Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

25 January 2015

Mitospedia Veda: Yama, Dewa Kematian


MITOSPEDIA VEDIC / VEDA / HINDU
YAMA – DEWA KEMATIAN

Nama Lain : Kala, Dharma, Yamaraja, Dharmaraja Yama.
Arti Nama : Kembar / Kematian (Yama), Waktu (Kala), Kebajikan / Keadilan (Dharma), Raja Yama (Yamaraja), Raja Atas Kebajikan (Dharmaraja).
Ras : Manusia => Dewa
Golongan : Aditya, Lokapala.
Senjata : Danda (tongkat pemukul) dan Rantai atau Jerat
Wahana : Kerbau betina
Pasangan : Yami atau Yamuna atau Syamala, dan Kunti
Kediaman : Naraka / Yamadipa
Pengikut : Yamabala / Kingkara
Peran : Dewa Kematian, Pengantar Jiwa Orang-Orang Mati, Hakim Para Jiwa.
Anak : Yudhistira
Awatara : Mahakala dan (Arya) Widura

“Tiap orang pergi menghadap Batara Yama, namun mereka masih berusaha untuk hidup selama-lamanya.”
(Yudhistira)

==ASAL MULA==
Sama seperti dewa-dewa lainnya, Yama punya beberapa versi asal-usul. Versi yang paling terkenal mengatakan ia adalah putra Batara Surya – yang menjadikannya saudara tiri dari Adipati Karna, dengan Ushas – dewi fajar. Ia adalah saudara kandung dari Waiwaswata Manu (Manu yang diselamatkan oleh Matsya Awatara dari air bah, lihat : https://www.facebook.com/LCDP.Official/photos/a.831363553543076.1073741838.307835652562538/846572698688828/?type=1&permPage=1)

Sama seperti Manu Vaivasvatha, Yama tidak terlahir sebagai dewa. Ia terlahir sebagai manusia namun usianya tidak sepanjang saudaranya. Yama tidak diasuh oleh ibu kandungnya. Ia diasuh oleh ibu tirinya yang bernama Caya, namun karena merasa Caya lebih memperhatikan anak kandungnya sendiri daripada anak-anak tirinya, Yama suatu saat menendang kakinya. Hal itu membuatnya dikutuk bahwa kakinya akan digerogoti oleh cacing. Cacing-cacing tersebut juga akan menyebabkan kakinya bernanah dan berdarah.

Untuk mengurangi kutukan tersebut, Surya memberikan seekor burung kepada Yama untuk memakan cacing-cacing tersebut. Kemudian Yama memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat suci yang bernama Gokarna. Disana ia memuja Siwa dengan cara bertapa selama ribuan tahun. Siwa berkenan dengan tapa yang dilakukan Yama, lalu ia diangkat sebagai dewa kematian. Ia diberi hak untuk menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang melakukan dosa, dan memberikan berkah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan.

Prosesnya menjadi dewa diawali dengan kematian. Yama menjadi manusia pertama yang mati. Jiwanya kemudian mengembara dan menjadi jiwa pertama yang menemukan jalan ke kehidupan setelah mati.

Versi lain menyebutkan bahwa Yama adalah Aditya generasi pertama. Jadi ia bersaudara kandung dengan Surya, Agni, Indra, Bayu, dan Baruna.

==TUGAS DAN PERAN==
“Bhatara Dharma (yang juga) bergelar Bhatara Yama (Dewa Keadilan), adalah pelindung keadilan yang mengamat-amati (mengadili) baik-buruk perbuatan manusia. Baik buruk dari (karma) itu akan memberi akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.”
(Agastya Parwa, 355.15)

Pasca menetap di Naraka – dunia orang mati – dan menjadi penguasa di sana, Yama bertugas membimbing setiap jiwa yang mati ke Naraka atau Neraka. Tugasnya adalah membimbing jiwa-jiwa untuk diadili kemudian ia akan mengadili mereka dan akan memutuskan akan membawa jiwa mereka ke Swargaloka, tetap tinggal di Naraka untuk beberapa saat, atau langsung memasukkan jiwa tersebut ke dalam siklus reinkarnasi.

Kala jumlah manusia makin banyak, tugas menjemput jiwa-jiwa itu Yama bagikan kepada para Yamabala atau Kingkara – kelompok makhluk seram yang menghuni neraka. Untuk orang-orang tertentu (biasanya orang yang hidup sesuai jalan dharma) Yama masih menjemput sendiri jiwa-jiwa mereka. Yang lain akan dijemput Yamabala untuk dibawa kepada Yama guna diadili.

Kadang proses peradilan jiwa-jiwa ini tidak ditangani oleh Yama sendiri. Sama seperti Hades dalam mitologi Yunani yang punya asisten bernama Thanatos, Yama juga punya asisten yakni Citragupta. Citragupta berbagi tugas dengan Yama untuk mengadili jiwa-jiwa yang dibawa ke Naraka.

Kesibukan Yama yang lain adalah sebagai Lokapala. Ia menjaga arah selatan. Meski merupakan Lokapala yang ada di bawah komando Indra, Yama konon punya kekuatan yang jauh lebih menyeramkan daripada Indra. Yama adalah satu-satunya dewa yang tidak pernah takluk kepada Asura-Asura yang menaklukkan kahyangan seperti Rahwana, Takasur, dan Hiranyakasipu.

==DALAM RAMAYANA==
Yama disebutkan mendatangi Rama pasca Rama kembali menjadi Raja di Ayodhya. Ia hendak bicara empat mata dengan Rama dan meminta Rama untuk tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan tempat mereka berbincang. Jika ada yang sampai masuk, Rama harus membunuh orang tersebut. Laksmana kemudian disuruh Rama berjaga di depan ruangan. Sayangnya ada brahmana perusak suasana dan pembuat onar sekaligus salah satu Awatara Siwa bernama Durwasa (https://www.facebook.com/LCDP.Official/photos/a.831363553543076.1073741838.307835652562538/901674869845277/?type=1&permPage=1) yang mendatangi istana Rama dan hendak bertemu dengan Rama saat itu juga.

Laksmana berusaha membujuk Durwasa untuk menunggu sejenak tapi Durwasa tidak mau terima alasan. Ia harus bertemu Rama sekarang atau dia akan mengutuk seluruh rakyat Ayodhya dengan kutukan yang tidak mengenakkan. Laksmana akhirnya nekat masuk ke dalam ruangan dan Rama jadi terpaksa membunuh Laksmana.

Namun karena tidak tega membunuh Laksmana, Rama akhirnya memutus hubungan persaudaraan dengan Laksmana. Laksmana diusir dari Ayodhya dan sampai akhir hayatnya Laksmana tidak pernah bertemu dengan Rama lagi.

==MAHABHARATA==
“Tanpa perlu disangsikan lagi, o Putraku, semua raja-raja, harus pernah melihat Neraka.”
(Yama)

Dalam Mahabharata, Yama muncul dalam kisah kelahiran Pandawa di mana ia menjadi ayah dari Yudhistira. Ia juga muncul di kisah tahun keduabelas pembuangan Pandawa.

Pada saat itu Pandawa sedang sibuk berpikir serius untuk mencari jalan keluar bagaimana cara mereka akan melakukan pengasingan di tahun ketigabelas tanpa harus dketahui oleh siapapun. Dalam kesibukannya memikirkan hal tersebut, suatu hari datanglah seorang brahmana tua meminta bantuan pada mereka karena seekor menjangan telah melarikan tempat api pemujaannya.

Kejadian itu bermula ketika seekor menjangan datang ke dekat pedupaan di tempat api pemujaan. Mungkin karena gatal atau karena kedinginan ia menggosokan badannya di sana. Ketika sang brahmana datang untuk menghalaunya, menjangan itu kaget sehingga pedupaan tersangkut di tanduk menjangan dan dibawa lari.

“Ya Tuhan, menjangan itu telah membawa lari pedupaanku. Bagaimana aku bisa melakukan upacara persembahyangan sehari-hari? Wahai Pandawa, tolonglah aku yang tidak dapat mengejar menjangan itu”, demikian permintaan brahmana tersebut pada Yudhisthira.

Pandawa kemudian memburu menjangan itu beramai-ramai dari berbagai penjuru, tapi rupanya manjangan itu bukan sembarang menjanga. Ia terus berlari, dan tanpa disadari Pandawa ternyata telah terbawa masuk jauh ke dalam hutan. Menjangan itu hilang ditelan rimba raya. Pandawa yang merasa lelah, terpaksa berhenti di bawah sebatang pohon beringin yang amat rindang. Nakula mengeluh, “Alangkah merosotnya keadaan kita sekarang. Menolong brahmana dalam kesulitan sekecil ini saja kita tidak mampu, apalagi yang lebih besar”.

“Benar demikian. Ketika Drupadi diseret ke persidangan, seharusnya kita bunuh manusia kurang aja itu (maksudnya adalah Dursasana)! Tapi apa? Kita tidak berbuat apa-apa. Dan sekarang, inilah akibatnya”, kata Bima sambil memandang Arjuna.

Dengan sikap mengiyakan, Arjuna berkata, “Ya benar, aku juga tidak berbuat apa-apa ketika dihina oleh anak kereta kuda itu (maksudnya adalah Karna). Inilah upahnya sekarang!” Yudisthira menyadari kesedihan yang meliputi hati saudara-saudaranya dan melihat wajah-wajah mereka yang nampak kehilangan kegembiraan dan merosotnya semangat juang mereka. Untuk mengalihkan pikiran, ia berkata pada Nakula, “Adikku, cobalah engkau naik pohon, dan lihat, barangkali di dekat-dekat sini ada sungai atau telaga. Aku merasa sangat haus”.

Nakula kemudian naik ke pohon tinggi, dan setelah melihat sekeliling, dari atas ia berkata, “Di kejauhan kulihat ada tanda-tanda air dan beberapa ekor burung bangau. Di sana pasti ada air!”.

Yudhisthira menyuruhnya turun dan pergi untuk mengambil air. Nakula lantas pergi dan memang menemukan sebuah telaga. Karena ia sendiri juga sangat haus, ia berpikir untuk minum dulu sebelum membawakan air untuk saudara-saudaranya. Baru saja ia hendak memasukan tangannya ke dalam air, tiba-tiba terdengar suara, “Janganlah engkau tergesa-gesa. Telaga ini milikku, hai anak Madri Dewi. Jawablah pertanyaanku terlebih dahulu pertanyaanku, Jika kau bisa menjawab, barulah kau boleh minum”.

Nakula sangat terkejut mendengar suara itu, tetapi karena saking hausnya, ia tidak memperdulikannya dengan niat menjawab pertanyan itu setelah minum. Ia langsung mencelupkan tangannya, mengambil air dan meminumnya. Seketika itu juga ia jatuh tidak sadarkan diri. Setelah lama menunggu dan Nakula belum juga kembali, Yudhisthira yang gelisah kemudian menyuruh Sadewa mencari tahu apa sebab Nakula belum kembali. Setelah mencari-cari beberapa lama, Sadewa terkejut melihat Nakula yang terbaring tak sadarkan diri di tepi telaga. Tetapi karena merasa sangat haus, ia memutuskan untuk minum dulu. Tiba-tiba suara tadi terdengar lagi, “Wahai Sadewa, telaga ini telagaku. Jawab dulu pertanyaanku, baru engkau boleh menghilangkan dahagamu”. Sadewa tidak peduli dan langsung meminum air telaga itu. Sesaat setelah ia minum, saat itu pula ia tersungkur tidak sadarkan diri.

Bingung memikirkan kedua saudaranya yang belum kembali, Yudhisthira menyuruh Arjuna mencari Nakula dan Sadewa. “Tetapi jangan lupa untuk kembali membawa air”, ia mengakhiri katanya kepada Arjuna, karena kini ia betul-betul merasa haus. Arjuna pergi berlari dan menemukan kedua saudaranya terbaring tak sadarkan diri. Ia sangat terkejut dan mengira mereka tewas dianiaya musuh. Ia marah dan ingin membalas dendam, menghancurkan siapapun yang telah membunuh saudara-saudaranya. Sambil merencanakan pembalasan dendam itu, Arjuna ingin minum terlebih dahulu. Tapi lagi-lagi suara tadi terdengar lagi, “Jawab dulu pertanyaanku, sebelum engkau minum air telaga ini. Telaga ini punyaku. Kalau engkau tidak mau menurut, engkau akan mengalami nasib yang sama dengan kedua saudaramu”.

Arjuna sangat marah mendengar suara itu dan berteriak, “Hai, siapa engkau? Ayo muncul di hadapanku! Kubunuh kau!”. Sambil berkata demikian, Arjuna membidikan panahnya ke arah datangnya suara itu. Suara itu tertawa mengejek, “Panahmu hanya akan melukai angin. Jawab pertanyaanku dulu, baru kau boleh memuaskan dahagamu. Bila engkau minum tanpa menjawab pertanyaanku, engkau akan tewas”. Arjuna girang karena bisa berhadapan dengan pembunuh adik-adiknya, tapi sebelum itu ia ingin minum dulu. Apa lacur, setelah minum ia pun rebah ke tanah tidak sadarkan diri.

Setelah lama menunggu dan Arjuna belum juga kembali, Yudhisthira lantas berkata, “Bimasena saudaraku, Arjuna pahlawan kita belum juga datang. Sesuatu yang aneh mungkin terjadi. Peruntungan bintang-bintang kita hari ini memang terlihat kurang baik. Carilah mereka dan bawakan air untukku. Aku haus sekali”.

Begitu mendapat perintah dari Yudhisthira, Bima segera berangkat. Sampai di tepi telaga, bukan main sedih hatinya melihat ketiga saudaranya terbaring tidak berkutik. “Ini pasti perbuatan para jin dan raksasa jahat”, pikirnya. “Akan kumusnahkan mereka ! Tetapi aku sangat haus. Setelah minum, akan kutamatkan pembunuh itu”. Lalu ia turun ke tepi telaga. Suara aneh itu terdengar kembali, “Hati-hatilah, hai Bimasena. Engkau boleh minum setelah menjawab pertanyaanku. Kamu akan tewas jika tidak mau mendengar kata-kataku”. Mendengar itu Bima berteriak, “Siapa engkau? Berani benar memerintah aku!”. Lalu ia minum air telaga itu. Seketika itu juga otot dan tulang Bima yang liat bagai kawat baja dan keras bagai besi perkasa menjadi lemas, dan ia pun seperti sudara-saudaranya, jatuh terbaring tidak sadarkan diri.

Yudhisthira menunggu dengan cemas. Dahaganya serasa tak tertahankan. Terbayang dalam pikirannya, “Apakah mungkin mereka terkena kutukan? Apakah mereka lenyap ditelan rimba dan tak tahu jalan kembali? Apakah mereka tewas karena kehausan?”. Kemudian Yudhisthira bangkit tak habis pikir dan berjalan mengikuti jejak-jejak kaki saudara-saudaranya. Ia memperhatikan setiap semak yang dilaluinya dengan teliti. Ia melihat jejak kijang dan babi hutan, semuanya menuju arah yang sama. Burung-burung bangau dan sebangsanya mulai kelihatan, pertanda adanya air di dekat situ.

Setelah berjalan beberapa lama, ia sampai ke lapangan rumput hijau terbuka. Di depannya terbentang telaga. Airnya berkilau jernih bagaikan cermin muka yang indah cemerlang. Dan disanalah diketemuinya keempat saudaranya terbaring dingin, tidak bergerak lagi. Dihampirinya satu persatu, dirabanya kaki, tangan, dahi dan denyut jantung mereka. Yudhisthira berkata dalam hati, “Apakah ini berarti akhir dari sumpah yang harus kita jalani? Hanya beberapa hari sebelum berakhirnya masa pengasingan kita, kalian mati mendahului aku. Rupanya para dewata telah meninggalkan kita dari kesengsaraan ini”.

Menatap wajah Nakula dan Sadewa, yang di tadinya merupakan pemuda lincah perkasa, kini lemas, dingin terbaring tidak bergerak, hatinya berkata lagi, “Apakah hatiku harus terbuat dari baja agar aku tidak menangisi kematian saudara-saudaraku? Apakah hidupku masih ada gunanya setelah keempat saudaraku mati? Untuk apa aku hidup? Aku yakin ini bukan peristiwa biasa”, pikir Yudhisthira. Ia tahu, tak seorang ksatriapun akan mampu membunuh Bima dan Arjuna tanpa melewati pertarungan hebat. “Tak ada luka di badan mereka. Wajah mereka tidak seperti wajah orang kesakitan. Mereka kelihatan tenang, seperti sedang tidur dalam damai”. Hatinya terus bertanya-tanya. “Sama sekali tak ada jejak kaki, apalagi bekas tanah atau rumput yang terinjak-injak dalam perkelahian. Ini pasti peristiwa gaib. Mungkinkah ini tipu muslihat Duryodhana ? Mungkinkah Duryodhana telah meracuni air telaga ini ?”.

Dengan berbagai pikiran di kepalanya, perlahan-lahan ia turun ke tepi telaga. Ia ingin melepaskan dahaganya yang sudah tak tertahankan lagi. Tiba-tiba suara gaib itu terdengar lagi, “Saudara-saudaramu telah mati karena tak menghiraukan kata-kataku. Jangan engkau ikuti mereka. Jawab dulu pertanyaanku, setelah itu baru puaskan hausmu. Telaga ini milikku”. Yudhisthira yakin, suara itulah yang menyebabkan saudara-saudaranya mati. Ia berpikir, mencari cara untuk mengatasi situasi itu. Kemudian Yudhisthira berkata kepada suara yang tidak berwujud itu, “Silahkan ajukan pertanyanmu” dan suara gaib itu mulai mengajukan pertanyaan kepada Yudhisthira.

Suara Gaib : “Apa yang menyebabkan matahari bersinar setiap hari?”
Yudhisthira : “Kekuatan Brahman”
Suara Gaib : “Apa yang dapat menolong manusia dari semua marabahaya?
Yudhisthira : “Keberanian adalah pembebas manusia dari marabahaya”
Suara Gaib : “Dengan jalan mempelajari ilmu apakah manusia menjadi bijaksana?”
Yudhisthira : “Bukan dengan jalan mempelajari kitab suci orang menjadi bijaksana, tapi dengan jalan bergaul dan bersatu dengan cendikiawan besar ia menjadi bijaksana”
Suara Gaib : “Apa yang lebih mulia dan lebih menghidupi manusia daripada bumi ini ?”
Yudhisthira : “Ibu, yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, lebih mulia dan lebih menghidupi daripada bumi ini”.
Suara Gaib : “Apa yang lebih tinggi dari langit ?”
Yudhisthira : “Bapa”
Suara Gaib : “Apa yang lebih kencang dari angin ?”
Yudhisthira : “Pikiran”
Suara Gaib : “Apa yang lebih berbahaya dari jerami kering di musim panas ?”
Yudhisthira : “Hati yang menderita duka dan menyimpan dendam”
Suara Gaib: “Apa yang menjadi teman seorang pengembara?”
Yudhisthira : “Kemauan belajar”
Suara Gaib : “Siapakah teman seseorang yang tinggal di rumah?”
Yudhisthira : “Istri”
Suara Gaib : “Siapakah yang menemani manusia dalam kematian?”
Yudhisthira : “Dharma, hanya dharma yang menemani jiwa dalam kesunyian perjalanan setelah kematian”
Suara Gaib : “Perahu apa yang terbesar?”
Yudhisthira : “Bumi ini, yang mengandung segala sesuatu yang ada padanya, adalah perahu yang terbesar”
Suara Gaib : “Apakah kebahagiaan itu ?”
Yudhisthira : “Kebahagiaan adalah buah dari tingkah laku dan perbuatan baik”
Suara Gaib : “Apakah itu, jika orang meninggalkannya ia dicintai oleh sesamanya ?”
Yudhisthira : “Keangkuhan. Dengan meninggalkan keangkuhan orang akan dicintai sesamanya”
Suara Gaib : “Kehilangan apakah yang menyebabkan orang bahagia dan tidak sedih ?”
Yudhisthira : “Amarah. Kehilangan amarah membuat kita tidak lagi diburu oleh kesedihan”
Suara Gaib : “Apakah itu, jika orang membuangnya jauh-jauh, ia menjadi kaya ?”
Yudhisthira : “Hawa nafsu. Dengan membuang hawa nafsu orang menjadi kaya”
Suara Gaib: “Apakah yang membuat seseorang benar-benar menjadi brahmana? Kelahiran, kelakuan baik, atau pendidikan yang sempurna? Jawab dengan tegas!”
Yudhisthira :“Kelahiran dan pendidikan baik tidak membuat seseorang menjadi brahmana, hanya kelakuan baik yang membuat seseorang benar-benar menjadi brahmana. Sepandai apapun seseorang jika ia masih diperbudak oleh sifat buruknya maka ia tidak akan menjadi seorang brahmana.”
Suara Gaib : “Keajaiban apakah yang terbesar di dunia ini?”
Yudhisthira : “Tiap orang pergi menghadap pada Batara Yama, namun mereka masih berusaha untuk hidup selama-lamanya, tentu ini merupakan keajaiban terbesar”
Demikianlah suara gaib itu memberikan pertanyaan-pertanyan kepada Yudhisthira. Dan Yudhisthira menjawab semuanya tanpa ragu. Pertanyaan terakhir yang diajukan oleh suara gaib itu langsung berkaitan dengan saudara-saudaranya.
Suara Gaib : “Wahai Yudhisthira, salah seorang saudaramu boleh tinggal denganmu sekarang, siapakah yang engkau pilih ? Dia akan aku hidupkan kembali “.
Yudhisthira : (Berpikir sesaat, kemudian menjawab) “Aku memilih Nakula, saudaraku yang kulitnya bersih bagai awan berarak, matanya indah bagai bunga teratai, dadanya bidang dan lengannya ramping. Tetapi kini ia terbujur kaku bagai sebatang kayu jati”.
Suara Gaib : (Belum puas dengan jawaban Yudhisthira dan bertanya lagi) “Kenapa engkau memilih Nakula, bukan Bima yang kekuatan raganya lebih besar dari kekuatan gajah ? Lagipula, kudengar engkau sangat mengasihi Bima. Atau mengapa bukan Arjuna yang mahir menggunakan segala macam senjata, terampil olah bela diri dan jelas dapat melindungimu ? Jelaskan, mengapa engkau memilih Nakula!”
Yudhisthira : “Dewi Kunti dan Dewi Madri adalah istri ayahku dan mereka adalah ibuku. Aku, anak Kunti, masih hidup. Jadi dewi Kunti tidak kehilangan keturunan. Dengan pertimbangan yang sama dan demi keadilan, biarlah Nakula, putra Dewi Madri, hidup bersamaku”

Suara gaib itu puas sekali demi mendengar jawaban Yudhisthira yang membuktikan bahwa ia adil dan berjiwa besar. Ternyata, kijang dan suara gaib itu adalah penjelmaan dari Dewa Yama, Dewa Kematian, yang ingin menguji kekuatan batin Yudhisthira. Batara itupun lalu menghidupkan kembali semua saudara Yudhisthira.

Lalu di hadapan Pandawa, Batara Yama berkata, “Beberapa hari lagi masa pengasingan kalian di hutan rimba akan selesai. Di tahun ke tigabelas, kalian harus hidup dengan menyamar. Yakinlah, masa itupun akan dapat kalian lewati dengan baik. Tidak seorang musuhpun akan mengetahui keberadaan kalian. Kalian pasti lulus dalam ujian yang berat ini “. Setelah berkata demikian, Batara Yama pun menghilang.

==HUBUNGAN YAMA DENGAN WISNU DAN SIWA==
Meskipun sulit ditaklukkan dan ditakuti oleh semua makhluk, kekuatan Yama sendiri masih di bawah para Trimurti. Jikalau Yama mengincar nyawa seseorang, namun salah satu dari Trimurti hendak menyelamatkan orang itu, Yama sendiri tidak bisa mencegahnya.

Yama tercatat tiga kali terpaksa memberi status khusus kepada tiga jiwa manusia. Yang pertama adalah Markandeya. Markandeya adalah anak jenius dari Rsi Mrikandu. Ia ditakdirkan mati pada usia 16 tahun. Namun menjelang akhir hidupnya, ketika Yama mendatanginya, jerat milik Yama meleset dari leher Markandeya dan mendarat di lingga Siwa yang ada di hadapan Markandeya. Siwa langsung muncul di hadapan Yama dan menghajar Yama sampai Yama tewas (untuk kedua kalinya!). Siwa pada akhirnya membangkitkan Yama kembali namun memberi syarat bahwa Yama akan membiarkan Markandeya tetap hidup. Markandeya pada akhirnya menjadi Ciranjiwin – kaum abadi.

Kasus kedua adalah versi dari Nusantara (Bali). Ada seorang pemburu bernama Lubdhaka dan dalam kasus ini Yama sekali lagi harus melawan Siwa. Lubdhaka adalah seorang pemburu yang selalu membunuh tapi tak pernah melakukan tapa brata ataupun pemujaan pada dewa-dewa. Para Kingkara sudah mengikat jiwa Lubdhaka ke Neraka tapi kebetulan sekali pada suatu malam saat ia pergi berburu ia pergi pada malam Siwaratri. Siwaratri sendiri adalah malam di mana Siwa melakukan tapa brata. Barang siapa pada malam itu melakukan brata (mona brata: tidak berbicara, jagra: Tidak Tidur, upavasa: Tidak makan dan minum) maka mereka akan dibebaskan dari ikatan karma oleh Siwa. Dan itulah yang terjadi.

Karena terancam oleh kehadiran binatang buas, Lubdhaka terpaksa naik ke pohon dan diam di sana selama semalam. Jadi ia tanpa sengaja sudah tidak tidur, tidak bicara, dan tidak makan atau minum sepanjang malam. Daun-daun di pohon yang ia naiki juga berguguran dan sejumlah daun yang gugur itu mendarat di sebuah lingga Siwa alami (tidak dipahat manusia) yang terletak di dasar danau. Siwa berkenan atas brata yang dilakukan Lubdhaka, jadi ketika Yama bersiap menarik jiwanya ke Neraka, Siwa mencegahnya. Lubdhaka diberi kesempatan kedua untuk hidup. Ia menjadi petani dan kelak saat ia mangkat, Yama diharuskan mengantarnya ke Swargaloka, bukan Neraka.

Kasus ketiga berkaitan dengan Wisnu. Ada seorang pria bernama Ajamila. Dia adalah pencuri, penipu, pria hidung belang yang meninggalkan istri serta anaknya untuk menikahi seorang pelacur dan pada akhir hidupnya tanpa sengaja menyebut nama Narayana (yang sebenarnya adalah nama salah satu putranya). Namun karena Narayana adalah nama lain Wisnu maka Wisnu menyelamatkan jiwa Ajamila. Sama seperti Lubdhaka, Ajamila diberi kesempatan kedua. Ajamila kemudian menjadi sadhu – pertapa. Meninggalkan keduniawian dan mengabdikan hidupnya hanya untuk Wisnu.

==AWATARA : WIDURA==
Nama Lain : Arya Widura, Yama Widura
Arti Nama : Yang Bijaksana (Widura)
Ras : Manusia Awatara
Profesi : Penasihat Raja Pandu dan Drestarastra, Tetua Hastina, Wali Indraprastha / Amarta.
Pasangan : Sulabha
Anak : Sanjaya

“Untuk menyelamatkan satu keluarga, singkirkanlah satu orang; untuk menyelamatkan sebuah desa, singkirkanlah satu keluarga; untuk menyelamatkan negeri, singkirkanlah satu desa; untuk menyelamatkan jiwa, lepaskan keduniawian.”
(Widura)

Ada versi yang menyatakan bahwa Yama sekalipun pernah alpa dalam mengadili seseorang. Seorang rsi bernama Mandavya mengajukan banding dan peninjauan kembali atas perkara kematiannya. Sang rsi mati dengan disula oleh para pengawal seorang raja karena di guanya ada sejumlah emas hasil curian yang Demi Tuhan dia tak tahu dari mana asalnya. Yama mengatakan itu adalah akibat dari kelakuan Mandavya yang suka menyiksa binatang saat ia masih kanak-kanak. Mandavya protes, ia beranggapan bahwa kenakalan anak-anak yang belum paham hukum karma dan dharma tidak bisa dianggap ‘dosa besar’ sampai-sampai ia harus mati disula. Sebagai akibat dari salah tuntutan ini, Yama harus KKN ke dunia manusia menjadi anak manusia bernama Widura.

Widura adalah putra Byasa dengan seorang dayang. Byasa, sang rsi, dipaksa oleh ibunya Satyawati (istri kedua Sentanu) untuk memberikan keturunan kepada Ratu Hastina : Ambika dan Ambalika, karena Bisma sudah bersumpah akan wadat (tidak menikah) seumur hidupnya. Ambika menutup matanya saat disetubuhi Byasa karena takut dengan rupa Byasa yang menakutkan sementara Ambalika pucat pasi saat melihat Byasa. Akibatnya Ambika melahirkan Drestarastra yang buta dan Ambalika melahirkan Pandu yang albino (dan lehernya kaku). Satyawati tidak puas dengan dua cucu ‘cacat’ dan meminta Byasa mencoba lagi. Tapi Ambika dan Ambalika tidak mau lagi tidur dengan Byasa. Mereka kemudian menyerahkan seorang dayang untuk ditiduri Byasa. Dayang ini tidak takut dan tidak jijik pada Byasa. Dari rahim dayang ini akhirnya lahir Widura. Widura lebih normal dan sehat daripada dua saudaranya tapi karena dia lahir dari seorang ayah Brahmana dan ibu Sudra, dia tidak mungkin menjadi raja.
Widura sehari-hari bertindak sebagai dewan penasehat raja. Baik pada masa Pandu maupun Drestarastra. Pada masa Drestarastra memerintah, Widura bertindak sebagai Wali Raja – atau mungkin Perdana Menteri Kedua bersama-sama dengan Sengkuni. Pada masa Duryodhana berkuasa, ia juga menjadi dewan penasehat meski nasehatnya sering tidak didengar dan sering diinterupsi oleh Sengkuni atau Drona.

Pada peristiwa Bale Sigala-gala atau Peristiwa Rumah Damar, Widuralah yang menggali terowongan di bawah rumah damar sehingga Pandawa bisa lolos saat rumah itu dibakar. Saat Pandawa kalah main dadu dan dibuang ke hutan, Widura menjadi wali negeri Indraprastha. Saat Kresna datang ke Hastina sebagai duta Pandawa, ia tinggal di kediaman Widura karena Widura adalah anggota keluarga Kuru yang paling netral. Ketika Bharatayudha pecah, putra Widura, Sanjaya diberi karunia oleh Byasa untuk melihat segala hal yang terjadi di Padang Kurusetra dan menceirtakannya pada Drestarastra.

Ketika perang usai dan Drestarastra masih belum mau terima anak-anaknya dihabisi oleh Pandawa. Widuralah yang menenangkan Drestarastra. Widura kemudian pergi ke dalam hutan bersama Drestarastra, Gandari, dan Kunti pasca Yudhistira naik tahta. Widura meninggal di pertapaan. Sebab-sebab meninggalnya bervariasi : antara kebakaran hutan yang menghanguskan pertapaan sampai kematian normal karena usia lanjut.

==YAMA DALAM PEWAYANGAN JAWA==
Pewayangan memecah tokoh Batara Yama menjadi dua tokoh : Batara Yamadipati dan Batara Dharma. Batara Yamadipati atau Sang Hyang Yamadipati adalah dewa pencabut nyawa. Dalam pewayangan, Batara Yamadipati adalah putera Batara Ismaya alias Semar dengan Dewi Kanastri atau Dewi Kanastren. Ia juga disebut Batara Petraraja atau Yamakingkarapati. Petra artinya adalah neraka atau raja neraka dan Kingkara berarti makhluk penjaga neraka.

Istrinya bernama Dewi Mumpuni, seorang bidadari cantik pemberian batara Guru. Dewi Mumpuni sebenarnya tidak mencintai Batara Yamadipati. Ia pun tidak merasa bahagia bersuamikan dewa yang berwajah buruk dan menakutkan. Oleh karena itu, Dewi Mumpuni menjalin cinta dengan Bambang Nagatatmala, putra Sang Hyang Antaboga. Akibat skandal itu, terjadilah keonaran di kahyangan. Akhirnya, Bathara Yamadipati rela melepaskan Dewi Mumpuni untuk diperistri Nagatatmala.

Sementara Batara Dharma sendiri adalah cucu dari Batara Brama (Batara Agni dan Batara Brahma yang disatukan sebagai dewa api). Ia hadir saat kelahiran Yudhistira untuk memberikan anugerah pada Yudhistira. Ia adalah dewa yang main ‘tebak-tebakan’ di telaga bersama Yudhistira. Tapi Dharma di sini sama sekali tidak mengurusi nyawa manusia. Saat Pandawa naik gunung menjelang kematian mereka, Dharma menjelma menjadi seekor anjing yang terus mendampingi Yudhistira sampai puncak gunung.

==TRIVIA==
• Dalam Asta Brata, terdapat unsur Yama Brata, teladan dari Yama. Di mana seorang raja hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama : berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat.
• Yama pernah sekali memberikan kompensasi perpanjangan masa hidup berdasarkan keinginannya sendiri. Ia melakukan itu kepada seorang wanita bernama Sawitri, yang bisa melihat wujudnya saat mengambil nyawa suaminya : Satyawan. Sawitri terus mengikuti Yama yang membawa Satyawan meskipun Yama sudah menyeberang ke alam kematian. Kagum akan kesetiaan Sawitri, Yama memberikan perpanjangan umur kepada Satyawan dan pada saat masa hidup Satyawan habis untuk kedua kalinya, Yama menjemput sendiri pasangan suami-istri itu.
• Meskipun merupakan Aditya paling muda, Putra Yama dengan Kunti adalah yang tertua di antara Pandawa.
• Yama dan Adipati Karna adalah saudara satu ayah.
• Yama tidak mengurusi orang yang mati tenggelam. Urusan mengantar jiwa orang-orang seperti itu diurus oleh Baruna.
• Konon siapapun yang dipandang lekat-lekat oleh kedua pasang mata Yama, ajalnya sudah dekat.
• Yama punya dua ekor anjing pengawal bermata empat.
• Mahakala, awatara lain Yama selain Widura, juga merupakan nama salah satu awatara Siwa.

==REFERENSI==
Mohapatra, Saurav dkk. 2007. India Authentic: Yama. Virgin Comics : Broadway NY.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/357867/Mahakala
http://www.kemudian.com/node/242641
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/1/17/o2.htm
http://cakepane.blogspot.com/2014/11/dewa-yama-dalam-teologi-hindu.html
http://caritawayang.blogspot.com/2013/01/darma-batara.html
http://anustoriesforchildren.blogspot.com/2010/06/vidura.html
http://www.hadisukirno.com/artikel-detail/Yamadipati
http://hinduresearchcenter.blogspot.com/2013/02/dewa-yama_15.html
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/1/17/o2.htm
http://books.google.co.id/books?id=5LJpNj4AT4YC&pg=PA158&lpg=PA158&dq=batara+yama+bali&source=bl&ots=birXVAvbfi&sig=jkFURx6M7RY8AoZCjhM1PoiHGsY&hl=id&sa=X&ei=OmxpVKOWEca3uATMz4HABA&redir_esc=y#v=onepage&q=batara%20yama%20bali&f=false

Sumber artikel ini: Facebook Page Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official

24 January 2015

Mitospedia Veda: Vayu, Dewa Angin



MITOSPEDIA VEDA / VEDIC / HINDU
BAYU – DEWA ANGIN

Nama Lain : Anila, Vata/Wata, Pavana/Pawana, Prana
Arti Nama : Udara (Bayu, Vayu, Anila), Atmosfer (Vata), Pemurni / Angin (Pavana), Nafas (Prana)
Ras : Dewa
Golongan : Aditya, Astawasu, Lokapala (Barat Laut)
Senjata : Vayvayastra
Kediaman : Swargaloka
Peran : Dewa Angin dan Raja Para Gandarwa.
Pasangan : Putri Wiswakarma (arsitek kahyangan), Anjana / Anjani, dan Kunti
Anak : Hanoman (dengan Anjani) dan Bima (dengan Kunti)
Wahana : Kijang atau Kereta Yang Ditarik 99 Kuda

Di antara sekian banyak Aditya yang ada di kahyangan, yang paling dekat (karakter dan hubungan personalnya) dengan Indra adalah Bayu. Bayu adalah rekan utama Indra dalam memerangi Asura. Keduanya sama-sama ‘brutal’, menyukai pertarungan, dan suka minum Soma (minuman para dewa yang kadar memabukkannya luar biasa).

Bayu adalah dewa yang gampang naik darah dan suka berantem (dan hal ini menurun ke salah satu putranya, Bima). Pada suatu masa, untuk alasan yang tidak diketahui, ia dipancing oleh Rsi Narada, pak posnya kahyangan, untuk menghancurkan puncak Gunung Meru. Bayu menerima tantangan ini dan selama setahun penuh tak henti-hentinya menghantam puncak Meru dengan angin kencang. Garuda, wahana Wisnu, mengintervensi aksi Bayu ini dengan berdiri di antara Bayu dan puncak Gunung Meru. Aksi Garuda ini mengurangi efek hantaman angin Bayu ke puncak Gunung Meru. Namun setelah setahun lewat, Garuda mulai capek dan memutuskan untuk istirahat sebentar. Garuda pikir jika ditinggal sebentar saja, puncak Meru masih aman. Tapi Narada yang melihat hal itu memberitahu Bayu untuk melipatgandakan usahanya selagi Garuda beristirahat hingga akhirnya puncak gunung itu jatuh ke lautan dan membentuk Pulau Lanka (sekarang menjadi negara Sri Lanka).

Kisah lain yang melibatkan Bayu terjadi pada era Ramayana. Pada saat itu, Hanoman yang masih kecil, terbang ke arah matahari karena menyangka itu adalah makanan. Indra yang melihat hal itu segera melempar senjata bajranya ke arah Hanoman dan Hanoman pun jatuh bebas ke bumi. Bayu yang melihat anaknya jatuh bebas dari angkasa langsung terbang ke arah Hanoman dan mengamankan Hanoman di sebuah gua. Saat melihat bekas luka di pipi anaknya cocok dengan senjata bajra milik Indra, Bayu yang marah langsung menghentikan segala laju angin (sirkulasi udara) di muka bumi dan membuat udara menjadi panas, suplai oksigen berkurang dan makhluk hidup mulai mati lemas satu demi satu.
Brahma yang tahu soal perkara ini berusaha membujuk Bayu tapi Bayu baru mau kembali ke posnya kalau Indra datang dan minta maaf pada Hanoman. Maka Brahma pun mendatangi Indra, menyuruhnya minta maaf pada Hanoman, dan setelah Indra melakukan hal itu, Bayu kembali ke pos tugasnya.

==TRIVIA==
• Bayu konon juga ditugasi menjaga rahasia dan suplai parfum dan wewangian kahyangan.
• Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa Bayu yang dikenal dalam mitologi Veda saat ini adalah evolusi Vayu-Vata dari religi Zoroasterime (lihat : https://www.facebook.com/LCDP.Official/photos/a.788354764510622.1073741836.307835652562538/822259484453483/?type=1&permPage=1)
• Bima adalah putra Bayu yang sifat temperamentalnya paling mirip dengan ayahnya.
• Di pewayangan Jawa, para keturunan Bayu selalu memiliki senjata kuku ibu jari yang mencuat tajam yang disebut kuku Pancanaka.
• Di kala Indra memimpin sebuah unit pasukan pemukul bernama Marut, maka Bayu merajai kelompok Gandarwa yang selain berfungsi sebagai pasukan pemukul juga untuk memainkan musik di kahyangan.

REFERENSI :
http://www.pantheon.org/articles/v/vayu.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Vayu
http://www.kamalkapoor.com/hindu-deities/lord-vayu.asp
https://www.princeton.edu/~achaney/…/wiki100k/docs/Vayu.html

20 January 2015

Mitospedia Veda - Kubera, Dewa Kekayaan


MITOSPEDIA VEDA / VEDIC / INDIA
KUBERA – DEWA KEKAYAAN

Nama Lain : Kuwera, Kuvera, Rakshasadhipati, Rajaraja
Arti Nama : Yang Rupanya Jelek Sekali/Yang Tersembunyi/Pahlawan Bumi (Kubera), Pemimpin Para Raksasa (Rakshasadhipati), Raja para Raja (Rajaraja).
Ras : Yaksha (Asura), Dewa
Golongan : Lokapala (Utara)
Senjata : Gada
Kediaman : Alengka (Sebelum diusir Rahwana), Astika (saat ini)
Peran : Dewa Harta dan Kekayaan, Bendahara Kahyangan, Yaksharajan (Raja Para Yaksha), Penjaga Dunia Bagian Utara, Dewa Pelindung Para Pedagang
Pengikut : Nairrata, Yaksha, Raksasa, Gandarwa, Kinnara dan Kinnari
Pasangan : Riddhi/Bhadra/Kauberi/Charwi
Anak : Nalakubara, Manigriwa, dan Mayuraja
Wahana : Wilmana – kereta terbang.

==LEGENDA==
Sosok Kubera boleh dikata ‘agak tidak meyakinkan’ sebagai dewa. Kakinya tampak lebih pendek daripada tubuhnya, perutnya buncit, dan tampaknya lebih banyak duduk diam daripada beraktivitas seperti dewa-dewa lainnya. Meski begitu, sebaiknya anda jangan berpikir dewa ini tidak berbahaya pacman emoticon .

Kubera pada mulanya adalah Asura dari golongan Yaksha. Dalam Atharvaveda ia disebut sebagai ‘bos besar’ dari segala roh jahat sementara kitab Shatapatha Brahmana menyebutkan Kubera sebagai tuan (sesembahan) dari para pencuri dan pelaku kriminal. Baru pada kitab-kitab selanjutnya statusnya naik. Pada kitab Manusmirti, ia disebut sebagai salah satu dari 8 Lokapala serta pelindung para pedagang.

Silsilah Kubera terdiri dari banyak varian. Ada yang mengatakan ia berayahkan Prajapati Pulatsya (saudara Kashyapa) dan beribukan seekor sapi dan bersaudara dengan Visrava (Wisrawa). Versi lain mengatakan bahwa ia putra brahmana Wisrawa dan bersaudara dengan Rahwana. Apapun versinya yang jelas Kubera punya hubungan darah dengan Rahwana.

Kubera untuk alasan yang tak begitu jelas (ada versi menyebutkan ia ingin melampaui kehebatan ayahnya) meninggalkan rumah ayahnya, bertapa keras, dan akhirnya berhasil menemui Brahma, Sang Pencipta. Brahma menganugerahi pada Kubera hak untuk menguasai kekayaan di seluruh bumi, status persahabatan dengan Siwa, sebuah Wilmana – kereta terbang atau menurut versi Nusantara sejenis garuda meski ukurannya tidak sebesar Garudeya milik Wisnu, status sebagai raja para Yaksha (kemudian juga para raksasa), status setara dengan dewa, dan status sebagai Lokapala, juga seorang anak bernama Nalakubara.

Kubera kemudian tinggal di Alengka, yang merupakan puncak gunung Meru yang dahulu dihantam Bayu sampai jatuh ke laut, dan dari sana membangun Alengka menjadi kota modern dan sangat spektakuler dengan nyaris seluruh bangunannya terbuat dari emas. Segalanya tampak baik bagi Kubera sampai kemudian adik tirinya bernama Rahwana datang ke Alengka, mengkudetanya, lalu menendang dia keluar dari Alengka.

Setelah Rama Awatara berhasil mengalahkan Rahwana, Alengka dikembalikan pada Kubera, tapi Kubera menyerahkan kembali Alengka ke tangan Wibisana, adik Rahwana. Setelah ditendang keluar dari Alengka, Kubera kemudian pergi ke daerah Pegunungan Gandhamandana, yang letaknya dekat dengan Kailash, kediaman Siwa lalu mendirikan kota baru bernama Astika. Di Astika, Kubera memiliki sebuah taman yang seluruh tanamannya berdaun emas atau permata dan buahnya melahirkan para bidadari bernama Caitraratha.

Astika adalah tempat para dewa berpesta. Siwa dan Parwati kadang-kadang juga berkunjung ke sana. Di Astika juga, Kubera menyimpan harta para dewa yang dipercayakan padanya. Astika pernah mendapat serangan empat kali. Yang pertama dilakukan oleh –siapa lagi kalau bukan – Rahwana, yang kedua dilakukan oleh Mucukunda, panglima kahyangan, dan yang ketiga oleh Shukra, dewa yang memihak para Asura, sementara serangan terakhir dilakukan oleh Bima, salah satu dari Pandawa. Alasan penyerangan yang jelas hanya alasan penyerangan oleh Rahwana dan Shukra yang jelas-jelas mau mencuri harta yang dijaga Kubera.

Kubera konon bisa memberikan sedikit kekayaannya kepada orang yang dia sukai. Proses penganugerahan harta seperti ini juga dilakukan oleh pasangan Wisnu, Laksmi.

Meski lebih dikenal sebagai dewa harta, tapi Kubera pada masa yang lalu juga disembah para raja untuk memohon kebijaksanaan serta pertolongan supaya mampu mengatasi segala aral rintangan, atribut Kubera yang satu ini sama dengan atribut yang dimiliki oleh Ganesha.

==TRIVIA==
• Dalam pewayangan Jawa, Kubera tidak pernah tinggal di Alengka. Dia tinggal di kahyangan dan Alengka dikuasai kakak lain ibu Rahwana yang bernama Danapati.
• Dalam pewayangan Jawa ada satu versi di mana Kuwera pernah menyerahkan bahan pembuat gada kepada pihak Kurawa yang kemudian direbut sebagian oleh Antasena. Sebagian bahan itu dibuat menjadi Gada Rujakpala milik Bima dan yang lain dibuat Gada Lambitamuka milik Duryodhana.
• Posisi Kubera dalam Lokapala sebagai penjaga arah utara kadang digantikan Chandra atau Agni.
• Wilmana – kereta terbang anti gravitasi – yang menjadi wahana Kubera adalah satu-satunya wahana dewa yang bukan berupa makhluk hidup. Meski begitu kadang Wilmana digambarkan sebagai sejenis garuda (berkepala dua / raksasa) di Indonesia. Kubera juga punya gajah untuk wahana cadangan. Wilmana sendiri sempat dirampas dan digunakan Rahwana setelah Kubera terusir dari Alengka.
• Mereka yang berpikir untuk menyerang Astika harus berhadapan dengan para Yaksha – raksasa berzirah, Nairrata – sejenis asura buas, Raksasa, Gandarwa, Kinnara dan Kinnari. Selain itu mereka juga harus berpikir ulang mengenai ‘entitas-entitas berbahaya’ yang tinggal di dekat Astika seperti Gana – pasukan milik Siwa, Parwati – pasangan Siwa, Siwa – salah satu dari para Trimurti, Ganesha, dan Nandi.
• Pasca dikalahkan Rahwana, pihak Asura kembali terpecah menjadi dua kubu. Kebanyakan raksasa ikut Rahwana dan setelah Rahwana tewas, akhirnya hidup liar di hutan-hutan sementara Yaksha dan Nairrata tetap setia pada Kubera.
• Kubera juga melindungi orang-orang yang tengah melakukan perjalanan jauh atau mengembara.

REFERENSI :

http://en.wikipedia.org/wiki/Kubera
http://www.crystalspirits.biz/Kubera.html
http://hinduism.about.com/od/godsgoddesses/fl/Kuber-The-Lord-of-Riches.htm

Sumber artikel:
Facebook Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official

11 January 2015

EVERNA SAGA Hikayat Tiga Zaman - Daftar Cerita 1-10

Layout design cover terbaru untuk edisi online & indie. Gambar dari berbagai sumber.




EVERNA SAGA Hikayat Tiga Zaman
Andry Chang dkk.

Daftar Cerita Antologi Bersama Hikayat Tiga Zaman di Wattpad.com. 
http://www.wattpad.com/story/28234929
 
 
Batch 1 (1-10)
 

Tak ada pembalasan dendam, tak ada kebencian. Yang tersisa tinggal dorongan hati untuk menyepuh tudungku merah dengan darah musuh-musuhku. 
 
Tudung Darah – Andry Chang


Kombinasi yang canggih antara sihir, futsal, sepakbola dan sepak takraw, diracik menjadi 
menu yang mengguggah semangat juang dan sportivitas. 
 
Quarta – Shin Elqi 
http://www.wattpad.com/88436002-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-quarta-shin-elqi
 
 
 
Di Barat Everna ada Yggdrasil, Pohon Dunia, maka di belahan timur ada Gunung Dunia. Ada apakah di sana?
 
Penjaga Gunung Dunia - Ambu Dian
http://www.wattpad.com/88459946-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-penjaga-gunung
 
 
 
Panggungku, tempat kekuasaanku. 
Tempat aku melantunkan simfoni kematian. 
Siapapun yang menurunkanku dari panggungku.
Akan kudatangkan pentasku pada mereka.
 
Panggungku - Heru S. Zainurma
http://www.wattpad.com/88826701-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-panggungku-heru-s
 

Bilamana kau ingin melakukan pertukaran perihal hidup-dan-mati, pastikan kau bertemu orang yang
tepat – atau yang yakin dirinya tepat - untuk melakukan pertukaran itu.
 
Pertukaran - Alexia Chen
http://www.wattpad.com/89543582-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-pertukaran-alexia
 
 
Sebuah dongeng akan lebih nyata bila tak ada “hidup bahagia sepanjang hayat” di akhir kisahnya.
 
Pinocchio: Pembalasan Stromboli – Andry Chang
http://www.wattpad.com/87366822-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-pinocchio
 

Jika kau mati, apakah kenanganmu akan ikut mati? Apakah cintamu akan ikut mati? 
Tidak bisakah kau meninggalkannya di dunia ini? Jawabannya bisa. Panggillah sang memorier.

Memorier - Ashara


Tiada kasih sayang yang lebih indah, ajaib dan agung daripada seorang ibu yang mengorbankan hal yang paling berharga baginya demi anaknya. 
 
Kiky Si Kancil dan Kutukan Gorgon – Rickman Roedavan
http://www.wattpad.com/91369836-everna-saga-hikayat-tiga-zaman-kiky-dan-kutukan



Romeo dan Juliet pernah memadu kasih di Verona. Di Arcapada ada sepasang kekasih dari dua kaum musuh bebuyutan pula.

Sira Naj – Anjar Adityatsu


Jangan merusak si perusak.
Perbaikilah dia supaya bisa memperbaiki lebih baik lagi.

Si Pandai Besi Gila - Sufiatur


Daftar sumber gambar: 
- Memorier: Elise the young mage by Shadow Ninja Zero
- Panggungku: romanticruins.blogspot.com 
- Sira Naj: Naga by ninsianna.deviantart.com 
- Kiki si Kancil: Original design by Rickman Roedavan
- All Else: Various Sources - Google.com

--------------
Trivia: Daftar pemeran cerita gaya Wattpad.com 
Roberto Benignias Pinocchio
Martin Landauas Geppetto
Anna Kournikovaas Davire Evgenikova
Michael Dudikoffas Myrk Judikov
Amanda Seyfriedas Red Riding Hood
Gary Oldmanas Lycan Hunter
Antonio Banderasas Alvaro the Hangman
Keanu Reevesas Adair or Vadis
Jay Chouas Esseah
Shia LaBeoufas Olsen var Ehlreid
Kajolas Sira Naj
Shahrukh Khanas Sanjay Gaj
Hayden Panettiereas Ulrisse eil Zwight
Jack Nicholsonas Baersk the Mad
Macaulay Culkin as Child King Wilhelm
Chloe Moretzas Vorai Arantes
Stephen Chouas Voice of Baihu
Jamie Cullumas Hazel

09 January 2015

Sejarah Everna - Update 2015






Selamat Datang di Terra Everna!


TINJAUAN UMUM

Saat melihat bentuk planet dan peta dunia Terra Everna, anda mungkin akan bertanya, “Apakah ini Bumi?”
Jawabannya adalah, konsep dasar Dunia Everna adalah Bumi dalam dimensi yang berbeda, dimensi antah-berantah yang tak dapat dijangkau dengan wahana ruang angkasa secanggih apapun.
Salah satu perbedaan yang mencolok antara Bumi dan Everna adalah banyak yang di Bumi dianggap sebagai mitos, legenda dan kisah fantasi adalah sejarah dan peristiwa nyata di Everna. 

Letak benua-benua dan penyebaran kebudayaan tiap bangsa di Everna hampir sama dengan di Bumi, tentu saja dengan penamaan yang berbeda-beda sebagai berikut:
Benua Orien: Benua mirip Asia di Bumi. Benua terbesar ini terbagi menjadi beberapa jazirah:
-          Jazirah Al-Kalam: Mirip wilayah dan budaya Timur Tengah di Bumi.
-          Jazirah Na-Wan: Mirip wilayah dan budaya Timur Jauh di Bumi, termasuk China, Jepang dan Korea.
-          Jazirah Arcapada - Antapada: Mirip wilayah dan budaya yang mencakup India, Indonesia dan Asia Tenggara di Bumi.
-          Jazirah Boreal: Mirip Australia di Bumi.
Benua Myriath: Benua mirip Amerika di Bumi.
-          Jazirah Quetzal: Mirip Amerika Selatan di Bumi.
Benua Ubanga: Benua mirip Afrika di Bumi.
Benua Frigia: Benua-benua mirip Greenland dan Antartika di Bumi.
Benua Aurelia: Benua mirip Eropa di Bumi.



SEJARAH
 
Adapun zaman-zaman yang menandai berkembangnya Dunia Everna sejak penciptaannya adalah sebagai berikut:

I.                    Dunia Pertama – Zaman Prasejarah (Milyaran Tahun Sebelum Zaman Dewa-Dewa)
Sejak Sang Sumber menyalakan energi kehidupan pertama dan membentuk Everna selama milyaran tahun lamanya, para makhluk berevolusi menjadi makin dan makin sempurna.
Hingga terciptalah manusia yang berakal budi. Kecerdasan mereka yang jauh melebihi segala makhluk lainnya membuat Sang Sumber membiarkan manusia mengelola dunia.

II.                  Dunia Pertama – Zaman Dewa-Dewa (Sepuluh Ribu Tahun Sebelum Zaman Es)
Evolusi terus berlanjut, dan manusia berkembang makin sempurna. Bahkan segelintir dari mereka berhasil mengatasi hambatan-hambatan alamiah, bahkan kematian alami.
Sebutan bagi mereka adalah DEWA.
Kota-kota dewata seperti Asgard di puncak Pohon Hayat Yggdrasil, Olympus yang terapung di atas puncak gunung, Shangri-la yang tersembunyi dalam lindungan lima gunung, Nirwana dan Kahyangan yang berupa pulau-pulau di langit yang selalu terselubung awan, dan sebagainya bermunculan, dan manusia beralih menyembah para dewa ini alih-alih Sang Sumber. Sang Pencipta murka, namun niatnya memusnahkan kehidupan diurungkannya.
Sebaliknya, ia membiarkan para dewa berebut kekuasaan dan saling bentrok supaya manusia sadar yang mereka sembah itu tidak sepenuhnya suci dan sempurna.
Klimaksnya, terjadi perang maha dahsyat antara dewa, iblis dan monster yang disebut Ragnarok. Di penghujung perang, Raja Iblis bernama Surt berhasil dikalahkan. Tindakan terakhir Surt sebelum menemui ajal adalah meledakkan api dari langit dan bawah tanah, memicu reaksi berantai yang memusnahkan nyaris seluruh kehidupan di Everna. Itulah kiamat yang mengakhiri Era Dunia Pertama.

III.                Dunia Pertama – Zaman Es (1024 Tahun)
Kenekadan Surt membuat Sang Sumber bertindak, mengerahkan hujan es berkepanjangan, mengakibatkan musim dingin yang berlangsung selama seribu tahun lebih untuk memadamkan api abadi.
Selama masa ini, seorang Dewi Es bernama Frei Val’shka menjadi maha kuasa tak terbatas. Ia mengumpulkan para manusia yang selamat dari Ragnarok dan membangun kekaisaran dimana ia berkuasa sebagai dewi dan Maharaninya selama seribu dua puluh empat tahun.
Di akhir masa ini, kembali Sang Sumber turun tangan. Ia mengutus seorang manusia, Vazar dan wanita setengah dewi, Marvella untuk mencari Relik Api Abadi dan Bibit Pohon Hayat, Yggdrasil dan melawan tirani Frei Val’shka.
Akhirnya Frei Val’shka tumbang, dan benih Pohon Hayat berhasil ditanam di tempat berdirinya Kerajaan Elf Thyrine kelak. Yggdrasil tumbuh amat pesat dan makin besar menjulang, menerbitkan musim semi akbar yang mengakhiri musim dingin abadi di Terra Everna sekaligus Era Dunia Pertama.
Catatan: Zaman Es Frei Val’shka ini adalah Zaman Es Kedua. Zaman Es Pertama terjadi di Era Prasejarah.

IV.                Dunia Kedua – Zaman Pemulihan (1-2480 A.R.)
Di dunia baru ini, Sang Sumber berinkarnasi menjadi tiga perwujudan:
-          Vadis, Dewa Terang, Matahari dan Energi Positif
-          Adair, Dewa Kegelapan, Bulan dan Energi Negatif
-          Enia, Dewi Alam dan Energi Netral
Selama Zaman Pemulihan yang berlangsung kira-kira dua ribu tahun ini, selain manusia muncullah pula ras-ras baru di antaranya:
-          Elf: Ras setengah dewa yang berkekuatan sihir superior dan hidup alami abadi.
-          Orc: Ras manusia siluman yang berkekuatan fisik superior.
-          Kurcaci: Ras manusia kerdil yang dikaruniai daya tahan tubuh superior.
-          Goblin: Ras manusia siluman bertubuh kerdil, cenderung buas seperti hewan namun ada pula goblin yang cerdas yang kebanyakan menjadi ahli artefak.  
-          Halfling: Ras manusia kerdil yang lebih pendek dari kurcaci, namun memiliki kecerdasan lebih dan menguasai teknologi yang lebih maju dari zaman dimana mereka hidup. Disebut pula colobockle atau hobbit. Kaum-kaum lain yang termasuk dalam ras ini adalah para gnome dan lain sebagainya.
-          Faerie atau Fae: Ras manusia ajaib yang bersayap seperti capung atau kupu-kupu atau tidak bersayap, besarnya bisa seukuran manusia biasa atau jempol tangan pria dewasa. Umumnya mereka hidup di negeri terasing yang serba sihir, lebih ajaib dari negeri elf.
Selama Zaman Pemulihan ini pula terjadi bentrokan antara Vadis dan Adair. Enia berusaha mendamaikan keduanya dan akhirnya melebur dalam inti Everna. Akhirnya Vadis terangkat ke surga dan Adair mengelola neraka – alam akhirat yang khusus dalam Dimensi Everna.

V.                  Dunia Kedua – Zaman Peradaban Kuno (1-4000 A.C.)
Setelah Zaman Pemulihan, muncullah peradaban-peradaban dan kekaisaran-kekaisaran yang mendominasi dunia. Di antaranya adalah Negeri Ankh’ra di Ubanga dan Astina di Arcapada.
Di awal zaman ini Sang Pangeran Kegelapan, Vordac berontak terhadap ayahnya, Adair. Ia kalah dan terpenjara. Baru seribu tahun kemudian ia dibebaskan oleh Arachus, Penguasa Dunia Fana Bawah Tanah di Everna.
Sementara itu manusia makin tersebar, dan mereka makin melupakan Vadis. Bangsa-bangsa tertentu bahkan kembali menyembah dewa-dewa dari Zaman Dunia Pertama, percaya mereka masih berpengaruh dalam kehidupan.
Salah satu dari para dewa ini adalah Frei Val’shka. Ia terbebas dari penjara Relik Api Abadi dan menggalang kekuatan demi mengembalikan Zaman Es agar ia bisa menguasai Everna. Seorang pahlawan bernama Lesnar Geine bangkit melawan. Menyamar sebagai manusia, Vordac membantu tanpa diminta. Akhirnya Frei Val’shka tumpas, kembali terpenjara dalam istananya sendiri.


VI.                Dunia Kedua – Zaman Sihir Awal (1 – 1638 A.V.)
Peradaban manusia makin maju. Di zaman ini sihir dan alkimia lebih mendominasi kehidupan daripada sains dan teknologi. Bahkan pusat Agama Vadis di Valanis merangkap jadi pusat pengembangan sihir dan akademi sihir terbesar di Benua Aurelia – dan dunia.
Di masa ini pula kerap kali terjadi prahara. Negara berperang melawan negara, kerajaan melawan kerajaan, dan Laskar Terang melawan Laskar Kegelapan yang pemimpinnya tak lain dan tak bukan adalah Vordac, Sang Penguasa Mutlak Kegelapan.
Sepak terjang Vordac selama Zaman Sihir ini di antaranya:
Merebut Sylvania, Negeri Malam Abadi dari kaum vampir dan membangun Kerajaan Kegelapan.
Bersekutu dengan para orc menjajah Benua Aurelia dari Sylvania ke Borgia. Namun di Myrcalia, Ibukota Arcadia serangan mendadak dari pasukan Sage si Hati Api membuat Laskar Kegelapan kocar-kacir, kalah total. Vordac malah menemui ajalnya di Celc, di tangan Gairon dari Crypton, pahlawan kaum vampir.
Roh Vordac merasuki Pedang Iblis Kraal’shazar dan memperalat Mildred Urganon. Bersama ayahnya Mandrach Urganon mereka menjajah Borgia dan Arcadia. Bersama Arachus di Sylvania mereka merencanakan penjajahan dua arah. Sebelum rencana itu rampung, Laskar Terang pimpinan Antoine si Pembebas menyusup ke Arcadia dan menggagalkan rencana ayah-anak Urganon itu.
Vordac kembali berusaha bangkit dan menemukan inang baru. Kembali Laskar Kegelapan menyerang Benua Aurelia dan gagal karena keteguhan hati seorang wanita. Laskar Terang menyerang balik, menyerbu Kraal’thragon, markas utama Laskar Kegelapan di Sylvania. Terdesak, Vordac melepas kekuatan pamungkas untuk menciptakan kiamat seperti saat di Dunia Pertama. Akhirnya kiamat kedua berhasil dicegah, namun peristiwa ini dianggap sebagai pertanda berakhirnya Zaman Shir Awal.  

VII.              Dunia Kedua – Zaman Sihir Peralihan (1638 – 3747 A.V.)
Pada permulaan zaman ini penggunaan sihir masih marak, namun perlahan mulai terdesak seiring penemuan-penemuan sains baru yang makin banyak bermunculan.
Manusia makin mendominasi dunia, mendesak ras-ras lainnya terutama kaum elf yang sepenuhnya tergantung pada sihir dan menolak teknologi hingga mereka makin tersingkir.
Puncak konfliknya adalah perang berkepanjangan antara “sihir” dan “sains”. Laskar Kegelapan yang ternyata tak pernah sepenuhnya tumpas memancing di air keruh. Manusia dan ras-ras lain termasuk elf, orc dan goblin sekali lagi bersatu. Pohon Hayat Yggdrasil yang dicemari Laskar Kegelapan akhirnya musnah dan para elf hijrah mencari pemukiman baru yang masih alami di benua-benua lain, menandai berakhirnya Zaman Sihir Peralihan ini, sekaligus Zaman Dunia Kedua.

VIII.            Dunia Ketiga – Zaman Mesin (3747 A.V. – 3950 A.V.)
Setelah sihir makin terpinggirkan, manusia terus mengembangkan sains dan mengandalkan mesin untuk berbagai macam pekerjaan dan sarana. Kristal gaib makin langka, jarang ditambang dan digunakan. Sebagai gantinya, mesin uap makin berkembang dan makin kuat dayanya. Segala wahana terbang dan air kini menggunakan mesin uap, bukan mesinah alkimia.
Walau tak seterang-terangan zaman sebelumnya, praktek sihir masih marak, bahkan belum dianggap tabu di kalangan masyarakat beradab. Zaman Mesin yang disebut juga Zaman Uap atau Zaman Pra-Modern ini berlangsung hingga meluasnya pemakaian listrik, bahan bakar minyak dan ditemukannya teknologi baru berupa komputer dan alat-alat otomatis lainnya.

IX.                Dunia Ketiga – Zaman Modern (3950 A.V. – 4378 A.V.)
Dominasi manusia makin nyata, teknologi makin canggih dan maju. Sihir makin terpinggirkan bahkan hingga beroperasi hanya di “wilayah tersembunyi”. Semakin sedikit pula manusia yang menguasai sihir. Walau Laskar Kegelapan sudah tidak ada, kekuatan gelap tentu masih ada dan kebanyakan tersamarkan, berbaur dalam kehidupan sehari-hari, menjadi bahaya laten yang selalu menguntit hingga akhir segala zaman. Sewaktu-waktu kekuatan kegelapan akan muncul kembali dalam bentuk lain, belum lagi ancaman-ancaman yang berasal dari dalam dan luar Dunia Everna sendiri.

X.                  Dunia Ketiga – Zaman Penjelajahan Antariksa (4378 A.V. – ?)
Manusia dan makhluk-makhluk pro-teknologi lainnya menjelajahi antariksa, mencari dunia-dunia baru untuk dijadikan koloni atau berinteraksi. Kehidupan di Everna berlangsung terus, sampai akhir segala zaman, bisa juga nanti ada kiamat ketiga, dan mungkin masih ada kehidupan setelah kiamat.

Keterangan istilah:
 A.R.: Anno Restoratum, penanggalan pada Zaman Pemulihan
A.C.: Anno Civilium, penanggalan pada Zaman Peradaban Kuno
A.V.: Anno Vadisium, penanggalan pada Zaman Pertengahan, Peralihan dan Modern

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia