Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

22 October 2010

Sang Musafir dan Valharald


Review Novel

VALHARALD – Kesatria Talismandala & Pertempuran di Vincha

Karya: Adi Toha (http://jalaindra.wordpress.com)

Penerbit: Diva Press (www.divapress-online.com)

Paperback, 411 Halaman, Diterbitkan 20 April 2010


Reviewer: Andry Chang (www.vadis.tk)

------------------------------------------------------------

Valharald – A Knight in Shining Armor?

Kembali dalam rangkaian marathon antardunia, kali ini Sang Musafir berkunjung ke – sebutlah ini – Dunia Tak Bernama, ke Negeri VarchLand yang indah.

Karena media “perpindahan ke dunia lain” ini adalah buku, tentunya “kunci penarik” pertama adalah sampul bukunya. Kesan pertama yang didapat Sang Musafir adalah tokoh utama novel ini adalah “a knight in shining armor”, ksatria berzirah besi yang namanya terkesan seperti plesetan dari “Valhalla”.

Tata sampul khas Gobaqsodor yang artistik, “Cinemalicious” dan “real-life images tambal-sulam” memang jadi nilai jual tersendiri, tetapi jangan sampai ini menjadi pisau bermata dua dengan mengurangi “spirit” dari cerita ini sehingga terkesan “menyesatkan” para calon musafir tentang figur Valharald yang adalah judul besar cerita yang pada dasarnya seharusnya ditampilkan di cover. Atau, bila nanti mau membuat cetakan kedua, diusulkan pada cover ditampilkan keduabelas lambang yang mewakili para ksatria dan Mahkota Liafala di tengah-tengahnya – no less, no more.

Satu hal yang membuat “idealistic senses” Sang Musafir “gemetar” adalah endorsement pada cover yang mungkin adalah salah satu trik marketing dengan memberi “janji jaminan mutu” untuk menarik pembaca umum dari kalangan mainstream, sama seperti prinsip: “kecap saya dijamin nomor satu!” Yah, untunglah isinya cukup memberikan kesan bagus, menghibur, exciting dan feel good, walaupun tidak sampai “gemetar”. Mungkin – Sang Musafir setuju dengan istilah reviewer lain – lebih tepatnya “tergetar”.

Oke, terlepas dari yang di-endorsed, kita kembali pada prinsip marketing lainnya, “yang penting rasanya, bung!” yang dalam konteks ini adalah CERITAnya.

Tema utama cerita yang di-ekstrak Sang Musafir adalah perang antara kebaikan dan kejahatan, dimana pihak kejahatan dengan jumlah pasukan yang lebih besar hanya bisa diimbangi oleh – tentunya – kekuatan “lebih” yang bernama “pahlawan”.

Sekali lagi, dalam cerita yang satu ini Sang Musafir mengabaikan segala unsur klise dan pakem-pakem Tolkienisme yang rupanya cukup kental terasa – Kenapa? Mungkin karena beliau merasa “senasib” dengan penulis novel ini. Jadi, sekembalinya dari pertempuran hebat di Vincha ada beberapa kesan yang didapatnya sudah cukup untuk membuatnya rela menyisihkan waktu membedah dan membuat review dan fan sketch-nya. Berikut uraiannya.

  1. Alur cerita ini melibatkan banyak flashback yang polanya adalah di mana tempat pemilihan, siapa yang terpilih, apa buktinya, kapan ia terpilih, dan mengapa terpilih. Jadi inti plotnya adalah proses pemilihan 12 Ksatria Talismandala dan pertempuran di Vincha sebagai finale-nya – sederhana, standar dan tak ada kejutan yang benar-benar ekstrim.
  1. Setiap calon ksatria punya konflik dan pertarungannya sendiri, dan ini membuat prosesnya jadi lebih menarik ala karya klasik Tiongkok “Tepi Air” (Water Margin). Satu hal, terlalu banyak “kebetulan” yang terjadi di sini. Mungkin bila fungsi “kunci kalung segitiga” lebih diaktifkan sebagai “alat pelacak” untuk mencari saudara-saudaranya dan bereaksi bila dekat, faktor kebetulan itu bisa setidaknya dikurangi.
  1. Pemikiran “purist” Sang Musafir sedikit terusik oleh penggunaan nama Cuchulainn yang ciri-ciri fisiknya hingga rambutnyapun mirip dengan versi asalnya, seorang pahlawan legendaris Irlandia setara Sigurd & Beowulf. http://fireheart-vadis.blogspot.com/2010/07/cuchulainn.html. Ini bisa dimaklumi karena nama-nama seperti Percival, Sigurd, Fafnir dll sering muncul di cerita beda dalam novel-novel dan game-game. Mungkin Adi Toha sangat terinspirasi oleh karakter pemberani legendaris ini dan ingin “menghidupkannya” kembali dalam dunia dan cerita yang berbeda, dan akhirnya kita coba cerna dengan pemikiran “mungkin saja ada 2 orang dan benda yang bernama dan berciri-ciri sama, apalagi di dunia yang beda.”
  1. Nama “Talismandala” sendiri, walaupun menurut Sang Musafir mungkin berasal dari kata “Talisman” dan “Mandala” yang berarti “Ksatria Suci Dewata”, terkesan aneh sendiri di antara sederetan nama-nama bernafaskan high fantasy ala Eropa Abad Pertengahan. Sekali lagi perlu sedikit toleransi dengan menganggap nama ini punya arti mendalam bagi si penulis, yang mengandung unsur “semangat” dan “jiwa” cerita ini. Mungkin terkesan inkonsisten, tapi juga idealisme yang kental.
  1. Ada baiknya selain Zwehly ditambahkan pula beberapa “Pahlawan Kegelapan” dari ras orcus atau semacamnya, jadi walaupun pihak kebaikan harus kalah, setidaknya mereka kalah dengan lebih “terhormat”, bukan semata-mata kalah jumlah saja.
  1. Bumbu-bumbunya yang berunsur diantaranya pengkhianatan, intrik, perpecahan, penderitaan, cinta dan konflik terasa kurang ekstrim dan terkesan “dikurangi kadarnya”. Mungkin karena tekanan budaya Indonesia-kah? Maklumlah, batas antara “ekstrim” dan “wajar” memang setipis kertas, dan itu juga yang jadi dilema setiap penulis novel-novel laga termasuk Sang Musafir sendiri.
  1. Teka-teki Sphinx yang terdapat dalam buku ini adalah hak cipta Sphinx. Harus dimaklumi, memang tidak mudah membuat “riddle” unik yang bisa diingat orang (Contoh: Sphinx dalam “Harry Potter and the Goblet of Fire”), jadi kadang jalan pintasnya adalah “meminjam” dari yang sudah ada. Maklum, Sang Musafir juga kadang suka “meminjam” dengan menyertakan penjelasan yang (harap saja) masuk akal.

Dalam petualangannya ini Sang Musafir juga bertemu dengan beberapa tokoh lain yang cukup berkesan baginya:

  1. Einar, seorang pangeran yang berusaha menekan ambisinya untuk menyatukan seluruh kerajaan di Dataran Tak Bernama demi tujuan yang lebih mulia.
  1. Eira: Mungkin ia adalah Ksatria Talismandala yang paling misterius. Selamatnya dia selama ini dari “tangan-tangan jahil” mungkin ada hubungannya dengan semacam kekuatan misterius yang mengerikan dalam dirinya, bukan hanya berkat lindungan Yang Kuasa saja. Bila dikembangkan lebih lanjut, Eira bisa digambarkan sebagai gadis yang punya sedikit gangguan mental dan sifat aneh, dan dengan twist yang tidak terduga bisa jadi dialah yang jadi sasaran Zwehly yang sebenarnya.
  1. Nimrodir: Tokoh yang sangat versatile, serba bisa, satu-satunya Ksatria Talismandala generasi pertama yang masih hidup. Bersama Draach si pelindung, dia adalah tokoh terkuat dalam episode ini, tapi diduga dia akan jadi salah satu yang “expendable” – yang akan dimatikan oleh salah satu Ksatria Talismandala yang berkhianat (mirip-mirip “Togira Ikonoka”-nya Eragon di “Brisingr”?)
  1. Cymrodor: Satu lagi tokoh yang terkesan “expendable”, sudah diduga dari awal. Formasi 12 ksatria yang asli terkesan “disayang-sayang”, jadi Cymrodor-lah yang terkesan “dikorbankan”. Andai saja bukan dia, tapi Urias, Fionn atau anggota lain yang tewas dan dia jadi tokoh pengganti yang menjadikan formasi jadi “tidak terlalu sempurna”, itu akan jadi tambahan kejutan yang menambah nilai keasyikan cerita ini.

Di akhir segala akhir, Sang Musafir menutup buku portal Dunia Tak Bernama ini dengan tersenyum, disertai harapan bilamana nanti ia berkunjung kedua kalinya, Sang Musafir akan menemukan legenda yang lebih epik dan berwarna meriah.

“Kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, ketekunan, kasih sayang, ketabahan, pengampunan, keteguhan, keadilan, belas kasihan, kepercayaan dan kejujuran. Dan semuanya itu bersatu, memancarkan kebaikan demi dunia, demi cinta kasih dan demi kehidupan itu sendiri.”




Valharald Fan Chara Art 1 by ~vadis on deviantART


Daftar 12 Ksatria Talismandala (Berdasarkan Urutan Kemunculannya):

  1. Valharald Cadwaladir – Kunci Kebijaksanaan (Wisdom)
  2. Cuchulainn – Kunci Keberanian (Valor) http://fireheart-vadis.blogspot.com/2010/07/cuchulainn.html
  3. Fionn d’Arthfael – Kunci Kesetiaan (Loyalty)
  4. Urias d’Eoghan – Kunci Ketekunan (Diligence)
  5. Gwyneira – Kunci Kasih Sayang (Love)
  6. Eira Olwydd – Kunci Ketabahan (Preserverance)
  7. Owain – Kunci Pengampunan (Mercy)
  8. Tighearnan – Kunci Keteguhan (Righteousness)
  9. Einar – Kunci Keadilan (Justice)
  10. Ingemar – Kunci Belas Kasihan (Compassion)
  11. Ingolf – Kunci Kepercayaan (Faith)
  12. Gavin Mor – Kunci Kejujuran (Honesty)

18 October 2010

Sang Musafir dalam Prahara Xar & Vichattan



REVIEW NOVEL
XAR & VICHATTAN – Seri Ahli Waris Cahaya
Buku II: Prahara
Karya: Bonmedo Tambunan

Oleh: Andry Chang (www.vadis.tk)

Perjalanan Sang Musafir terus berlanjut. Selain berkutat di dunia fantasi magis ciptaannya sendiri, kadangkala timbul keinginannya untuk meninjau dunia-dunia lain, ciptaan para “pengkhayal” lainnya.

Syahdan, saat ia mendengar adanya petualangan lanjutan baru di ranah Xar & Vichattan, untuk kedua kalinya berpindahlah Sang Musafir di negeri yang kali ini dilanda prahara besar.

Tempat yang pertama kali dikunjunginya di dunia ini tentunya adalah Kuil Cahaya yang telah dibangun kembali, dan orang-orang yang pertamakali ditemui Sang Musafir tentu saja keempat tokoh utama, empat remaja para Ahli Waris Cahaya: Dalrin, Antessa, Kara dan Gerome. Tentu saja keberadaan Sang Musafir ini tak diketahui siapapun di dunia itu – disadaripun tidak.


Gerome

Kali ini, para anggota “The Dream Team” ini bekerja sendiri-sendiri dengan alasan yang jelas. Selain terdesak waktu, tujuan utama mereka adalah menggagalkan usaha Khalash dan antek-antek Kuil Kegelapan menguasai seluruh dunia dan menghancurkan Kuil Cahaya lagi.

Jadilah Sang Musafir ikut serta dalam perjalanan “roller coaster”: Terbang bersama Antessa dan para peri, tenggelam dalam tumpukan buku dan terjebak di dunia lain bersama Kara yang berpengetahuan luas, merenung bersama Dalrin yang berjuang dalam konflik dan kedukaan dalam dirinya sendiri dan menjaga Desa Galad bersama Gerome, si pemberani yang bandel, “comic relief” dalam serial ini.

Walaupun sempat sukses dibuat penasaran dan agak lelah harus “berpindah-pindah tempat” di saat-saat kritis – seperti yang dialaminya pula dalam XV1, harus diakui, Sang Musafir sempat merasa tak ingin istirahat dan kembali dulu ke dunia asalnya sebelum tiba di ujung perjalanan keempat tokoh ini. Hasilnya: Prahara tak dapat ditolak, keunggulan tak dapat diraih. Kuil Xar bahkan sampai “hancur-hancuran”.

Logika Sang Musafirpun terusik. Ini bukan karena salah taktik, tapi semata-mata karena Kuil Kegelapan mendapat pendukung-pendukung baru yang kuat yaitu Diagoni dan Peri Kegelapan, Frigus Acerbus. para Ahli Waris yang belum matang benar dari segi kekuatan dan mentalitas, dan pendeknya pihak Kuil Kegelapan memang lebih kuat dari Xar maupun Vichattan.

Dalam perjalanan selanjutnya, Sang Musafir bertemu satu tokoh yang sangat menarik: Lisbet, seorang wanita tua yang “gila tapi tak gila, dan tak gila tapi gila”. Bagaimana bisa si tiarawati gila ini jadi kunci keselamatan Xar dan Vichattan? Inilah yang menurut Sang Musafir adalah salah satu daya tarik utama Buku II: Prahara ini.

Perjalanan Sang Musafir kali ini memang meriah, diwarnai dengan cinta, kecemburuan, pengkhianatan, balas dendam dan konflik-konflik pribadi antara Gerome dan Shiba, Petra dan Corbus, juga antara Kara, Antessa dan Dalrin, dan ditutup dengan finale yaitu pertempuran sihir yang tak terlalu mendetail tapi cukup epik di Kuil Cahaya antara para Ahli Waris Cahaya dan dua pelindungnya Amor si angsa raksasa dan Pietas si rusa raksasa melawan pasukan Kuil Kegelapan di bawah pimpinan Khalash.


Dalrin

Di akhir tahapan perjalanan yang seharusnya tuntas tapi rupanya menyisakan potensi ancaman baru yang lebih parah ini, setelah kembali ke dunia asalnya Sang Musafir terus mengingat beberapa kesan – yang tak tahan lagi akhirnya dituliskannya dalam bentuk review:

1. Banyak nama tokoh dari kalangan Xar dan Vichattan yang disebut, tapi mereka mendapat porsi peran yang lebih sedikit daripada di buku pertama Takhta Cahaya, seakan mereka hanyalah pemanis atau bahkan figuran. Tentunya ini bukan masalah karena sesedikit apapun peran mereka, itu peran yang penting agar cerita jadi terkesan lebih alami.

2. Kehadiran Khalash yang disebut-sebut sebagai Pangeran Kegelapan terkesan terlalu singkat di bab-bab akhir. Hanya sekali ia benar-benar turun tangan dan pada akhirnya ia “khalash” total. Ia terkesan terlalu gegabah untuk ukuran “The Ultimate Bad Guy”. Kalau saja ia mengindahkan peringatan Nolacerta dan Frigus, ceritanya pasti akan beda. Satu hikmah yang bisa diambil dari Khalash adalah keangkuhan dan sikap ultra-superioritas seseorang pada akhirnya akan menjatuhkan orang itu sendiri.

3. Menurut Sang Musafir, dunia X&V dalam peta yang tergambar apik di halaman depan nampak sangat sederhana: Satu kota, dua desa, hutan, gunung, gua, Laut Misty, tiga kuil, walaupun ada tambahan satu dunia baru dalam dimensi kegelapan: Vesmir. Sang Musafir lebih memilih “berasumsi” tempat-tempat yang tercantum dalam peta hanyalah yang berhubungan langsung dengan cerita, dan tempat-tempat “tersembuyi” lainnya akan ditambahkan seiring perkembangan cerita.

4. Plot-plot, taktik, intrik yang digunakan dan bahkan jalannya tiap pertempuran disampaikan dengan singkat, padat dan jelas – sederhana tapi cerdas, bisa diterima logika. Anak-anak setingkat SD mungkin akan mudah mencerna cerita ini, dan kalangan dewasa-muda akan menikmatinya. Sang Musafir yang adalah penggemar berat game-game role-playing (RPG) juga menilai kisah ini cukup “RPGlicious” dan “Mangalicious”. Bisa saja suatu hari nanti ada yang akan menawarkan untuk membuat X&V versi game dan manga pada penulis yang biasa dipanggil “Boni” ini.

Kesimpulannya, satu hal yang perlu diingat, bukalah pikiran, mainkan khayalan, buanglah segala mindset yang memperhitungkan faktor klise dan faktor kesederhanaan struktur dunia yang “sedaun kelor” ini. Nikmatilah perjalanannya, dan seperti halnya Sang Musafir, pembaca akan mendapatkan pengalaman yang mengasyikkan dan mengesankan pula, seperti menikmati masakan lezat ala kuliner, satu lagi racikan dari the Chef of Fantasy, Bonmedo Tambunan – compliments to the chef.

Sukses untuk Boni, dan Sang Musafir menunggu dengan sabar (dan penasaran) Xar & Vichattan Buku III. “Xar... Vichattan... Cahaya... Tunggu kedatanganku!” ucap sang Pangeran Kegelapan.

-------------


Kara

Sinopsis: Tiba-tiba di tempat asing itu sebuah suara bisikan terdengar, suara wanita tua yang asing
di telinga Kara. “Kara,” suara itu memanggil namanya. Itu bukan suara Antessa dan bukan pula Petra, suara ini terdengar jauh lebih tua. “Si … siapa?” jawab Kara dalam hati. “Ini aku, Kara, Lisbet.” Kara tidak yakin ia mendengar dengan benar suara itu. Ia berfikir bahwa itu hanya sebuah halusinasi. Namun, ternyata suara itu tidak hanya didengar oleh Kara seorang diri. Antessa pun dapat merasakannya.
“Di manakah kami, Lisbet?” ucap Kara. “Kalian berada di atas lempeng besar. Sebuah lempeng yang berbeda dari lempeng yang lain,” ujar Lisbet. Seketika Kara dan Antessa dibuat bingung dengan perkataan Lisbet mengenai lempeng tersebut.

***


Antessa

Pasukan Kuil Kegelapan terus bergerak maju. Xar, Vichattan, dan Kuil Cahaya kebingungan
menghadapi pasukan Kegelapan yang kian bertambah kuat. Munculnya peri kegelapan yang
meluluhlantahkan para peri pendukung cahaya dan terpecah belahnya keempat ahli waris
cahaya semakin memperburuk keadaan. Belum lagi dengan semakin melemahnya kekuatan elemental dan juga kekuatan Xar karena ulah Khalash serta panglima-panglimanya. Keadaan begitu buruk sehingga para pendukung cahaya harus menggantungkan hidup mereka pada seorang wanita gila dan buku-buku kuno yang dilindungi oleh ilmu sihir mematikan. Titik terang pun muncul, tetapi tak berlangsung lama. Karena tak seorangpun mengira rencana kegelapan yang sebenarnya.


Untuk keterangan lebih lanjut tentang novel ini dan terbitan Adhika Pustaka lainnya, kunjungi:
Penerbit Adhika Pustaka
http://www.adhika-pustaka.com/

02 October 2010

Mengenal Tokoh SRI ASIH Karya R.A. Kosasih

Mengenal Tokoh SRI ASIH_R.A. Kosasih

oleh Funco Comics pada 23 September 2010 jam 11:01

Sri Asih adalah tokoh komik ciptaan R.A. Kosasih. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1954 oleh Penerbit Melodie.

Sri Asih

Raden Ahmad Kosasih (Bogor, Jawa Barat, 1919) adalah seorang penulis dan penggambar komik termasyhur dari Indonesia. Generasi komik masa kini menganggapnya sebagai Bapak Komik Indonesia.

Karya-karyanya terutama berhubungan dengan kesusastraan Hindu (Ramayana dan Mahabharata) dan sastra tradisional Indonesia, terutama dari sastra Jawa dan Sunda. Selain itu beliau juga menggambar beberapa komik silat yang memiliki pengaruh Tionghoa, namun tidak terlalu banyak.

Kosasih mulai menggambar pada tahun 1953 lalu ia mulai berhenti dan pensiun pada tahun 1993. Kosasih terutama menggambar sketsa-sketsa hitam-putih tanpa memakai warna.

Kosasih memulai kariernya pada penerbit Melodi di Bandung. Namun karya-karyanya yang terkenal diterbitkan oleh Maranatha. Akhir-akhir ini pada dasawarsa tahun 1990-an karya-karyanya diterbitkan ulang oleh Elex Media Komputindo dan penerbit Paramita di Surabaya.

Karya:

  • Sri Asih (1950) bisa dianggap sebagai superhero Indonesia yang pertama.
  • Siti Gahara
  • Ramayana
  • Mahabharata

Bapak R.A Kosasih

Sri Asih bisa dianggap adaptasi komik superhero Amerika ke dalam corak Indonesia. Pada masa-masa awal perkembangan komik Indonesia para seniman komik berusaha membuat karya yang bisa diterima oleh kalangan budaya dan pendidik.

Ketika adaptasi superhero dianggap tidak mendidik dan tidak berbudaya bangsa maka pengenalan komik wayang menjadi jawabannya.

Nani adalah seorang gadis lugu yang apabila dia mengucapkan kata sakti "Dewi Asih" maka ia akan berubah menjadi superhero wanita yang bisa terbang, kebal, berkekuatan super, bisa menggandakan diri dan memperbesar diri. Kisah-kisah Sri Asih tidak hanya berlokasi di Indonesia tapi juga sampai ke Singapura dan Macao.

Serial Sri Asih :

  1. Sri Asih di Singapura
  2. Sri Asih di Surabaya
  3. Sri Asih vs Si Mata Seribu
  4. Sri Asih di Macao
  5. Sri Asih vs Komplotan Kawa-kawa
  6. Sri Asih vs Gerombolan
  7. Sri Asih vs Serigala Hitam

Bagi yg sudah mengenal Sri Asih, tentunya sudah tidak asing lagi bahkan skrg kita merindukannya.... Bagi generasi muda yang belum mengenal Sri Asih, mari kita kenal lebih jauh lagi tokoh pahlawan Indonesia, karangan bapak R.A Kosasih....

*mari juga kita doakan utk kesembuhan bapak R.A Kosasih* ^___^

Sumber:

http://www.facebook.com/note.php?note_id=431544256363&id=100000363494409&ref=mf

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia