Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

28 October 2011

Maven - Daftar Tempat-Tempat Penting

"Jangan PERNAH bicara seperti itu tentang IBUmu!" Adair bangkit dari singgasananya,

26 October 2011

The Arabian Nights



The Arabian Nights
Kisah-Kisah Fantastis 1001 Malam
Penerbit: BukuKatta
Penyadur: Andrew Lang
Penterjemah: Titik Andarwati
Editor: Anton WP

Penerbit Katta
Villa Bukit Cemara No.1, Mojosongo, Solo
E-Mail: bukukatta-at-yahoo-co-id
Website: www.bukukatta.com
Blog: http://bukukatta.blogspot.com


1001 Malam Sang Musafir Menjelajah Negeri 1001 Malam

Anda mungkin bertanya, apa judul review ini agak "lebay"? Jawabannya, ya dan tidak. Ya, mungkin "1001 Malam" adalah waktu yang berlebihan untuk membaca senarai kisah fantasi klasik ini.

Tapi tidaklah berlebihan kalau "Arabian Nights" adalah salah satu kisah klasik yang paling sering dibaca berulang-ulang oleh Musafir dari Everna ini. Wajar saja, karena kisah-kisah ini merupakan sumber inspirasi bagi beliau dan banyak penulis terkenal dalam berkarya. Seperti sumur dari Mata Air Singa yang tak ada habis-habis airnya, tak bosan-bosannya dinikmati lagi dan lagi.

Rangkaian kisah ini juga sarat pesan moral yang mendidik. Walau penyampaiannya terlalu "ajaib" untuk jadi contoh, namun kejadian di dunia nyata dan zaman modern tak terlalu beda dan masih sejalan dengan setting Arab abad pertengahan ini.
Contoh, ada cerita-cerita tentang "akal mengatasi krisis" (Sheherazad, Ali Kogia, Ali Baba) dan "akal mengatasi sihir" (Nelayan vs. Jin, Sinbad si Pelaut, Kuda Ajaib).
Juga ada tentang "perilaku-perilaku aneh dan menyimpang dan cara menyikapinya" (Barmesid, Si Bongkok) sampai yang serba "ajaib" (Aladdin, 2 Wanita Yang Dengki Pada Adiknya).

Dari segi narasi dan cerita-cerita yang dipilih dalam senarai ini, kebetulan Sang Musafir punya buku pembanding, yaitu:

Stories From the Arabian Nights
The Commercial Press, Limited 1917 (18th Edition, 1927)

Andrew Lang rupanya menyadur gaya narasi dongeng yang setali tiga uang dengan versi klasik (dalam hal ini versi di "Stories"), tanpa banyak memodifikasinya dan lebih mendramatisir setiap adegannya seperti pada film-film bertema 1001 Malam yang sudah banyak beredar.

Tentu saja tak perlu sampai merombak besar-besaran plotnya seperti film Aladdin versi Disney dan Sindbad versi Hollywood. Sang Musafir menganggap contoh adaptasi yang "pas" justru di versi film seri televisinya, "The Arabian Nights".

Dari segi "kelengkapan" cerita, Sang Musafir menemukan beberapa cerita di "Stories" yang tak termasuk dalam versi Andrew Lang ini, yaitu:
1. Kisah Pangeran Ahmed (Tiga Pangeran): Kebesaran jiwa seorang pangeran menghadapi kekalahan beruntun.
2. Kisah Kogia Hasan Alhabbal: Rejeki seseorang tak melulu datang karena punya modal, tapi lebih ke faktor2 lain seperti keberuntungan, ketrrampilan dan kemampuan membaca peluang.
3. Kisah Ali Baba dan 40 Penyamun: Budak cerdik yang menyelamatkan jiwa satu keluarga dan tentang menyikapi keberuntungan tanpa ketamakan. Ini salah satu kisah yang paling populer, apalagi dengan sebutannya, "Open Sesame!"
4. Kisah Abu Hassan si Pemimpi: Bagaimana bila mimpi-mimpi terliarmu jadi nyata?
5. Kisah Pangeran Zeyn Alasnam: Tentang harta paling berharga dan pilihan antara janji, cinta dan kepentingan pribadi.
6. Akhir Kisah Sheherazad: Apa yang terjadi setelah lewat 1001 malam?

Sedangkan cerita-cerita yang ada di "Stories" juga di versi Andrew Lang diantaranya adalah Sindbad dan Aladdin yang paling terkenal itu. Juga ada: Nelayan dan Jin, Kuda Ajaib, Ali Kogia, Tiga Wanita Bersaudara dan Barmesid vs Saudara Keenam Si Tukang Cukur.

Jadi, walaupun 270 halamanpun mustahil menampung seluruh "Hikayat 1001 Malam" yang lengkapnya sampai 4 buku, pilihan ceritanyalah yang menjadi faktor penentu bagi pembaca: apakah dia akan memilih kumcer "terbaik" atau "terlengkap".

Salah satu nilai tambah di versi Lang ini adalah dari segi narasinya. Sang Musafir terinspirasi oleh alurnya yang nyaris semuanya sambung-menyambung dan bercabang-cabang, persis trik asli Sheherazad untuk mengakhiri malam di tengah2 cerita berikutnya, di momen yang mulai membuat penasaran.

Di sisi lain, paragraf-paragraf yang rapat-rapat pada layoutnya dengan ukuran font yang lumayan pas sedikit menimbulkan kesan "perlu 1001 malam untuk tuntas membaca buku ini". Hal ini bisa tak jadi kendala, asalkan kita memaklumi kebijakan penerbit dan mengacu pada jumlah halaman yang "hanya" 270, juga cerita-ceritanya yang esensinya adalah kumpulan cerpen.

Dalam "1001" ini bertaburan pula istilah-istilah yang khas Arab dan negeri-negeri Islam yang cukup familier di mata pembaca di Indonesia, di antaranya:
Wazir Agung: Grand Vizier, Perdana Menteri
Sufi: Orang kudus yang membaktikan diri untuk agama
Fakir: Gelandangan. Ada yang jadi pengemis, ada juga yang punya ilmu atau keahlian mirip sihir.
Khalifah: Kedudukan setara Sultan, Syeh (Shah) atau Raja. Pemimpin suatu negeri.
Tanpa daftar istilah, faktor konteks dan familiaritas inilah yang membantu pembaca langsung memahami istilah-istilahnya.

Setelah kenyang berpetualang, Sang Musafir mendapat banyak tambahan inspirasi dari kisah-kisah 1001 Malam ini, khususnya faktor-faktor apa saja yang pada dasarnya wajib ada dalam cerita-cerita pendek yang berbobot: Pesan moral/logika, fenomena unik, logika/puzzle dan yang terpenting: Konflik/krisis/masalah DAN solusinya.

Sementara trik2 fantasinya memperluas wawasan kita dan memacu pengembangan ide-ide baru, dari sisi penulis. Dan dari sisi pembaca, bila anda ingin lebih mendalami dan menyukai genre fantasi, kisah klasik ini jadi salah satu "bacaan wajib" yang terlalu berharga untuk dilewatkan, seperti tumpukan harta 7 turunan dalam sarang penyamun.

Akhir kata, "Close, Sesame!" Dan "Open, Fantasy!"

21 October 2011

Hikayat Everna

Sejarah dan Hikayat Everna dari Zaman ke Zaman

Everna World Map - Continents Overview
Updated: August 14, 2011


Chronicles of Everna

A Brief Overview of History, Legends and Ages

Andry Chang

English Version

http://fireheart-vadis.blogspot.com

Indonesian Language Version

http://fantasindo.blogspot.com

English Version

Welcome to Terra Everna!

Whenever you see the world map of Everna or the blue planet from space, you might ask, “Is this Earth?”

Actually, the core concept of Everna is Earth in an alternate dimension, a similar yet different world that you can never reach with spacecrafts or scientific means, no matter how advanced they are.

One of the differences between Earth and Everna is, most of the myths, legends and tales of fantasy on Earth are history, myth and legends in Everna.

The location and spread of continents and cultures of the nations in Everna is similar to Earth, of course with different names as follows:

  1. Irea: A continent similar to Asia on Earth. This largest continent consists of several regions as follows:

- Al-Kalam: A region similar to Middle-East on Earth.

- Orien: A region similar to Earth’s Far East including China, Japan and Korea.

- Antasara: A region similar to Australia, Indonesia and South East Asia.

- Arcapada: A region similar India, Pakistan, Bangladesh and Ceylon.

  1. Myrconia: A continent similar to America on Earth.

  1. Ubanga: A continent similar to Africa on Earth.

  1. Frigia: A continent similar to Antarctica or North Pole on Earth.

  1. Aurelia: A continent similar to Europe on Earth.

Being as old as Earth, Everna has gone through ages and phases in history:


I. First World – Prehistoric Age

Since The Almighty Source ignited the first spark of life and shaped Everna for eons, living beings have been evolving towards perfection to survive the ever-changing world.

And then humans emerged, the most advanced species with neo-cortex brain and conscience, far superior and more intelligent than all other beings. Therefore, The Source entrusted the care of Everna in their hands.

Thus humans evolved further, and a few of them even overcame the boundaries of nature, even natural death.

They were called GODS.

Thus godly dwellings were established: Asgard on top of Yggdrasil, the Tree of Life; Olympus on the floating islands above the mount; Shangri-la, the hidden city and Nirvana, the floating city forever covered in clouds.

In awe of these marvels, humans worshipped the gods instead of The One Source. The Creator was enraged, yet he changed his mind about destroying the world. Instead, he let the gods struggle for absolute supremacy so humans would finally realize that the gods were not perfect and not worthy of worship.

The climax of that struggle was Ragnarok, an almighty war between te gods, later involving devils and monsters.

On the end of that war, the Devil King named Surt was finally defeated. As he fell, Surt ignited the fire from the sky and underground, causing a chain reaction that set the whole world ablaze, destroying almost all life on Everna. It was the first doomsday that ended the Prehistoric Age.


II. First World – Ice Age

Surt’s folly made The Source act, unleashing a long winter to extinguish the fire. However, it lasted a thousand years and more.

During this period, an Ice Goddess named Frei Val’shka became absolutely almighty. She gathered the survivors of Ragnarok and established an empire on which she reigned one thousand and twenty four years.

At the end of this age, The Source sent a man, Vazar and a demigoddess, Marvella to search for the Eternal Fire Ruby and Yggdrasil Seed and fight against Frei Val’shka’s tyranny.

At last, Frei Val’shka’s reign ended in defeat, and the Yggdrasil Seed was planted in the future site of Elf Kingdom of Thyrine. Yggdrasil grew rapidly, starting a new spring that ended the winter – and Ice Age – in Terra Everna.


III. Second World – Renewal Age

In this newly restored world, The Source incarnated into three entities of Trinity:

- Vadis: God of Light and Positive Force

- Adair: God of Darkness and Negative Force

- Enia: Goddess of Nature and Neutral Force

During this Renewal Age that lasted a thousand years or so, the Trinity channeled the human evolution into making new races, among them were:

  1. Elf: A demigod race with superior magic and intelligence and everlasting natural lifespan.

  1. Orc: A demidevil race with superior physical, brute strength.

  1. Dwarf: A mini-demihuman race with superior stamina.

  1. Goblin: A mini-demidevil race that was either extremely savage or intelligent.

  1. Gnome: A mini-demihuman race shorter than dwarves. They had superior intelligence and mastered technologies ahead from their time. They were often called “halflings” or “hobbits”.

  1. Faerie: A mini-demigod race with various shape and size, often have wings like dragonflies or butterflies, and lived in their own solitary “world” more magical than the elf kingdom.

Also some minority races as described in the glossary.

During the Recovery Age, a conflict occurred between Vadis and Adair. Enia tried to end the war in peace and sacrificed herself, merging herself into the Core of Everna. Finally Vadis ascended to heaven and Adair descended to hell – typical Evernan afterworlds.


IV. Second World – Civilization Age

The emergence of new civilizations marked the beginning of this era. Empires rose, expanded and fell.

Human race became more populous and widespread. Yet they grew more oblivious to Vadis. Some nations even went back to worshipping the gods from the First World, believing that they still had influence in this age.

During this time Vordac the Dark Prince rebelled against his father Adair, yet he was defeated and imprisoned. A thousand years later, Arachus, Lord of the Underworld in Everna freed Vordac.

Centuries later, the Ice Goddess Frei Val’shka was freed from the Eternal Fire Ruby. She gathered a new force to re-create a new Ice Age so she could reign in the entire Everna again. A hero named Lesnar Geine rose to fight her. Vordac unexpectedly aided Lesnar and finally vanquished Frei Val’shka again, imprisoning her in her own citadel for centuries to come.


V. Second World – Middle Age or Prior Magic Age

Civilizations became more advanced, and in this age magic and alchemy became more widespread and widely practiced than science and technology.

Even the center of Vadisian Religion in Valanis also served as the largest magic academy and research center in Aurelia.

Conflicts were also frequent: Nations against nations, kingdoms against kingdoms, and on the peak of it all, Forces of Light versus the Dark Forces. The culprit and leader of the Dark Forces was none other than Vordac, the Dark Overlord.

Some of the Dark Forces’ campaigns during the Magic Age:

1. Took Sylvania, Land of Everlasting Night from the Vampires.

2. With the Gremion orcs as their allies, the Drak Forces conquered Aurelia from Slyvania to Borgia. In Myrcalia, the Capital of Arcadia a sudden reinforcement from Sage the Fireheart thwarted the Dark Army. A vampire hero, Gairon of Crypton even sent Vordac to his demise.

3. Vordac’s spirit entered the Deathblade Kraal’shazar and later possessed Mildred Urganon. With his father Mandrach Urganon they conquered Borgia and Arcadia. They planned a two-way conquest with Arachus in Sylvania, yet the Forces of Light led by Antoine the Avenger infiltrated Arcadia and vanquished the father-son tyrants.

4. Once again, Vordac tried to re-emerge in the world and found a new host. Again, the Dark Forces swept across Aurelia only to fail because of a woman’s heroic determination. The Forces of Light struck back and raided Kraal’thragon, the main stronghold of the Dark Forces in Sylvania. Cornered, Vordac unleashed the ultimate force to bring cataclysm like Surt did in the First World. The second apocalypse was averted, yet this considered as a mark – the end of the Second World Era.


VI. Third World – Transition Age or Latter Magic Age

During this age, the usage of magic was gradually diminished upon more and more scientific inventions Humans further dominate the world, pushing other races especially elves into seclusion.

The climax was the prolonged war between “magic” and “science”. Remnants of the Dark Forces seized this opportunity to strike again. So once again human and other races including elf, orc and goblin joined forces and fought back.

Yggdrasil, the Tree of Life corrupted by the Dark Forces was finally destroyed, and the Thyrinian elves staged an exodus to find a new natural domain in other continents, marking the end of this Transition Age.


VII. Third World – Modern Age

Humans further dominated the world, pushing other races into the brink of extinction. Technology became more advanced. Magic was further decimated into oblivion, only practiced in secret and discreet.

The Dark Forces were gone, yet forces of evil still lingered sporadically, presenting a latent danger that forever was a part of existence of Terra Everna.





HIKAYAT EVERNA

Indonesian Language Version


Selamat datang di Terra Everna!

Saat melihat bentuk planet dan peta dunianya, anda mungkin akan berkata, “Apakah ini Bumi?”

Jawabannya adalah, konsep dasar Dunia Everna adalah Bumi dalam dimensi yang berbeda, dimensi antah-berantah yang tak dapat dijangkau dengan wahana ruang angkasa secanggih apapun.

Salah satu perbedaan yang mencolok antara Bumi dan Everna adalah banyak yang di Bumi dianggap sebagai mitos, legenda dan kisah fantasi adalah sejarah dan peristiwa nyata di Everna.

Letak benua-benua dan penyebaran kebudayaan tiap bangsa di Everna hampir sama dengan di Bumi, tentu saja dengan penamaan yang berbeda-beda sebagai berikut:

  1. Benua Irea: Benua mirip Asia di Bumi. Benua terbesar ini terbagi lagi menjadi beberapa jazirah sebagai berikut:

- Jazirah Al-Kalam: Mirip wilayah dan budaya Timur Tengah di Bumi.

- Jazirah Orien: Mirip wilayah dan budaya Timur Jauh di Bumi, termasuk China, Jepang dan Korea.

- Jazirah Antasara: Mirip Australia, Indonesia dan Asia Tenggara di Bumi.

- Jazirah Arcapada: Mirip India, Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka di Bumi.

  1. Benua Myrconia: Benua mirip Amerika di Bumi.

  1. Benua Ubanga: Benua mirip Afrika di Bumi.

  1. Benua Frigia: Benua mirip Kutub Utara di Bumi.

  1. Benua Aurelia: Benua mirip Eropa di Bumi.

Adapun zaman-zaman yang menandai berkembangnya Dunia Everna sejak penciptaannya adalah sebagai berikut:


I. Dunia Pertama – Zaman Prasejarah

Sejak Sang Sumber menyalakan energi kehidupan pertama dan membentuk Everna selama milyaran tahun lamanya, para makhluk berevolusi menjadi makin dan makin sempurna.

Hingga terciptalah manusia yang berakal budi. Kecerdasan mereka yang jauh melebihi segala makhluk lainnya membuat Sang Sumber membiarkan manusia mengelola dunia.

Evolusi terus berlanjut, dan manusia berkembang makin sempurna. Bahkan segelintir dari mereka berhasil mengatasi hambatan-hambatan alamiah, bahkan kematian alami.

Sebutan bagi mereka adalah DEWA.

Kota-kota dewata seperti Asgard di puncak Pohon Hayat Yggdrasil, Olympus yang terapung di atas puncak gunung, Shangri-la yang tersembunyi dalam lindungan lima gunung, Nirwana dan Kahyangan yang berupa pulau-pulau di langit yang selalu terselubung awan, dan sebagainya bermunculan, dan manusia beralih menyembah para dewa ini alih-alih Sang Sumber. Sang Pencipta murka, namun niatnya memusnahkan kehidupan diurungkannya.

Sebaliknya, ia membiarkan para dewa berebut kekuasaan dan saling bentrok supaya manusia sadar yang mereka sembah itu tidak sepenuhnya suci dan sempurna.

Klimaksnya, terjadi perang maha dahsyat antara dewa, iblis dan monster yang disebut Ragnarok. Di penghujung perang, Raja Iblis bernama Surt berhasil dikalahkan. Tindakan terakhir Surt sebelum menemui ajal adalah meledakkan api dari langit dan bawah tanah, memicu reaksi berantai yang memusnahkan nyaris seluruh kehidupan di Everna. Itulah kiamat yang mengakhiri Era Prasejarah.


II. Dunia Pertama – Zaman Es

Kenekadan Surt membuat Sang Sumber bertindak, mengerahkan hujan es berkepanjangan, mengakibatkan musim dingin yang berlangsung selama seribu tahun lebih untuk memadamkan api abadi.

Selama masa ini, seorang Dewi Es bernama Frei Val’shka menjadi maha kuasa tak terbatas. Ia mengumpulkan para manusia yang selamat dari Ragnarok dan membangun kekaisaran dimana ia berkuasa sebagai dewi dan Maharaninya selama seribu dua puluh empat tahun.

Di akhir masa ini, kembali Sang Sumber turun tangan. Ia mengutus seorang manusia, Vazar dan wanita setengah dewi, Marvella untuk mencari Relik Api Abadi dan Bibit Pohon Hayat, Yggdrasil dan melawan tirani Frei Val’shka.

Akhirnya Frei Val’shka tumbang, dan benih Pohon Hayat berhasil ditanam di tempat berdirinya Kerajaan Elf Thyrine kelak. Yggdrasil tumbuh amat pesat dan makin besar menjulang, menerbitkan musim semi akbar yang mengakhiri musim dingin abadi di Terra Everna sekaligus Era Dunia Pertama.

Catatan: Zaman Es Frei Val’shka ini adalah Zaman Es Kedua. Zaman Es Pertama terjadi di Era Prasejarah.


III. Dunia Kedua – Zaman Pemulihan

Di dunia baru ini, Sang Sumber berinkarnasi menjadi tiga perwujudan:

- Vadis, Dewa Terang, Matahari dan Energi Positif

- Adair, Dewa Kegelapan, Bulan dan Energi Negatif

- Enia, Dewi Alam dan Energi Netral

Selama Zaman Pemulihan yang berlangsung kira-kira dua ribu tahun ini, selain manusia muncullah pula ras-ras baru diantaranya:

  1. Elf: Ras setengah dewa yang berkekuatan sihir superior dan hidup alami abadi.

  1. Orc: Ras manusia siluman yang berkekuatan fisik superior.

  1. Kurcaci: Ras manusia kerdil yang dikaruniai daya tahan tubuh superior.

  1. Goblin: Ras manusia siluman bertubuh kerdil, cenderung buas seperti hewan namun ada pula goblin yang cerdas yang kebanyakan menjadi ahli artefak.

  1. Gnome: Ras manusia kerdil yang lebih pendek dari kurcaci, namun memiliki kecerdasan lebih dan menguasai teknologi yang lebih maju dari zaman dimana mereka hidup. Disebut pula Halfling dan Hobbit.

  1. Faerie: Ras manusia ajaib bersayap seperti capung atau kupu-kupu, besarnya bisa seukuran manusia biasa atau jempol tangan pria dewasa. Mereka biasa hidup di negeri terasing yang serba sihir, lebih ajaib dari negeri elf.

Selama Zaman Pemulihan ini terjadi bentrokan antara Vadis dan Adair. Enia berusaha mendamaikan keduanya dan akhirnya melebur dalam inti Everna. Akhirnya Vadis terangkat ke surga dan Adair mengelola neraka – alam akhirat yang khusus dalam Dimensi Everna.


IV. Dunia Kedua – Zaman Peradaban

Setelah Zaman Pemulihan, muncullah peradaban-peradaban dan kekaisaran-kekaisaran yang mendominasi dunia.

Di awal zaman ini Sang Pangeran Kegelapan, Vordac berontak terhadap ayahnya, Adair. Ia kalah dan terpenjara. Baru seribu tahun kemudian ia dibebaskan oleh Arachus, Penguasa Dunia Fana Bawah Tanah di Everna.

Sementara itu manusia makin tersebar, dan mereka makin melupakan Vadis. Bangsa-bangsa tertentu bahkan kembali menyembah dewa-dewa dari Zaman Dunia Pertama, percaya mereka masih berpengaruh dalam kehidupan.

Salah satu dari para dewa ini adalah Frei Val’shka. Ia terbebas dari penjara Relik Api Abadi dan menggalang kekuatan demi mengembalikan Zaman Es agar ia bisa menguasai Everna. Seorang pahlawan bernama Lesnar Geine bangkit melawan. Vordac membantu tanpa diminta dan akhirnya Frei Val’shka tumpas, kembali terpenjara dalam istananya sendiri.


V. Dunia Kedua – Zaman Pertengahan

Peradaban manusia makin maju. Di zaman ini sihir dan alkimia lebih mendominasi kehidupan daripada sains dan teknologi, hingga zaman ini disebut pula Zaman Sihir.

Bahkan pusat Agama Vadis di Valanis merangkap jadi pusat pengembangan sihir dan akademi sihir terbesar di Benua Aurelia – dan dunia.

Di masa ini pula kerap kali terjadi prahara. Negara berperang melawan negara, kerajaan melawan kerajaan, dan Laskar Terang melawan Laskar Kegelapan yang pemimpinnya tak lain dan tak bukan adalah Vordac, Sang Penguasa Mutlak Kegelapan.

Sepak terjang Vordac selama Zaman Sihir ini diantaranya:

  1. Merebut Sylvania, Negeri Malam Abadi dari kaum vampir dan membangun Kerajaan Kegelapan.

  1. Bersekutu dengan para orc menjajah Benua Aurelia dari Sylvania ke Borgia. Namun di Myrcalia, Ibukota Arcadia serangan mendadak dari pasukan Sage si Hati Api membuat Laskar Kegelapan kocar-kacir, kalah total. Vordac malah menemui ajalnya di Celc, di tangan Gairon dari Crypton, pahlawan kaum vampir.

  1. Roh Vordac merasuki Pedang Iblis Kraal’shazar dan memperalat Mildred Urganon. Bersama ayahnya Mandrach Urganon mereka menjajah Borgia dan Arcadia. Bersama Arachus di Sylvania mereka merencanakan penjajahan dua arah. Sebelum rencana itu rampung, Laskar Terang pimpinan Antoine si Pembebas menyusup ke Arcadia dan menggagalkan rencana ayah-anak Urganon itu.

  1. Vordac kembali berusaha bangkit dan menemukan inang baru. Kembali Laskar Kegelapan menyerang Benua Aurelia dan gagal karena keteguhan hati seorang wanita. Laskar Terang menyerang balik, menyerbu Kraal’thragon, markas utama Laskar Kegelapan di Sylvania. Terdesak, Vordac melepas kekuatan pamungkas untuk menciptakan kiamat seperti saat di Dunia Pertama. Akhirnya kiamat kedua berhasil dicegah, namun peristiwa ini dianggap sebagai pertanda berakhirnya Zaman Dunia Kedua.

VI. Dunia Ketiga – Zaman Peralihan

Pada permulaan zaman ini penggunaan sihir masih marak, namun perlahan mulai terdesak seiring penemuan-penemuan baru yang makin banyak bermunculan.

Manusia makin mendominasi dunia, mendesak ras-ras lainnya terutama kaum elf yang sepenuhnya tergantung pada sihir dan menolak teknologi hingga mereka makin tersingkir.

Puncak konfliknya adalah perang berkepanjangan antara “sihir” dan “sains”. Laskar Kegelapan yang ternyata tak pernah sepenuhnya tumpas memancing di air keruh. Manusia dan ras-ras lain termasuk elf, orc dan goblin sekali lagi bersatu. Pohon Hayat Yggdrasil yang dicemari Laskar Kegelapan akhirnya musnah dan para elf hijrah mencari pemukiman baru yang masih alami di benua-benua lain, menandai berakhirnya Zaman Sihir Peralihan ini.


VII. Dunia Ketiga – Zaman Modern

Dominasi manusia makin nyata, teknologi makin canggih dan maju. Sihir makin terpinggirkan bahkan hingga beroperasi hanya di “wilayah tersembunyi”. Semakin sedikit pula manusia yang menguasai sihir.

Walau Laskar Kegelapan sudah tidak ada, kekuatan gelap tentu masih ada dan kebanyakan tersamarkan, berbaur dalam kehidupan sehari-hari, menjadi bahaya laten yang selalu menguntit hingga akhir segala zaman.


Updated: August 12, 2011
Important Note: Everna is previously named "Eternia"

12 October 2011

Ther Melian: Discord - Sneak Preview


Sneak Preview untuk Release 19 Oktober 2011

[Komentar Sang Musafir]
"Now the pieces are in place, let the chess game continue to a Discord!"

[Synopsis]
Dengan bantuan Izahra, Valadin dan teman-temannya berhasil melarikan diri. Tidak hanya itu, mereka juga mengobarkan pertempuran di Kota Kuil demi merebut kembali Relik Elemental.

Sementara itu, Vrey menemukan alasan di balik pengabaian Reuven-ayahnya-delapan belas tahun yang lalu. Namun jawaban yang ditemukannya justru menorehkan luka yang lebih dalam dan membuat perasaannya semakin hancur.

Tapi ketika peperangan yang disulut oleh Valadin dan teman-temannya pecah di hadapan Vrey, mau tak mau dia harus bangkit untuk bertarung, melawan Valadin. Dan mereka harus kembali saling berhadapan, memperjuangkan apa yang menurut mereka benar.

Kali ini, tak ada lagi senyum ramah dan kehangatan di wajah Valadin. Yang tersisa hanya rasa sakit dan kekecewaan yang teramat mendalam. Kali ini, Valadin tak ragu lagi menyakiti Vrey, seperti Vrey telah menyakitinya.

Dan saat Vrey mengetahui apa yang diperbuat kelompok Valadin pada Leighton, PERTENTANGAN di antara mereka mencapai puncaknya!

Untuk keterangan lebih lanjut tentang Ther Melian, kunjungilah situsnya di sini:
http://www.facebook.com/TherMelian
Goodreads user click http://www.goodreads.com/book/show/12831714-discord

08 October 2011

Kontes Review Harta Vaeran dan Ratu Seribu Tahun

by Vandaria Saga on Wednesday, October 5, 2011 at 1:20pm

Dua novel Vandaria (Harta Vaeran dan Ratu Seribu Tahun) sudah beredar di toko-toko buku. Novel berikutnya pun sudah dinanti oleh banyak orang. Kami tidak ingin mengecewakan para pembaca yang selalu menunggu kisah Vandaria.

Untuk itu kami memerlukan banyak masukan tentang kedua novel yang sudah dirilis.

Sudah banyak review Harta Vaeran dan Ratu Seribu Tahun di halaman masing-masing buku di goodreads.com, tapi kami merasa memerlukan review yang lebih... lebih banyak dan lebih tepat sasaran. Karenanya, kami mengajak Anda yang telah membaca Harta Vaeran mau pun Ratu Seribu Tahun untuk ikut memberikan review yang bisa membantu kami dalam menyempurnakan novel berikutnya.

Syaratnya tidak sulit. Kami tidak membatasi panjang review, agar Anda bisa memberikan pendapat sesuai dengan apa yang benar-benar Anda rasakan. Hanya saja, untuk memenuhi tujuan menciptakan novel berikut yang lebih baik, kami ingin Anda menulis beberapa poin berikut dalam review Anda:

  • Apa saja yang Anda sukai dari novel tersebut?
  • Apa saja yang Anda kurang sukai dari novel tersebut?
  • Adegan apa saja, bila ada, yang paling Anda kenang dari novel tersebut? Jika ada alasannya, maka akan lebih baik.
  • Apa saja yang menurut Anda bisa diperbaiki untuk meningkatkan kualitas novel tersebut.
  • Saran-saran khusus, bila ada, yang ingin Anda sampaikan kepada penulis, sebagai bahan masukan untuk novel berikutnya.

Review Anda tidak harus mengandung semua poin di atas, walau tentu jika semakin lengkap akan semakin baik.

Anda juga tidak harus membuat review dari kedua novel. Anda bisa membuat salah satu, Harta Vaeran atau Ratu Seribu Tahun (namun keduanya juga boleh).

Anda bebas untuk membuat reviewnya di mana saja. Blog pribadi, forum, Facebook, Kaskus, dsb. Namun untuk memudahkan kami membaca review yang Anda buat, setiap review kami minta pajang di goodreads.com, tepatnya di halaman novel yang bersangkutan. Jika dokumen asli review Anda berasal dari tempat lain, cukup copy-paste saja di halaman review goodreads.

Link goodreads.com:

Harta Vaeran - http://www.goodreads.com/book/show/12028991-vandaria-saga

Ratu Seribu Tahun - http://www.goodreads.com/book/show/12350326-vandaria-saga

Setelah Anda memajang review, jangan lupa untuk post link review Anda di halaman fanpage facebook Vandaria (facebook.com/vandaria).

Sebagai ganti atas kerja keras Anda menulis review, kami akan memberikan hadiah untuk tiga review terbaik. Tiga review terbaik untuk Harta Vaeran masing-masing akan mendapatkan hadiah novel Ratu Seribu Tahun, dan sebaliknya, tiga review terbaik Ratu Seribu Tahun masing-masing akan mendapatkan novel Harta Vaeran.

Kami menerima masukan review ini sampai dengan tanggal 30 November 2011. Setiap review yang masuk akan menjadi masukan yang berharga untuk membuat novel yang lebih baik dari sebelumnya. Jika Anda memiliki pertanyaan, kami akan menjawabnya di facebook.com/vandaria.

Sumber Artikel bisa terhubung di sini.

04 October 2011

Ther Melian: Chronicle - Review


THER MELIAN Chronicle (Kisah)

Karya: Shienny M. S.

Paperback, 520 pages

Published June 22nd 2011 by Elex Media Komputindo

more details...

ISBN13

9786020002279

Bahasa: Indonesia

Website:http://www.facebook.com/thermelian

Sang Musafir Kembali Dalam Aliran Kisah

“Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan! Apa kamu punya sesuatu yang seperti ini? Sesuatu yang harus kamu dapatkan apa pun akibatnya!”

Wah, wah, kalau sampai begitu, ini pasti sesuatu banget! Yah, mungkin kalimat di atas dimaksudkan sebagai kunci pemicu konflik yang berkembang dalam cerita yang sudah terbit sampai buku kedua ini, mencetak rekor sekuel tercepat terbit dalam jagad Fiksi Fantasi di Indonesia.

Bagi Sang Musafir, justru catch-phrase ini malah menguatkan teorinya bahwa prinsip di buku satu: “Untuk dapat yang diharapkan harus kehilangan sesuatu yang berharga” Walau tak selalu berlaku untuk seluruh dunia jelas berlaku khususnya pada Valadin. Jelas di sini ia adalah seorang Elvar di pihak “kebenaran” yang punya cita-cita dan tujuan yang “mulia”, tapi dijalankan dengan cara yang salah karena memang dikondisikan hanya itulah satu-satunya pilihan. Tindakannya yang “menghalalkan segala cara” itulah yang menimbulkan konflik bercabang-cabang, menjebaknya dalam satu jalan tanpa jalan kembali yang tak dapat dipastikan keberhasilannya. Ini adalah the battle between GOOD and GOOD – atau “good guys gone bad”.

Nah, jadilah Vadis Sang Musafir, Dewa Jagad Everna kembali mengunjungi Benua Ther Melian. Bukan semata-mata kunjungan kerja ke dunia ciptaan rekannya, Dewi Calista tapi lebih karena penasaran.Ya, penasaran karena nasib Vrey yang menggantung di buku satu, Revelation dan isu-isu penambahan dan pengurangan tokoh dalam episode ini.

Benar juga, isu itu memang jadi kenyataan. Penambahan serta pengurangannya terjadi dengan cara yang “aneh”. Fans salah satu tokoh dari delapan tokoh awal TM siap-siaplah patah hati, dan bertambah pula tokoh-tokoh sentral baru yang entah bisa membuat simpati atau merinding ngeri – sekaligus mengundang fan base baru karena rata-rata mereka semua digambarkan tampan dan cantik.

Bagai bayangan tak kasat mata, Sang Musafir menjelajah lebih jauh peta Ther Melian yang makin luas, ke Kerajaan Lavanya. Di daerah inilah terjadi bentrokan kepentingan yang dahsyat antara pihak yang ingin merebut kekuatan para Aether, yang kali ini giliran Undina dan Hamadryad dan pihak yang berusaha mempertahankan kedamaian dan status quo.

Pertarungan-pertarungan dahsyat yang jelas RPGlicious digelar, siasat, taktik dan intrik licikpun digunakan, dua pihak saling menjebak dan memanfaatkan segala cara, saling menikam dari belakang. Fokus konflik cerita ini juga menyangkut cinta segitiga dan kebencian mendarah-daging yang malah dimanfaatkan sebagai taktik jebakan dan dengan hasil-hasil yang sungguh membuat Sang Musafir tak hentinya tercengang. Sangat berwarna-warni dan layak disimak.

Tapi ingat, Sang Dewi Calista ternyata tetap konsisten dengan prinsip “keabu-abuan” yang mengatasi prinsip “baik mutlak” dan “jahat mutlak” yang walhasil akan menghasilkan lebih banyak lagi kejutan dan konflik yang makin rumit dan runyam di seri selanjutnya nanti: Discord. Sang Musafir memperkirakan, “Discord” akan “hancur-hancuran”, yang berarti tokoh-tokoh akan lebih sering berganti dan ada pihak ketiga yang akan muncul dan memancing di air keruh.




Ther Melian Chronicle Roster by ~vadis on deviantART
Left-Right, Up-Down:
- Dark Valadin the Dark Eldynn
- Feyn the Rahval
- Izahra the Agwyn
- Desna the Bodyguard
- Leighton the Eldynn
- Vrey the Thief
- Lourd Reuven the Rahval
- Ashca the Alchemist-Corsair



Selama perjalanan Sang Musafir sebagai “wartawan antar dunia” di seluruh episode ini, porsi terbesar cerita adalah seputar sepak-terjang Leighton, tokoh “baru tapi lama” (lho?) yang adu cerdik dengan Valadin yang jadi “lawan main”-nya. Salah satu Tetua kaum Elvar, Lourd Haldara juga kebagian peran yang lebih besar, aktif mencegah “bencana terselubung” yang membayangi Benua Ther Melian.

Selain itu, lakon juga makin ramai dengan munculnya tokoh-tokoh baru yang kebagian peran di panggung utama. Mereka adalah:

  1. Desna Pengawal pribadi Putri Ashca dari Kerajaan Lavanya. Ia dari ras Draeg yang bertubuh kecil seperti anak-anak, namun dengan ketegasan dan semangat yang berapi-api.

  1. Ashca - Putri Kerajaan Lavanya, seorang ahli alkimia yang banyak akal. Senjata ala alkimianya unik, dan ia punya sumber daya yang berlebih yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pihak pemegang status quo. Mungkin setelah seri Ther Melian selesai ia akan ikut ajang “Miss Ther Melian”, bersaing ketat dengan Ellanese.

  1. Izahra – Seorang Agwyn, Gardian Elvar dengan ilmu tombak yang dahsyat. Sang Musafir sempat mengira bahwa tampangnya akan sangat macho dengan otot-otot kekar dan rambut yang berdiri menantang langit, tapi ternyata wajahnya dibuat sedikit feminin dan (lagi-lagi) ekstra tampang. Permintaan para fans, mungkin?

  1. Reuven – Seorang Rahval (Penyair) Elvar yang muncul setelah bertahun-tahun menghilang. Mungkin belum bisa dikategorikan pemeran utama di episode ini, namun diramalkan ia akan banyak sekali berperan di buku tiga. Tingkah-lakunya misterius dan tampaknya ia punya pemikiran yang unik dan solusi yang tepat untuk konflik yang kompleks ini.
5. Feyn – Seorang Rahval (Penyair) Elvar berkacamata yang suka ilmu pengetahuan, menjadi gardian (penjaga Templia) karena ingin dekat dengan tempat penelitiannya.

So, once again, you have been warned. Siapkan persediaan hot chocolate dan choco chip cookies banyak-banyak, duduk tenang senyaman mungkin sebelum baca buku ini karena keasyikan ala RPGlicious-nya akan me-massage adrenalin serta perasaan kita. From the beautiful mind of the Calista, Goddess of Ther Melian a.k.a. Shienny M.S. herself.

Leighton… Si figur penyeimbang yang cerdas, sayang sedikit kurang hati-hati dan kurang pengalaman. Will there be tomorrow?

Resensi oleh:

Musafir dari Everna (http://fantasindo.blogspot.com)

Tetralogi Ther Melian

Buku I: Revelation, Buku II: Chronicle, Buku III: Discord, Buku IV: Genesis

Sinopsis Buku II:

Setelah rahasia identitas Aelwen diungkap Rion, Vrey terombang-ambing di antara dua pilihan yang sama menyakitkannya. Memaafkan Aelwen, walaupun dusta yang telah ditumpuknya dan membuat hati Vrey terluka, atau menyerahkan seseorang yang telah menjadi sahabatnya selama tiga tahun kembali pada nasib yang membuat Aelwen melarikan diri dari masa lalunya.

Sementara itu, Valadin bertekad menuntaskan misinya, apa pun akibatnya. Dia harus menaklukkan Templia-Templia yang tersisa untuk mendapatkan Relik Elemental sambil terus berupaya menghindari kecurigaan bangsanya sendiri. Tapi semua itu tidak sebanding dengan kenyataan pahit yang menanti Valadin. Dia harus kembali berhadapan dengan Vrey untuk merebut kembali Relik Safir.

Kali selanjutnya, mereka harus memilih; mengenang masa lalu yang manis, atau saling bertarung demi masa depan yang diimpikan masing-masing. Kejar-mengejar dan pertarungan kedua belah pihak tak terelakkan lagi, KISAH mereka pun berlanjut...


Editor’s Note

- Lanjutan dari buku pertama, Ther Melian: Revelation.
- Ceritanya semakin menarik dengan begitu banyak rahasia yang terkuak satu per satu. Alurnya yang menarik dan membuat penasaran membuat cerita ini sulit diletakkan sebelum halaman terakhir.

Resensi Sang Musafir di Goodreads.com

Icylandar 2: The Journey - Preview



Icylandar Book Two: The Journey
Paperback, 1st edition, 803 pages (Ay!)
Published September 2011 by Pustaka Redemptor
ISBN13: 9786029708714
Bahasa: Indonesia

A sequel to Icylandar - The Elf Kingdom
Book Two of Four

Sinopsis:
Sampai selamanya, kerajaan elf
tidak akan pernah dipimpin oleh api


Sebaris ramalan kuno yang membuat jantung Padris hampir berhenti berdetak. Ramalan ini serasa mematahkan ramalan sebelumnya yang menyatakan bahwa ia ditakdirkan untuk menyatukan seluruh kerajaan elf. Ramalan yang salah ataukah kematian yang akan dihadapinya?

Namun, Padris tidak memiliki waktu untuk meratapi nasibnya. Jendral Antolin dan Jendral Rafael mengajaknya berkelana melihat dunia luar. Mengunjungi pertambangan emas megah milik Kerajaan Icylandar, terperangkap di dalam gua bawah tanah, menemukan kerangka yang masih berpakaian lengkap, berjuang melawan ganasnya badai di antara tebing-tebing pegunungan, melarikan diri dari kepungan pasukan rahasia Kerajaan Deyreudolf yang sangat menginginkan kematiannya, dan pada akhirnya bertatap muka dengan orang tua kandungnya. Ternyata masih ada kisah masa lalu yang ditutup-tutupi oleh semua pihak. Kisah yang begitu memilukan. Sebuah kisah yang tidak ingin dialami oleh siapapun.

The Journey (Icylandar, #2)

Sumber Detil di Goodreads.com, dan dapatkan di toko-toko buku terdekat.
The Journey

03 October 2011

Festival Pembaca Indonesia 2011




Apa itu Festival Pembaca Indonesia?
Festival Pembaca Indonesia (Indonesian Readers Festival/IRF) adalah sebuah acara tahunan para pembaca buku untuk masyarakat Indonesia yang dikemas menjadi sebuah kegiatan rekreasi baca. Kegiatannya seru dan mendidik. Konsep play-educate ini yang membedakan acara ini dari kegiatan perbukuan besar lainnya.

Tahun 2010 lalu, acara ini sukses diadakan pada tanggal 5 Desember 2010 di Plaza Area Pasar Festival Kuningan Jakarta dengan mengusung tema “Rayakan Hidup Dengan Membaca”.

Tahun ini, Goodreads Indonesia kembali menyelenggarakan Festival Pembaca Indonesia. Berbeda dengan tema tahun lalu, kali ini Goodreads Indonesia mengusung tema “Jelajahi Dunia Membaca” yang akan menegaskan bahwa membaca buku barulah sebuah awal penjelajahan. Ketika seorang pembaca mulai membuka suatu buku, ia baik sadar ataupun tidak telah mulai melakukan perjalanan ke dunia baru. Seperti seorang turis, ia akan memperhatikan suatu hal, ‘berjalan’ (atau dalam hal ini, membalik halaman demi halaman), menikmati hal-hal yang ia anggap menarik dan membuat kenang-kenangan (bukan dengan kamera/video, tapi dengan pembatas buku atau menuliskan kesannya atas isi buku tersebut).

Goodreads Indonesia berharap kegiatan yang diadakan dalam acara Festival Pembaca Indonesia 2011 ini dapat menjadi pengalaman “jelajah” dalam dunia membaca yang berwarna-warni dan dinamis.

FESTIVAL PEMBACA INDONESIA 2011
"Jelajahi Dunia Membaca”

Minggu, 4 Desember 2011
Pukul 10.00 – 18.00 WIB
Plaza Area, Komplek GOR Soemantri Brojonegoro
Pasar Festival – Kuningan, Jakarta Selatan

Ada apa aja sih selama Festival Pembaca Indonesia 2011 berlangsung?

1. Negeri Para Pembaca: wilayah dimana para peserta pameran (“pemimpin negeri”) baik individu, komunitas, rumah baca, perpustakaan peserta pameran dapat mengundang para pengunjung untuk mengunjungi “negerinya” dengan memamerkan koleksi buku bacaannya. Jumlah stand sebanyak 42 stand @berukuran 2x2 meter. Luas tenda: 20 x 20 meter.

2. Alun-Alun: kegiatan acara-acara seperti Talkshow, Temu Penulis, Launching Buku, dan Workshop dari penerbit, penulis, instansi/perusahaan. Luas: 10 x 5 meter.

3. Pulau Anak: wahana yang khusus disiapkan untuk anak-anak mulai dari mendengarkan dongeng, meresensi, mewarnai, serta bermain. Luas tenda: 3 x 6 meter.

4.Tanjung Sinema: kegiatan menonton film-film yang diadaptasi dari buku yang telah diterbitkan. Luas: 3 x 6 meter.

5. Pulau 1000 Buku: tempat kegiatan menukar buku-buku yang sudah tidak ingin dibaca dengan buku-buku (baru/bekas) yang belum dibaca atau ingin dikoleksi secara gratis. Luas: 5 x 3 meter.

6. Teluk Baca: tempat khusus bagi para pengunjung untuk membaca dengan santai terpisah dari hiruk pikuk pameran. Para sponsor dapat menyediakan booth-nya sendiri jika tertarik. Luas: 3 x 3 meter

7. Lomba Jelajah Dunia Membaca: Para peserta yang dibagi menjadi kelompok-kelompok 3-4 orang dapat berlomba mengerjakan bermacam-macam tantangan sambil menjelajahi seluruh negeri dan pulau-pulau dalam “dunia” festival dengan hadiah-hadiah menarik.

8. Anugerah Pembaca Indonesia 2011: yaitu kegiatan apresiasi dari para pembaca Indonesia kepada insan perbukuan yang ada di Indonesia. Anugerah diumumkan pada saat penutupan festival di Alun-alun.

9. Kampung GRI: di sini terdapat “Wall of Fame” GRI yaitu pameran foto-foto, kliping berita, laporan-laporan kegiatan GRI selama 4 tahun serta media promosi dan publikasi GRI. Sekaligus kegiatan untuk menjual merchandise Goodreads Indonesia.

10. ‘Mercusuar’ yang merupakan Pusat Informasi seluruh kegiatan festival ini.

Anda bisa berpartisipasi dalam acara ini, baik sebagai sponsor, media partner, peserta pameran, ataupun pengisi acara.


Contact Person:
Sponsorship - Harun 0856 9259 3710
Talkshow(Alun-alun) - Vera 0812 8183 713
Peserta Pameran (Negeri Para Pembaca) - Mia 0852 3420 5008
Media Partner - Jimmy 0816 1630 898

Website: http://www.goodreads.com
http://www.goodreads.com/message/show/22559170

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia