punya arti : pandangan yang baik.
• Gada Komodaki (Kaumodaki), dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan senjata penghancur keterikatan pada harta benda.
• Bunga teratai atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan Satya (Kebenaran).

Hubungan Wisnu dengan Trimurti lainnya cukup baik (kecuali saat bertengkar dengan Brahma soal siapa yang lebih superior). Memiliki watak paling sabar kedua di antara ketiga Trimurti (yang pertama adalah Brahma) meski kadang tidak mentoleransi sama sekali akan keberadaan Ashura. Di antara para Trimurti, Wisnu adalah yang paling dibenci para Ashura.

Saat adharma melanggar batas, Wisnu akan menjelma menjadi awatara ke dunia manusia. Ada dua versi awatara ini. Yang pertama adalah Dasa Awatara dan yang kedua adalah 22 Awatara Bhagavata Purana.

Sehari-harinya, saat tidak menjelma menjadi awatara, Wisnu akan berada di Kshira Sagar (lautan susu), berbaring di perut Ananta Sesa, atau berada di kediaman beliau di Vaikuntha – semesta paralel yang Wisnu diami bersama Laksmi, Garuda, dan para Dwarapala (golongan gandarwa yang bertugas menjaga gerbang Vaikuntha).

==DASA AWATARA WISNU==
Adalah sepuluh awatara Wisnu yang tercatat telah dan akan menjelma dalam Mahayuga kali ini. Kesepuluh Awatara ini antara lain :

• Matsya Awatara, ikan raksasa, muncul saat Satya Yuga
• Kurma Awatara, kura-kura raksasa, muncul saat Satya Yuga. Kemunculannya disertai juga dengan kemunculan Mohini (wujud Wisnu sebagai seorang wanita)
• Waraha Awatara, babi hutan , muncul saat Satya Yuga
• Narasimha Awatara, manusia berkepala singa, muncul saat Satya Yuga
• Wamana Awatara, brahmana cebol, muncul saat Treta Yuga
• Parasurama Awatara, brahmana bersenjatakan kapak, muncul saat Treta Yuga
• Rama Awatara, sang ksatria, muncul saat Treta Yuga
• Kresna Awatara, putra Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga
• Buddha Awatara, pangeran Siddharta Gautama, muncul saat Kali Yuga
• Kalki Awatara, sang pemusnah, muncul saat Kali Yuga

Kalau Fantasianers merasa salah lihat dengan adanya ‘Buddha’ di situ, kesalahan bukan ada di mata Fantasianers, atau Mimin yang salah ketik . Buddha Gautama memang diakui sebagai salah satu awatara Wisnu di kalangan penganut Hindu. Meski ada juga yang tidak mau mengakui versi ini dan menyediakan versi lain yakni :
• Matsya Awatara
• Kurma Awatara
• Waraha Awatara
• Narasimha Awatara
• Wamana Awatara
• Parasurama Awatara
• Rama Awatara
• Balarama Awatara (atau biasa disebut Baladewa) – saudara Kresna.
• Kresna Awatara
• Kalki Awatara

==22 AVATAR BHAGAVATA PURANA==

• Empat Kumara (Catursana)– empat putra kembar Brahma. Sepanjang masa selalu berwujud anak kecil..
• Varaha
• Narada – brahmana pengembara, di pewayangan Jawa digambarkan sebagai dewa penasihat kahyangan dengan sosok gendut serta wajah buruk rupa. Di versi aslinya wajah dan posturnya tidak seburuk itu.
• Nara-Narayana – rsi kembar. Dalam satu versi Mahabaratha dikisahkan bahwa Arjuna adalah titisan Nara sementara Kresna adalah titisan Narayana. Karena itu kadang secara de-facto Arjuna dianggap sebagai Awatara Wisnu.
• Kapila– seorang rsi dari Mahabharata, putra Kardama Muni dan Devahuti
• Dattatreya–avatar gabungan para Trimurti.
• Yajna– Raja kahyangan (Indra) yang pertama.
• Rishabha– ayah dari Raja Bharata and Bahubali
• Prithu – seorang raja yang menikahi Pertiwi – dewi bumi.
• Matsya
• Kurma
• Dhanvantari – dokter para dewa (selain Aswin), mengajarkan Ayuverdha (ilmu pengobatan).
• Mohini – wanita yang mempesona
• Narasimha
• Vamana
• Parashurama
• Vyasa (Byasa) – penyusun Veda, penulis kitab Purana dan epos Mahabaratha.
• Rama
• Krishna
• Balarama
• Buddha
• Kalki

==AWATARA WISNU DI NUSANTARA==
Legenda yang berkembang di Nusantara Kuno pada masa kerajaan Hindu-Buddha meyakini beberapa raja mereka adalah penjelmaan Wisnu. Misalnya Ken Arok – pendiri Kerajaaan Singosari – atau Airlangga – pendiri Kerajaan Daha (Kahuripan).

Dalam pentas pewayangan Jawa sendiri Wisnu tidak lagi diceritakan sebagai salah satu dari tiga Trimurti, melainkan anak dari Bathara Guru (Siwa). Aneka pakem wayang mengisahkan berbagai versi mengenai awatara-awatara Wisnu. Berikut Mimin berikan salah satu versinya saja :


• Srimaharaja Kanwa.
• Resi Wisnungkara
• Prabu Arjunasasrabahu – hidup di zaman yang sama dengan Parasurama.
• Sri Ramawijaya – Rama Awatara
• Sri Batara Kresna – Kresna Awatara
• Prabu Airlangga – pendiri kerajaan Kahuripan.
• Prabu Jayabaya – raja Kediri
• Prabu Anglingdarma – raja Malawapati – diduga berada di sekitar Bojonegoro
• Prabu Ken Arok – pendiri kerajaan Singosari.
• Prabu Kertawardhana – Damar Wulan.

17 June 2014

Final Cerdas Cermat Fantasi: PNFI vs Vandaria

s
Sumber: http://youtu.be/mxGokfZCDTM

Frodo vs. Gollum "Lord of the Rings" vs Ron & Hermy "Harry Potter"

Dokumentasi dari acara Cerdas Cermat Fantasi di event Fantasy Geeks oleh Fantasious & Kastil Fantasi di Istora Senayan, Jakarta (Jakarta Book Fair 2014).

Channel Fantasious di YouTube: 
 http://www.youtube.com/channel/UCcwdte6El-0RJN0La1TKwng

13 June 2014

Mitospedia India - Saraswati

Figur Saraswati, versi Hindu Bali

Mitospedia India dan Hindu
SARASWATI – DEWI PENGETAHUAN

Nama lain : Sharada, Veenapani, Pustaka dharini, Vidyadayini, Sarasvati, Mahadewi Saraswati.
Peran : Dewi pengetahuan, kesenian, kebijaksanaan, dan inspirasi
Arti Nama : Esensi Diri, Wanita (Agung) Yang Mengalirkan Pengetahuan
Realm : Brahmaloka
Wahana : Angsa atau Merak
Ras : Devi / Dewi
Afiliasi : Tridevi
Pasangan : Brahma

==PENGGAMBARAN==
Saraswati adalah pasangan Brahma. Biasa digambarkan sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri (inner beauty kalau orang modern bilang). Saraswati kadang digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, atau angsa, atau burung merak, atau digambarkan bersama ketiga-tiganya. Wahananya sama dengan Brahma yakni angsa, meski kadang ia juga menunggangi merak.

Dewi Saraswati memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan yakni pikiran, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:

• Lontar (buku), adalah kitab suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal, abadi, dan ilmu sejati.
• Genitri (tasbih / jalma-mala), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
• Wina (kecapi / rebab), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
• Damaru (kendang kecil).

Wahana Angsa Saraswati sendiri merupakan semacam simbol penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya (ketidakterikatan) yang sempurna, karena angsa memiliki kemampuan memilah makanan di antara lumpur (yang tak bisa dimakan) – memilah yang baik dan yang buruk. Angsa juga mampu berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, bahwa seorang yang bijaksana bisa hidup layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.

==SARASWATI DALAM RAMAYANA==

Dewi Saraswati muncul dalam Utara Kanda, bagian epos Ramayana yang menceritakan saat Dasa Muka (Rahwana) dan ketiga saudaranya yakni Kumbakarna, Surpanaka, dan Wibisana bertapa dan bersemedi memohon anugerah dewa di Gunung Gokarna. Melihat tapa keempat saudara itu, Dewa Brahma akhirnya turun dan berniat memberikan anugerah pada keempat bersaudara itu.

Pertama-tama Dewa Brahma mendatangi Rahwana. Dewa Brahma menanyakan tentang apa yang diharapkan dalam tapanya ini. Rahwama mengajukan permohonan supaya Dewa Brahma menganugerahkan padanya seluruh kekuasaan di atas dunia. Di mana semua dewa, gandarwa, manusia dan seluruh makhluk di dunia ini tunduk padanya. Permohonan Rahwana ini dikabulkan.

Selanjutnya Dewa Brahma menuju pertapaan Wibisana dan menanyakan apa yang akan ia minta. Wibisana memohon agar Dewa Brahma memberikan anugerah berupa kesehatan dan ketenangan rohani, memiliki sifat-sifat utama, dan taat melakukan pemujaan kepada Brahman (Tuhan). Dewa Brahma mengabulkan permohonan Wibisana.

Begitu Dewa Brahma akan beranjak menuju pertapaan Kumbakarna para dewa berdatang sembah kepada Dewa Brahma dan memohon agar Dewa Brahma tidak mengabulkan apapun permohonan Kumbakarna. Pasalnya, Kumbakarna adalah raksasa yang maha hebat (bahkan dikatakan ia punya potensi melampaui Rahwana). Kalau ia punya kesaktian lebih dari yang sudah ia miliki, keselamatan manusia di dunia akan terancam. Meskipun ada ‘nota protes’ macam itu, Dewa Brahma tetap nekad memberikan anugerah. Sebab, jika tidak, Brahma merasa berlaku tidak adil kepada ketiga putra Resi Waisrawa. Apalagi Kumbakarna juga melakukan tapa yang tekun sehingga layak mendapat anugerah. Namun untuk memenuhi permohonan para dewa itu, Dewa Brahma punya akal. Ia memanggil istrinya, Dewi Saraswati, dan mengutusnya supaya berstana (berdiam) di lidah Kumbakarna dan membuat lidahnya salah ucap.

Setelah itu Dewa Brahma datang memberikan anugerah pada Kumbakarna. Kumbakarna memohon anugerah yakni agar selama hidupnya selalu senang. Semestinya ia mengucapkan "suka sada" (selalu senang), namun akibat Saraswati membelokkan lidah Kumbakarna, ucapan yang terlontar dari mulut raksasa tinggi besar itu adalah "supta sada" yang artinya selalu tidur. Andaikata Kumbakarna mendapatkan anugerah hidup selalu senang, maka besar kemungkinannya kondisi masa itu akan jadi lebih buruk. Seorang Rahwana saja sudah membuat seluruh raja di dunia manusia serta dewata kahyangan kerepotan, apalagi kalau ditambah dengan Kumbakarna. Ikut campurnya Dewi Saraswati dalam peristiwa ini setidaknya berhasil meminimalisir ‘dampak buruk’ duet Rahwana-Kumbakarna. Namun atas permohonan Rahwana, Brahma akhirnya mengurangi efek anugerah ini. Kumbakarna tidak akan tidur sepanjang masa. Ia hanya akan tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan berikutnya.



Mistipedia Nusantara - Hudoq


Mitospedia - Mistipedia Nusantara
HUDOQ – ROH-ROH YANG MENJELMA

Nama asli : Jeliwan Tok Hudoq
Daerah Asal : Kalimantan Timur (Kutai)
Dipercayai oleh : Suku Dayak Bahau dan Modang
Arti Nama : Menjelma

==SEKILAS PANDANG==
Di kalangan masyarakat Dayak Bahau dan Modang ada kepercayaan mengenai sekelompok makhluk bernama Hudoq. Mereka adalah para abdi Asung Luhung (Ibu Besar) – entitas adikodrati yang menurunkan manusia-manusia di muka bumi, tepatnya di kawasan hulu Sungai Mahakam Apo Kayan. Sama seperti kepercayaan tradisional lainnya, baik dan buruk tidak dianggap sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan dua hal yang bersisian. Hudoq terdiri dari tiga kalangan yakni hudoq hama, hudoq elang, dan hudoq punan (manusia). Hudoq hama adalah hudoq yang membawa hama kepada tanaman-tanaman padi, hudoq elang dianggap sebagai hudoq yang melindungi manusia, dan hudoq punan adalah manifestasi roh leluhur yang telah berpulang. Hudoq hama berjumlah 11 orang, hudoq elang satu orang, dan hudoq punan dua orang.

Versi lain mengatakan bahwa para seluruh hudoq adalah roh baik. Namun karena wajah mereka mengerikan, mereka mendatangani manusia dengan mengenakan baju samaran setengah manusia dan setengah burung. Saat mereka tiba di perkampungan mereka berdialog dengan para manusia, memberikan benih tanaman pangan dan tanaman obat serta mengajari manusia aneka kegunaan dari tanaman-tanaman itu. Dalam versi ini, 13 Hudoq adalah manifestasi dari 13 Hunyang Tenangan – dewa pemelihara tanaman padi.

Nama hudoq sendiri artinya menjelma, dinamakan begitu karena roh-roh ini mengambil rupa lain (setengah burung setengah manusia) saat berhadapan dengan manusia.

==TARIAN HUDOQ==
Kisah tentang hudoq saat ini lazim ditampilkan melalui tarian. Para penari akan mengenakan topeng yang juga disebut hudoq. Topeng hudoq ini digambarkan menyerupai muka babi, monyet, atau binatang-binatang lain yang dianggap sebagai hama (berjumlah 11 binatang). Ada juga hudoq burung elang yang merupakan lambang binatang pelindung dan pemelihara hasil panen masyarakat. Selain itu ada juga topeng hudoq yang berwujud manusia sebagai simbol nenek moyang.

Tarian hudoq pada masyarakat Dayak biasanya ditampilkan ketika hendak membuka lahan pertanian. Tarian ini merupakan salah satu tahapan dalam tradisi masyarakat Dayak yang disebut ‘laliq ugal’. Tarian ini akan dipertunjukkan ketika kepala suku telah menetapkan akan membuka lahan dan selesainya acara persembahan delapan buah telur kepada leluhur.

Selain mengenakan topeng yang merepresentasikan karakter penghancur, pelindung, dan karakter leluhur, penari hudoq juga mengenakan baju yang umumnya berwarna hijau. Baju ini dibuat seperti dedaunan yang menempel di badan penari. Baju hijau ini memang menyimbolkan dedaunan yang akan terus menghijau selama kepala suku membuka lahan garapan.

Tarian ini adalah bagian dari upacara. Upacara dimulai ketika seorang Pawang, pemimpin upacara, mulai mengumumkan tujuan upacara, diikuti permohonan agar para roh memasuki para penari. Sesaji dipersiapkan, sementara pawang bememang (mengucapkan) mantra dihadapan para penari Hudoq yang telah berbusana lengkap. Sebelas penari duduk berbaris di tengah arena. Pawang menaburkan beras kuning ke kepala para penari sebagai tanda upacara dimulai. Satu demi satu para penari berdiri dan berjalan pelan sesuai dengan tempo musik. Adapun musik pengiringnya adalah berupa gong dan tubun – sebuah gendang kecil yang dapat digenggam, dilapisi besisi (kulit kadal) pada salah satu sisinya dan diikat kuat dengan rotan. Kemudian para penari bergerak ke dalam lingkaran, tangan melambai, badan berayun, kaki menghentak, kemudian kembali ke tengah lingkaran dimana para roh akan merasuk, setelah itu mereka kembali menari. Saat itu pawang menyampaikan pesan kepada roh yang menguasai penari dengan mengucapkan mantra lagi, yakni mantra suci yang panjang. Maksud dari mantra tersebut adalah untuk meminta pada roh-roh agar menjaga tanaman mereka, menjauhkan hama yang membahayakan, dan melindungi penduduk desa. 


Selanjutnya pawang mendekati para penari dan menghimbau para roh agar kembali ke asal masing-masing baik di hutan, gunung, empat penjuru angin, gua, atau tempat yang lain. Para penari kembali ke tengah arena dan disadarkan kembali oleh para pawang. Setelah melepas topeng dan busana, mereka bergabung dengan para penonton. Upacara pun berakhir. Namun, ada juga tata cara lain pelaksanaan upacara ini yang tidak seperti tertulis di atas. Adapun upacara tersebut akan benar-benar selesai ketika dua penari bertopeng manusia (hudoq punan) tiba-tiba muncul dan memburu kesebelas penari ke luar desa, diikuti para hadirin. Upacara ini berlangsung selama satu sampai lima jam.

Sumber: Facebook Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official

12 June 2014

GARDA - Perebutan Kristal Langit


GARDA, Ksatria Dari Cassiopeia
Perebutan Kristal Langit

Penulis: Ahmad Sufiatur R.
Ukuran: 14 x 20 cm
Tebal: vi + 242 hlm
Penerbit: Tangga Pustaka
ISBN: 979-083-091-2 


GARDA hendak menjerit, tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Api dari batu meteor membakar jaketnya. Dadanya serasa terbakar sampai ke tulang.

Meski kesakitan, tapi ia masih berusaha berdiri. Ia tercengang melihat batu meteor terbenam di dadanya. Batu meteor yang mengilap bagai kristal hitam. Bara api terlihat menyala di dalamnya. Langkah Garda mulai limbung. Ia tidak percaya sebuah batu meteor tertanam di dadanya dan ia masih hidup!
Apa yang telah terjadi padaku?



Sinopsis:

NASIB Garda Kejora, remaja berusia sembilan belas, berubah drastis setelah sebuah kejadian supranatural menimpa dirinya. Tiba-tiba sebuah kekuatan super seperti para dewa Mahabarata merasuk ke dalam tubuhnya. Dewa yang bukan berasal dari bumi, namun dari luar angkasa nun jauh di sana, tepatnya di rasi Cassiopeia.

Kejadiannya berawal ketika Garda menjadi pemandu kemping ke Bromo bersama teman-temannya. Ia tengah bersama Revina, sahabat mesranya di kampus. Malam itu terjadi hujan meteor Perseids yang melewati belahan dunia termasuk kawasan Indonesia.

Mereka tidak menyadari bahwa ratusan cahaya aneh yang mendekat ke bumi telah menyebabkan hujan meteor itu. Meteor yang bergerak melewati jalur Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire seperti bisa berpikir, seperti memiliki tujuan.

Garda membawa handycam demi merekam hujan meteor Perseids malam itu. Langit malam yang gelap tiba-tiba berubah menjadi terang benderang karena dipenuhi cahayadari hujan meteor yang mencengangkan. Ia tersadar meteor-meteor itu mengarah ketempatnya!

Garda berusaha melindungi Revina ketika berusaha menyelamatkan diri dari puluhan meteor yang menghantam bumi di sekitar mereka. Ia melompat ke atas motor trail. Namun, meteor itu mengejarnya dan berhasil menghantam dadanya.

Ketika Garda siuman, ia sudah berada di ruang UGD. Para dokter hendak mengeluarkan batu meteor berbentuk bintang di dadanya. Namun pisau bedah tak mampu melukainya. Ia pun berusaha membebaskan diri. Ia tidak sengaja merusak pegangan pintu besi. Ia heran saat merasakan kekuatan super dalam tubuhnya.

Garda melihat batu kristal hitam yangtertanam di dadanya. Api merah terlihat menyala di dalam kristal itu.

Di kampus, Gardamenemukan perubahan pada teman-temannya yang ikut kemping ke Bromo. Revinatiba-tiba memiliki kekuatan dan hendak menangkap Garda dengan panah berapinya.Namun Garda berhasil lolos.

Garda berusaha menghindari sosok raksasayang memburunya. Ia berusaha memecahkan misteri kekuatan yang dimilikinya. NovaSpica, Si Ratu Kutu Buku yang menemaninya menyelidiki misteri itu. Kasus misterius terjadi di kampusnya. Seorang mahasiswa ditemukan tak bernyawa dikelasnya. Sesuatu seperti telah diambil dari dalam betisnya, seperti pecahan meteor. Polisi menjadikan Garda sebagai tersangka.

Garda berusaha memecahkan misteri kekuatanyang berada dalam dirinya. Ia bertemu dengan teman dan lawan baru yang memiliki kekuatan yang sama seperti dirinya, bahkan ada yang jauh lebih kuat darinya, namun bukan superhero jika tidak berusaha bukan?

Di dalam kristal langit yang jatuh ke bumi terdapat sosok raksasa bernama Gakasha. Dalam keadaan terdesak tubuh Garda berubah menjadi raksasa berkulit hitam legam, bertaring dan bercakar tajam. Otot-ototnya sekeras baja. Ia dapat terbang tanpa sayap. Namun, ia harus mengendalikan kekuatan yang mengerikan itu. Perempuan misterius itu membantunya melawan para raksasa pemburu. Ia bersenjatakan panah es. Nama gadis itu Gaby Mikaila dari klan Gabrill bangsa Angela. Panah es miliknya dapat meredakan kemarahan raksasa dalam tubuh Garda walau sejenak.

Bangsa Angela memutuskan menanam kristal langit dalam dada raksasa Gakasha sejak anak-anak yang lahir dari kawah berapi. Namun kekuatan Gakasha yang mengerikan tidak terkendali. Akhirnya bangsa Angela menembakkan panah es kepada tubuh raksasa itu. Gakasha menyesal telah menghabisi bangsanya sendiri. Ia memohon diturunkan ke bumi. Mempercayakan kekuatan maha dahsyat kepada makhluk lemah seperti manusia bukannya tidak beresiko. Namun, ada yang tidak dimiliki bangsa raksasa, yaitu kekuatan hati manusia.

Bisakah Garda mengemban kekuatan maha dahsyat dewata dalam tubuhnya?
Walau Garda bisa tewas untuk kedua kalinya?
Ya, Garda sebenarnya telah tewas ketika pertama kali dihantam meteor di Bromo.
Ini adalah kisah kehidupan keduanya.

Empat wujud GARDA - Level 1 sampai yang hyper :p


Sumber Video Trailer: http://youtu.be/YElDtDkPg9A

Untuk mendapatkan novel ini, silakan kunjungi toko-toko buku kesayangan anda.
Untuk keterangan lebih lanjut, kunjungi website Tangga Pustaka di:
http://www.tanggapustaka.com/novel/garda-ksatria-dari-cassiopeia

10 June 2014

Mitospedia India - Brahma, Sang Pencipta


Mitospedia India / Vedic / Veda
BRAHMA – SANG PENCIPTA

Nama lain : Brahmin, Berahma, Berma, Bromo, Brama, Piraman, Prajapati, Thada Phrom, Utpati
Peran : Pencipta Semesta
Arti Nama : Mantera Suci (Brahma), Pencipta (Utpati), Api (Bromo/Brama)
Realm : Brahmaloka
Wahana : Hamsa (Angsa)
Ras : Trimurti
Awatara : Dattareya

Halo Fantasianers! Sekali lagi kita ketemu lagi di sesi #PantheonExplorer. Tempo hari kita sudah membahas tentang Brahman atau Sang Hyang Widhi sebagai Keberadaan Yang Maha Tinggi dan kali ini kita akan membahas salah satu dari Trimurti – manifestasi utama Brahman yakni Brahma.

==SEKILAS PANDANG==

Brahma adalah sosok pertama dari Tiga Trimurti yang biasanya digambarkan sebagai pria tua yang hanya mengenakan pakaian kain putih serta memiliki empat wajah (Chatur Mukha Brahma). Empat wajahnya ini melambangkan empat zaman (yuga) yakni : Satya, Treta, Dwapara, dan Kali; juga melambangkan empat warna (yang sering salah disebut sebagai kasta) : Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Brahma memiliki empat lengan yang biasanya menggenggam beberapa benda seperti : akshamala (tasbih), kurcha (rumput kursha), padma (bunga teratai), sendok, kamandala (kendi air), atau pustaka (kitab / buku).

Sebagaimana banyak dideskripsikan dalam Veda, Brahma adalah Trimurti yang bertugas menciptakan semesta dari ketiadaan atau menciptakan ulang dunia pasca dihancurkan oleh Siwa. Terkadang saat ‘sandhya’ – kehancuran parsial – yang terjadi terlalu parah(misalnya saat dunia diterjang banjir besar pada masa Satya-Yuga), Brahma akan datang untuk menciptakan bagian-bagian dunia yang hancur atau perlu ‘diperbaiki’. Ia akan terus melakukan ini selama dirinya masih hidup. Brahma akan hidup selama 72.000 kalpa atau setara dengan 311.040.000.000.000 tahun. Setelah itu, seluruh semesta akan bersatu kembali kepada Brahman (Keberadaan Yang Mahatinggi).

Brahma tinggal di sebuah tempat bernama Brahmaloka, tempat di mana atma para brahmana terpilih yang telah wafat akan masuk ke tempat ini untuk belajar langsung kepada Brahma. Di Brahmaloka ini pula, Brahma tinggal bersama pasangannya, Saraswati, seorang dewi yang dipercaya sebagai dewi ilmu pengetahuan. Secara teknis Saraswati adalah putri Brahma karena ia lahir bersamaan dengan para Prajapati. Baik Brahma maupun Saraswati menaiki wahana (hewan tunggangan) yang sama yakni angsa. Khusus untuk Brahma, angsanya memiliki nama Hamsa.

==PRAJAPATI==
Prajapati adalah sejumlah rsi dari golongan dewata yang lahir bersamaan saat Brahma tengah melakukan penciptaan kosmis. Mereka adalah yang ditunjuk untuk menurunkan manusia pada setiap Mahayuga. Di setiap kalpa (4.320.000.000 tahun) ada 14 Prajapati yang bertugas. Dua Prajapati yang paling terkenal adalah Daksha, yang menjadi ayah mertua dari Siwa serta pemimpin para Prajapati, dan Kashyapa yang menurunkan para Adhitya pada Mahayuga saat ini.

Sama seperti ayah mereka, Prajapati dapat menciptakan sesuatu dari ‘ketiadaan’, sebuah tekhnik yang dipercaya diajarkan para Prajapati ke anak-anak mereka dan juga diajarkan kepada para brahmana. Sehingga di epos-epos kuno kita bisa menemukan kisah-kisah beberapa brahmana yang mampu menciptakan sesuatu dari ketiadaan.

Prajapati dipercaya turut membantu Brahma dalam penciptaan dunia. Jika diumpamakan seperti perusahaan konstruksi ... Brahma adalah mandornya (sekaligus CEO) dan para Prajapati adalah para pekerjanya.

==ADHARMA==
Segala proses di dunia ini selalu menghasilkan residu atau produk sampingan. Pembakaran bahan bakar minyak misalnya, akan menghasilkan residu berupa CO2, atau karbon dan gas CO jika pembakarannya tidak sempurna.

Penciptaan semesta pun demikian. Saat semesta pertama kali tercipta, selain dewa-dewa (non-Adhitya) dan manusia, ada produk sampingan berupa Ashura (Raksasa) dan Adharma (Ketidakbenaran). Adharma dalam konteks ini dikatakan sebagai makhluk supranatural berkekuatan hebat yang kelak akan menurunkan salah satu musuh utama Wisnu : Iblis Kali.

==MENGAPA BRAHMA KALAH POPULER DIBANDING WISNU DAN SIWA?==

Di seluruh India yang seluas itu saja, kita hanya bisa menemukan setidaknya 9 kuil yang dikhususkan untuk Brahma. Beda jauh dengan kuil untuk Wisnu atau Siwa yang di tiap kota jumlahnya bisa 20 -100 kuil. Banyak orang mempertanyakan sebab-musabab ketidakpopuleran Brahma dan ada dua versi yang mencoba menjelaskan hal ini :

Versi pertama berkaitan dengan persaingan antar Trimurti. Seperti yang sudah-sudah, cerita tentang kekuasaan yang dibagi tiga selalu melahirkan polemik. Triumvitrat antara Cassius-Pompey-Julius Caesar di Republik Romawi Kuno misalnya ... berakhir dengan perang antara Caesar dan Pompey dan memunculkan Caesar sebagai pemimpin tunggal Republik Romawi. Atau mungkin pertentangan klasik antara Zeus, Hades, dan Poseidon, di mana Poseidon pernah nyaris menggulingkan Zeus dari tahtanya, sementara Hades dibiarkan oleh Zeus dan Poseidon begitu saja di dunia bawah dan jarang sekali diundang ke Olympus untuk ditanyai pendapatnya.

Trimurti memang tidak punya konflik separah itu tapi itu bukan berarti mereka tidak pernah ‘bertengkar’. Perselisihan mereka bermula saat Wisnu dan Brahma berdebat tentang siapa yang paling superior di antara mereka. Karena tidak menemui titik temu, mereka berdua akhirnya memanggil Siwa dan meminta pendapat Siwa untuk menentukan siapa yang paling hebat di antara mereka.

Siwa akhirnya mengubah dirinya menjadi sebentuk monumen lingga raksasa– sebuah monumen yang *maaf* berbentuk seperti phallus laki-laki – yang berselimutkan api. Monumen lingga menjulang dari permukaan bumi sampai nun jauh di angkasa. Baik Brahma dan Wisnu setuju siapapun yang bisa mencapai puncak lingga jelmaan Siwa itu, dialah pemenangnya. Brahma mengubah dirinya menjadi seekor angsa dan Wisnu mengambil rupa seekor babi hutan Kedua Trimurti ini mulai memanjatnya lingga tersebut, tapi mereka berdua tidak jua sampai di puncak lingga meski sudah begitu lamanya mereka memanjat. Wisnu akhirnya menyatakan diri kalah dan mengakui keunggulan Siwa dibandingkan dirinya. Brahma sendiri merasa ‘gengsi’ untuk mengakui keunggulan Siwa dan mulai merencanakan sebuah rencana curang.

Sesaat sebelum Siwa berubah tadi, ia telah meletakkan bunga ketaki (Pandanus odorifer) di puncak lingga itu. Brahma meminta ketaki, yang telah tumbuh di puncak lingga untuk memberi kesaksian pada Siwa bahwa ia telah mencapai puncak lingga. Ketaki setuju dan saat ketiga Trimurti ini bertemu lagi, ketaki memberi kesaksian bahwa ia telah melihat Brahma mencapai puncak lingga.

Siwa langsung tahu bahwa ketaki dan Brahma berbohong. Marah atas ketidakjujuran Brahma, Siwa mengucapkan dua kutukan : Brahma takkan lagi dipuja oleh manusia di muka bumi dan bunga ketaki takkan pernah dipakai orang Hindu sebagai bunga dalam upacara persembahan apapun. Setelah itu Siwa mengeluarkan trisulanya dan memenggal satu dari lima kepala Brahma sehingga Brahma saat ini hanya memiliki empat kepala dan sejak saat itu jumlah pemujanya (terutama di India) menurun drastis.

Versi lain menyatakan karena Brahma adalah ayah baik dari dharma (diwakili oleh para Dewata) mapupun adharma (diwakili oleh para Ashura), beberapa Ashura mulai serius melakukan upacara pemujaan dan tapa yang ditujukan kepada Brahma. Hasilnya? Mereka mendapatkan kekuatan yang cukup besar (mungkin akses terhadap Brahmastra) sehingga para Dewata pun kerepotan menghadapi mereka. Wisnu yang melihat hal itu segera turun ke dunia dan menyamar menjadi seorang ashura lalu mulai menyebarkan kabar ‘sesat’ bahwa Brahma itu tidak adil, bahwa Brahma itu tidak layak disembah terlebih bagi para Ashura yang menentang adanya hukum yang mengikat perilaku mereka. Para Ashura mulai terpengaruh oleh perkataan itu dan kekuatan mereka pun menghilang seiring dengan timbulnya keraguan mereka pada Brahma.

Tapi Wisnu benar-benar melakukan tugas ini dengan ‘terlalu baik’, sebab saat itu Ashura dan manusia berbagi tempat tinggal di dunia yang sama. Efek dari pemberitaan sesat Wisnu pada para Ashura ini juga turut membuat banyak manusia yang ragu akan perlunya mereka menyembah Brahma. Sejak saat itu jika dibandingkan Trimurti lainnya, Brahma menjadi kalah populer.



Mitospedia India - Mahayuga

Bagan Siklus Empat Zaman Mahayuga



MAHAYUGA – SIKLUS EMPAT ZAMAN

Disebut juga : Aeon, Divya-Yuga
Rentang waktu : 4.320 juta tahun
 
Mahayuga, siklus empat zaman dalam religi Sanatana Dharma (Hindu).
Mahayuga adalah satuan kala (waktu) dalam agama Hindu. Satuan ini adalah satuan waktu dengan nilai cukup tinggi yakni 4.320 juta tahun. Masing-masing Mahayuga terdiri dari empat zaman :

• Satya-Yuga (1.728 juta tahun)
Disebut abad kebenaran (satya = kebenaran) sekaligus abad keemasan. Masa di mana manusia sangat dekat dengan Sang Pencipta dan dharma (kebenaran) dijunjung setinggi-tingginya sehingga sesuatu bernama adharma (kejahatan) nyaris tidak ada. Masa ini digambarkan sebagai seekor lembu (simbol dharma) yang berdiri dengan 4 kaki. Pada mas ini Bathara Wisnu menjelma menjadi awatara sebanyak empat kali yakni : Matsya (ikan besar), Kurma (kura-kura raksasa), Waraha (babi hutan), dan Narashinga (manusia separuh singa).

• Treta-Yuga (1.296 juta tahun)
Di masa ini kejahatan mulai muncul tapi jumlahnya masih belum terlalu banyak. Pada masa ini banyak bermunculan para filsuf dan cerdik pandai dan keahlian mereka membuat mereka dihormati oleh para ksatriya dengan meminta mereka mengajar di istana-istana. Pada masa ini Wisnu menjelma tiga kali ke dunia manusia yakni sebagai Wamana (orang cebol), Parasurama (Brahmana-Kesatria), dan terakhir Sri Rama (protagonis epos Ramayana). Kaki lembu dharma berkurang satu menjadi tiga.

04 June 2014

Mitospedia India - Brahman


Mitospedia India / Veda / Vedic

BRAHMAN – Keberadaan Yang Mahatinggi
Nama lain : Mula Satguru, Om, Aum, Sang Hyang Widhi, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Hyang Tunggal, Acintya, Atintya.

Arti Nama : Realitas Agung – Ultimate Reality, Roh Semesta,Yang Tak Terbatas (Brahman), Dia Yang Menghapus Ketidaktahuan (Sang Hyang Widhi), Yang Tak Terbayangkan (Acintya).
Brahman adalah konsep tentang Entitas Mahatinggi dalam kepercayaan Sanatana Dharma (Hinduisme). Brahman bersifat kekal, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir, juga menguasai segala bentuk, ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi yang ada didalamnya. Brahman adalah keberadaan yang tak tergambarkan dan biasanya hanya disimbolkan dengan simbol huruf ‘Om’ (seperti yang terlampir pada gambar).

==BRAHMAN ≠ BRAHMA ==
Kata ‘Brahman’ dan ‘Brahma’ terdengar agak mirip dan ada beberapa orang yang sering mengira kedua kata ini memiliki maksud yang sama. Padahal pada kenyataannya tidak begitu. Brahma hanyalah satu dari sekian banyak manifestasi Brahman. Seluruh dewata, baik dewa maupun dewi, adalah manifestasi Brahman. Seluruh jiwa manusia (atma) pun adalah manifestasi Brahman. Hanya saja manifestasi Brahman yang paling utama adalah para Trimurti yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Karena itulah para penganut Sanatana Dharma lebih banyak memakai wujud Trimurti (terutama Wisnu dan Siwa) jika hendak berdoa kepada Brahman.
Brahman kadang disebut juga sebagai Atman (Kesatuan Jiwa). Seluruh jiwa, baik jiwa hewan, manusia, ashura, maupun upadevata yang telah tiada namun telah mencapai kesempurnaan dan takkan lagi bereinkarnasi akan bersatu dengan Atman.


Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia