Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

29 June 2012

Kisah-kisah Tengah Malam - Luckty Review

REVIEW Kisah-kisah Tengah Malam

by Luckty Giyan Sukarno on Friday, June 29, 2012 at 8:39am ·


Nama Edgar Allan Poe memang tidak asing lagi di telinga pembaca puisi dan cerita pendek. Tak heran bila penggemarnya menganggap dia sebagai salah satu penulis terbaik sepanjang masa. Teknik menulis yang ia gunakan juga telah berulang kali ditiru (dan dikembangkan) oleh penulis modern yang berhasil mempopulerkan genre horor/misteri/terror/suspens.

Dari tiga belas cerita yang disuguhkan dalam buku ini, mampu menmbuat bulu kuduk berdiri, mengaduk isi perut, menelan ludah, memejamkan mata, dan bikin jantung saya deg-degan dengan isi cerita yang di deskripsikan secara gambling. Sssstt… tidak dianjurkan membaca tengah malam.. ~~~(/´▽`)/

Kita kupas satu per satu:

Gema Jantung yang Tersiksa (1843)
“Kuangkat tiga lapis kayu dari atas lantai, dan menyimpan bagian-bagian tubuh yang telah kumutilasi di antara pasak-pasak kayu yang menopang lantai kamar.” (hlm. 17)

“Suara itu menghantuiku seperti detak jantung yang diredam bantal kapuk.” (hlm. 19)

Pesan Dalam Botol (1833)
“Lingkaran itu semakin mengecil dan kami tersedot ke dalam pusaran itu di tengah laut yang menggelegar, mengaum, dan meraung, sementara badai telah menghajar kami, membuat kapal yang kami tumpangi bergetar dan meluncur turun!” (hlm. 38)

Hop-Frog (1849)
Ada seorang raja yang sangat menyukai lawakan. Dia menggaji pelawak karena ia butuh seseorang yang bisa menghibur hatinya manakala beliau dan ketujuh menterinya sibuk memikirkan urusan kerajaan yang merepotkan serta tak memusingkan.

Adalah Hop-Frog, pelawak kontet yang memiliki kelainan pada kakinya, yang membuat proses berjalannya sulit dan menyakitkan.

Gak kebayang kalau ada pelawak di Indonesia yang seperti Hop-Frog lakukan:
“Mereka menggantung di bawah langit-langit ruangan, buruk rupa, tak bisa dikenali..” (hlm. 53)

Potret Seorang Gadis (1842)
Bercerita tentang seorang pelukis. Mereka yang diundang untuk melihat kemajuan lukisannya dan mengakui kehebatan sang pelukis dalam menggambarkan sosok istrinya dengan sempurna, yang tentunya hanya mungkin dilakukan dengan rasa cinta tiada tara. Tapi, cinta terkadang membuat seseorang melakukan sesuatu di luar nalar manusia…

Mengarungi Badai Maelstrom (1841)
“Kapal kami menggantung, seolah ditahan oleh kekuatan magis, setengah jalan ke bawah, teronggok di dinding lorong pusaran air yang begitu luas dan dalam, yang kehalusan teksturnya  menghadirkan nuansa hitam gelap, namun karena gejolak perputaran, serta kilau sinarnya yang diterangi cahaya rembulan, diantara gugusan awan berwarna keperakan yang sudah kugambarkan sebelumnya, secercah sinar keemasan menembus dinding hitam pusaran dan jatuh ke bawah menuju dasar laut.” (hlm. 82)

Kotak Persegi Panjang (1844)
“Aku menikah demi cinta. Hanya demi cinta, dan pengantinku berhak mendapatkan lebih dari sekedar cintaku.” (hlm. 96)

Kapten Hardy mengatur agar jenazah istri Cornelius yang telah diawetkan dan dipaketkan, bersama garam yang tidak sedikit, di dalam dalam dengan ukuran sesuai dimuatkan ke dalam kapal sebagai barang bawaan….

Obrolan Dengan Mummy (1845)
Di cerita inilah kita akan menemukan sebuah rahasia besar tentang pengawetan mummy. Prinsip utama dari pengawetan adalah untuk membekukan semua fungsi kebinatangan dalam diri orang yang hendak dimakamkan untuk waktu yang tidak tentu. Bosan dengan hidup saat ini? Ada caranya bagaimana menjadi mummy, diawetkan dan bangkit di tahun yang kita inginkan…

Setan Merah (1842)
“Darah adalah simbol sekaligus segelnya – merahnya yang menyala, sekaligus meneror.” (hlm. 137)

“Dunia luar bisa menjaga dirinya sendiri. Sementara itu, tak ada gunanaya memikirkan atau menangisi yang sudah terjadi.” (hlm. 138)

Kucing Hitam (1843)
Inilah cerpen karya Edgar Allan Poe yang pernah saya baca. Paling menakutkan. Paling mencekam. Paling bikin dag dig dug…

“Suatu pagi, aku mengikat lehernya, lalu menggantungnya di dahan pohon. Kugantung dia sambil menangis tersedu-sedu, rasa sesal mendesak dadaku karena aku tahu dia begitu menyayangiku, dan karena dia tidak pernah menyinggungku…” (hlm. 151)

Jurang dan Pendulum (1842)
“Kulihat bilah sabitnya di desain khusus untuk menyayat bagian dada (jantung)-ku. Bila tiba saatnya, benda itu akan merobek kain yang kukenakan berkali-kali..” (hlm. 175)

Pertanda Buruk (1846)
“Aku terlanjur membaca kisah-kisah horror yang tersimpan dalam ruang perpustakaannya… Aku memang membaca buku-buku itu tanpa seizing dia dan karenanya dia tidak tahu sebesar apa pengaruh bacaan tersebut terhadapku.” (hlm. 184)

William Wilson (1842)
“Kau sudah menaklukanku, dan aku menerima panggilanmu. Tapi dengan begitu kau juga ikut mati – mati di mata Dunia, di mata Surga, dan di mata Harapan! Kau memang hidup di dalam diriku – dan di dalam kematianku, lihatlah bayangan ini, yang merupakan bayangan dirimu juga, bagaimana kau telah membunuh dirimu sendiri!” (hlm. 217)

Misteri Rumah Keluarga Usher (1839)
“…ia merasa wajib menyimpan tubuh adiknya di dalam istana meski hanya untuk semalam, mengingat keunikan penyakit yang diderita Lady Madeline, yang membuat para dokternya bertanya-tanya dan tak sabar untuk melakukan autopsi terhadap mayatnya…” (hlm. 236)

Siapkan sabuk pengaman, dan rasakan guncangan dahsyat saat membaca tiap cerita hingga lembar terakhir!! ┐(‾▿‾┐) (┌‾▿‾)┌

Keterangan Buku:
Judul                : Kisah-kisah Tengah Malam
Penulis              : Edgar Allan Poe
Alih Bahasa      : Maggie Tiojakin
Editor               : Hetih Rusli
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Terbit               : Juli 2011 (Cetakan kedua)
Tebal                : 248 hlm.; 18 cm.
ISBN               : 978-979-22-6537-8


Cover versi lain:




Nemu karikatur Edgar Allan Poe hasil googling:






Sumber:  http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-kisah-kisah-tengah-malam/10150740869737693

Ther Melian - Genesis Review



Ther Melian – Genesis
Penulis: Shienny M. S.
Penerbit: Elex Media Komputindo
Edisi / Cetakan Pertama: 20 Februari 2012
Tipe: Paperback, 536 halaman
ISBN13: 9786020020785


Akhir Yang Membawa Awal
Review by Andry Chang
Klimaks.
Itulah satu kata yang menggambarkan seluruh isi Genesis (Permulaan), seri terakhir Tetralogi Ther Melian ini.
Dan satu kata ini pula yang termasuk prediksi Sang Musafir yang “kena sasaran”. Setelah sesi Revelation (Pembukaan) yang penuh sensasi, Chronicles (Kisah), “pengaturan posisi tempur” yang penuh drama dan “hancur-hancuran” di Discord (Pertentangan), di mana konfliknya makin Epik dan mencapai titik didih, dalam Genesis akhirnya segalanya “meledak”.
Rahasia-rahasia paling dalam terungkap, bahkan yang menyangkut keimanan yang paling fundamental menyita hampir seluruh porsi drama di halaman-halaman awal.
Di antara segala yang terungkap itu adalah dalang alias “biang kerok” pemicu konflik epik yang menyangkut nasib seluruh benua. Terus-terang, kali ini Shienny alias Calista, Dewi Pencipta Ther Melian berhasil “mengecoh” Sang Musafir, membuat perkiraan yang satu ini meleset sekaligus memperkuat nilai tambah, menambah keasyikan membaca. Simaklah terus-menerus segala konflik dan rasa penasaran yang sambung-menyambung HINGGA HALAMAN 509!!! 
Setidaknya, ada sedikit “hiburan”, karena prediksi Sang Musafir (dan satu orang lagi) tentang peran dan nasib Valadin “Valdy” sampai akhir serial ini cukup akurat. (Spoiler alert! Mau tahu apa prediksinya? Baca review “Discord” dari Sang Musafir).
Oya, prediksi tentang jumlah tokoh yang “berguguran” sampai akhir juga lumayan... (SPOILER) banyak lah. Mengulangi analisis di “Discord”, salah satu nilai tambah Ther Melian adalah tokoh-tokoh yang sudah dibentuk sedemikian rupa “indah”-nya tidak disayang-sayang. Bila perlu dalam satu bab bisa langsung “lenyap”.
Nah, bagi pembaca yang lebih berfokus pada kisah cinta daripada epos, menurut Sang Musafir gambar di cover depan (yang sangat bagus dan world-class) ini sedikit mengurangi unsur kejutan dari pertanyaan “siapa pria pilihan Vrey pada akhirnya?” (Sebenarnya inginnya pembaca bertanya: “Dada siapa itu?”) Kalaupun ada twist, bisa saja Vrey tak dapat dua-duanya, baik Valdy atau Leighton, tapi jelas pembaca akan dibuat menebak-nebak sampai epilog.
Dari segi alur cerita, perlu ditekankan lagi bahwa tipe plot Ther Melian adalah Role Playing Novel, atau dalam istilah khas Sang Musafir, RPGlicious. Definisinya, dari satu atau dua tokoh utama di awal cerita lalu bertemu dan berpetualang bersama tokoh-tokoh lainnya. Selanjutnya, penambahan dan pengurangan tokoh terjadi seiring tuntutan alur cerita (“takdir cerita”) adalah suatu seni tersendiri.
Kebalikan dengan tipe “Survival” yang menampilkan sejumlah tokoh di awal, lalu terus dikurangi sepanjang cerita. Dalam hal ini pembaca menebak-nebak siapa yang masih hidup di akhir cerita? Apakah termasuk si tokoh utama?
Sementara istilah “twist” adalah variasi-variasi pada plot yang diharapkan membuat jalan cerita jadi tak terduga dan menambah nilai keunikan dan kemenarikannya.
Ther Melian – Genesis punya banyak twist yang, walaupun tak terlalu ekstrim tapi cukup menarik. Satu petunjuk: Hal-hal yang sejati ternyata bisa saja palsu.
Membicarakan para tokohnya, kepribadian tokoh yang paling menarik menurut Sang Musafir adalah Eizen. “Kakek penggerutu” ini lebih brutal daripada Karth yang cenderung “sadis” dan “dingin”, namun jalan pikirannya membuat Sang Musafir merasa simpati sekaligus sebal padanya.
Beda dengan Ellanese yang keangkuhannya terlihat jelas hingga jadi juaranya tokoh “menyebalkan”.
Selain karakter-karakter tokoh utama yang sudah dijabarkan dalam review-review seri sebelumnya, ada beberapa “peran pembantu” yang baru muncul di Genesis, yaitu:
  1. Batzorig: Raja Kaum Draeg yang berkepribadian cukup simpatik.
  2. Ratana: Ratu Kaum Elvar. “Nenek cantik” yang didaulat sebagai pemenang mutlak dan abadi kontes “Miss Ther Melian” ini memiliki kebijaksanaan yang dipupuk selama ribuan tahun. Namun ia cukup rendah hati dan bijaksana untuk mengakui ia masih harus belajar lagi dari pengalaman. Untuk mengatasi konflik masa kini dan membangun masa depan.
  3. Odyss: “Sang Dewa Tertinggi” yang dipuja umat di Granville. Nampaknya ia adalah tokoh paling “hancur” di keseluruhan serial ini, menggantikan posisi Reuven.
  4. Velith: Yang pasti, inilah nama si “biang kerok”.
  5. Alasdair dan Raja Niall dari Dajhara: Tak kentara kepribadian mereka, karena mereka mewakili kepentingan Dajhara.
Secara keseluruhan, Genesis pantas jadi penyempurna fenomena Ther Melian di Indonesia. Contoh nyata kesuksesan serial Ther Melian ini adalah banyaknya penggemar tokoh-tokohnya dan fan art-fan art yang indah bertebaran di bagian belakang “Genesis”, Facebook Pagenya dan website Ther Melian.
Mengingat ini semua, Sang Musafir mengusulkan pada Dewi Calista agar memanfaatkan momentum populernya Ther Melian ini. Di antaranya dengan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk membuat produk-produk lain seperti serial manga, boneka plushie, merchandise, cosplay (Eizen, anyone?) juga game RPG, Flash atau yang berbasis mobile (iPad, iPhone, Android). Dengan kata lain, pengembangan produk yang sangat luas. Kalau perlu bahkan mencetak ulang karya-karya Manga Calista yang lain.
Menanggapi usul Sang Musafir ini, Sang Dewi hanya menyunggingkan senyum termanisnya dan berkata, “Cerita mereka telah berakhir, tapi perjalanan mereka baru dimulai.”

Sinopsis:
Perjalanan panjang Valadin mengumpulkan Relik Elemental selesai sudah. Berbekal kepingan-kepingan kekuatan Aether itu, Valadin menuju Laut Kematian untuk menyatukan ketujuh Relik. Tapi sebelum bisa melakukannya, masih ada SATU ujian terakhir. Ujian yang sangat berat, yang berakar dari sejarah kelam Benua Ther Melian.

Sementara itu, Vrey dan teman-temannya mendapat bantuan dari seorang wanita misterius, yang bukan hanya memiliki kekuatan sihir luar biasa, tapi juga mengetahui keberadaan para Aether dan masa lalu Benua Ther Melian. Dan berkat pertolongannya, Vrey berhasil menyusul Valadin.

Ketika potongan demi potongan kebenaran yang sesungguhnya terungkap, Vrey dan Valadin menyadari bahwa mereka terlibat begitu dalam dengan misteri yang menyelimuti PERMULAAN terciptanya dunia mereka, Terra! Dan saat sejarah berulang, perang besar pun menanti di depan mata. Dalam kisah penutup tetralogi Ther Melian ini, perjalanan nasib sekali lagi mempertemukan Vrey dan Valadin. Tapi kali ini keduanya mungkin tidak akan selamat sampai akhir...


Editor’s Note:
Akhir dari tetralogi Ther Melian. Semua pertanyaan terjawab tuntas di buku ini. Mulai dari sejarah awalnya terciptanya Terra, serta para Aether dan Relik Elemental mereka. Dan kisah ini akan mengajarkan pada kita betapa ketika sesuatu yang kita cintai terancam keberadaannya, seseorang akan rela berkorban apa pun untuk mencegah kebinasaannya.

Sumber info dan keterangan lebih lanjut mengenai "Genesis" dapat disimak di:

Kunjungilah situs-situs Ther Melian di:
Facebook: Ther Melian Fan Page
Twitter: @thermelian

27 June 2012

Pengantin Surga (Layla dan Majnun)

 
“Berkali-kali aku berdecak kagum atas keindahan terjemahan kisah abadi ini. Berkali-kali pula aku menahan napas dan air mata tatkala membacanya.”
—Khrisna Pabichara, penulis novel Sepatu Dahlan

“Kitab agung yang diterjemah dan disunting dengan sangat indah ini sungguh mampu menembus hakikat cinta para sufi.”
—Damar Shashangka, penulis novel Sabda Palon


"Pengantin Surga" (yang naskah aslinya berjudul "Layli o Majnun") sesungguhnya merupakan kisah cinta klasik yang dikisahkan dari mulut ke mulut di tanah Arab sejak Dinasti Umayyah berkuasa (661-750 M). Diyakini oleh beberapa kalangan roman ini didasarkan pada kisah nyata tentang seorang pemuda bernama Qays putra Al-Mulawwah, penguasa Bani Amir di Arabia.

Ada banyak versi cerita pada masa itu. Dalam salah satu versi, Qays menghabiskan masa mudanya bersama Layla di tenda mereka. Dalam versi yang lain, Qays hanya memandang Layla dan langsung jatuh cinta kepadanya dengan cinta yang membuatnya pikun kepada dunia. Betapapun, ada sebuah persamaan dalam masing-masing versi: Qays berubah menjadi gila karena cintanya kepada Layla; karena alasan itulah ia disebut “Majnun”, yang berarti “gila”. Melalui kisah itulah kemudian syair-syair Arab, yang berbicara tentang romantika cinta Majnun dan kesetiaan Layla yang menggetarkan, digubah.

Kisah tentang Layla dan Majnun sangat menginspirasi para penyair Arab, khususnya kaum sufi, karena sosok Layla menjadi simbol yang merepresentasikan Yang Terkasih, dan sosok Majnun merepresentasikan seorang pencinta. Dalam tradisi sufi, hubungan antara pencinta dan Kekasih, juga antara hamba dan Tuhan, hanya bisa terjalin melalui cinta (mahabbah).

Dari tradisi lisan kisah tersebut kemudian merasuk ke dalam khazanah sastra Persia, dan Nizami Ganjavi menuliskannya pada abad ke-12 dalam bahasa Persia. Dalam versi Nizami, Qays dan Layla sama-sama jatuh cinta ketika keduanya bertemu di sekolah tempat mereka menuntut ilmu bersama. Namun kemudian, mereka terpisah karena ayah Layla tidak menyetujui hubungan mereka. Dalam perjalanan, Layla dinikahkan secara paksa oleh ayahnya dengan lelaki yang bernama Ibnu Salam. Namun Ibnu Salam tak pernah bisa menjamah keperawanan Layla—yang senantiasa bersetia kepada Qays hingga akhir hayatnya. Sementara itu, Qays kemudian berubah menjadi gila hingga ia lebih terkenal dengan sebutan “Majnun”. Ia kehilangan unsur kemanusiaan di dalam dirinya (jadzab), berkawan dengan binatang-binatang rimba, dan jiwanya sepenuhnya lebur ke dalam bayang-bayang kekasihnya.

Kenapa versi yang ditulis Nizami menjadi sangat terkenal dan bahkan mengalahkan versi-versi kisah sebelumnya? Nizami, di samping mempertahankan fakta dan seting utama cerita, memberikan tambahan-tambahan penting ke dalam kisah sebelumnya: panorama di taman, penyerangan Nawfal terhadap kabilah Layla, kunjungan ibu dan paman Majnun, kematian ibu Majnun, kisah tentang pemuda dari Baghdad yang terpesona kepada kepenyairan dan kegilaan Majnun, kematian suami Layla, juga kisah tentang dunia hewan dan renungan ala sufi, yang semuanya itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber awalnya di Arab. Sumber-sumber awal tentang kisah Layla dan Majnun tidak dimaksudkan untuk menciptakan sebuah karya seni adiluhung, melainkan hanya merekam syair-syair romantik Majnun yang sangat terkenal di seluruh jazirah Arab.

Selain mempertahankan suasana kehidupan suku Badui Arab, tenda-tenda kabilah di gurun, dan tradisi tribal para penghuninya, pada saat yang sama Nizami juga merasukkan kisah tersebut ke dalam semesta peradaban Persia. Kegersangan dan kekakuan kisah lama dihujani oleh Nizami dengan deskripsi mengenai angkasa bertabur bintang dan matahari yang bersinar, atau rahasia-rahasia terdalam dari jiwa manusia, dalam sebuah bahasa yang luar biasa kaya, penuh dengan citraan-citraan yang mempesona. Nizami membebaskan kisah tersebut dari batasan-batasan peristiwa yang aksidental dengan menaikkannya ke level spiritual dan memperkayanya dengan kecintaannya akan warna, aroma, dan suara, seraya membumbuinya dengan permata, bunga-bunga, anggur, dan bebuahan.

Yang jauh lebih penting dari Nizami adalah pandangannya tentang takdir yang menimpa Layla dan Majnun, yang sangat berbeda dengan pandangan Barat tentang makna “tragedi” dan “penderitaan”. Bahwa tidak terpenuhinya cinta mereka di dunia adalah ciri khas dari mistisisme yang dihidupi Nizami. Laylanya Nizami menyatakan dengan jelas bahwa di dalam cinta, kedekatan yang terlalu dekat sangatlah berbahaya bagi sepasang kekasih.

Dengan demikian, penderitaan para pencinta tidak bisa dikatakan sebagai “tragis”, tidak bisa diinterpretasikan dari sudut pandang moralitas konvensional. Penderitaan pencinta meruntas belenggu sifat kemanusiaan, memampukan mereka untuk bebas dari “diri” yang terikat dengan dunia fana. Kematian adalah pintu gerbang menuju dunia “sejati”, ke rumah yang dihasrati jiwa para pencari, dan Nizami menyingkap hal ini dalam metafora-metafora yang brilian dan dinamis: lilin yang menumpahkan air mata kegetiran; kerang yang menderita karena mengandung mutiara; berlian yang merindu-dendam ingin terbebas dari batu karang tempatnya tidur selama jutaan tahun; mahkota-mahkota mawar mengering menjadi setetes sari mawar yang semerbak dan berharga; Majnun meniadakan “pemakan dalam dirinya”, mengatasi rasa lapar, egoisme, dan kepemilikan, serta membubarkan lapak-lapak perasaan di dalam tubuhnya. Ia menjadi “penguasa cinta” dalam keagungan. Tidak setiap peristiwa jatuh cinta dapat mencapai keadaan mulia ini. “Cinta yang tiada abadi,” tutur Nizami, “hanyalah permainan indra dan cepat punah bagaikan masa muda.”

Tak heran jika Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami, penyair Sufi Persia abad 15, yang menulis roman alegoris Yusuf dan Zulaikha, mengungkapkan, “Meskipun hampir semua karya Nizami pada permukaannya tampak sebagai roman, dalam kenyataannya karya-karyanya menampilkan selubung bagi kebenaran-kebenaran hakiki dan pengetahuan ilahi.” Goethe, pujangga besar Jerman, berujar, “Roh agung yang berbicara tentang perhelatan termanis dari cinta yang terdalam, itulah Nizami.”

Melalui Nizami, kisah tersebut kemudian menyebar ke wilayah Turki, Eropa, Afrika, Kaukasus, India, Nusantara, dan mempengaruhi banyak penulis setelahnya, termasuk Jalaluddin Rumi, penyair sufi terbesar. Menurut salah satu sumber, kisah Romeo dan Juliet yang ditulis William Shakespeare pun dipengaruhi oleh karya ini. Kemasyhuran kisah ini memberikan ilham bagi banyak seniman baik pelukis, pemusik, maupun sineas, dalam menciptakan beragam karya seni yang menggambarkan kisah cinta tak terbalas, namun cinta itu sendiri mentransformasikan pencintanya ke dalam persatuan mistik dengan Sang Kekasih.

Karena pentingnya kisah ini sebagai rujukan abadi bagi para peminat sastra, spiritualitas, dan mistisisme, saya mempersembahkan karya terjemahan naskah besar ini kepada Anda. Dalam proses penyuntingan, saya memperhatikan diksi dan rima dalam setiap alinea—dengan tetap merujuk kepada teks aslinya—serta keindahan bahasa yang mengena pada rasa pembaca Indonesia. Semoga berkenan di hati Anda semua.

Salahuddien Gz


-----------------------------------------------------------
Penerjemah: Ali Nur Zaman
Penyunting: Salahuddien Gz
Pemindai Aksara: Muhammmad Bagus SM
Penggambar Sampul: Yudi Irawan
ISBN: 978-979-17998-3-6
Harga: Rp 45.000,- (254 hlm.)
Penerbit: Dolphin
Email: penerbitdolphin(at)yahoo.com
-----------------------------------------------------------

Buku ini bisa dipesan sekarang juga dengan diskon 20% (jadinya Rp 36 ribu, belum termasuk ongkos kirim) melalui akun saya, “Salahuddien Gz”. Kirim alamat pengiriman ke INBOK FB saya atau melalui email: penerbitdolphin(at)yahoo.com. Buku akan dikirim melalui Pos/Tiki dengan garansi. Pembayaran melalui transfer ke rekening:

BCA KCP Lamongan
No. Rekening: 3300473023
a.n. Shalahuddin Gz

Atau:

MANDIRI Cabang Fatmawati
No. Rekening: 127-00-0443912-9
a.n. Shalahuddin Gz

25 June 2012

Tudung Semerah Darah - Luckty Review


REVIEW Red Riding Hood

by Luckty Giyan Sukarno

Sumber:

http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-red-riding-hood/10150856324867693


Adalah Valerie, gadis yang tidak sama seperti kebanyakan gadis biasa pada umumnya. Dia tidak riang seperti gadis-gadis lain, dengan pipi merah jambu atau bundar. Pipi Valerie licin, rata dan putih pucat. Valerie tidak menganggap dirinya cantik, atau bahkan, berpikir tentang rupanya. Namun, tak seorang pun dapat melupakan si rambut pirang kulit jagung dengan sepasang mata hijau menggetarkan yang bersinar seolah mata itu bersumber dari petir. Matanya, dengan tatapan serbatahu yang dimilikinya, membuatnya terlihat lebih tua dari usia sebenarnya.

“Dia bisa memanjat pohon tertinggi.”

“Dan dia bisa berbicara kepada manusia serigala…” (hlm. 276)

Berbeda dengan kakaknya, Lucie. Dia memiliki sikap lembut yang tak dimiliki orang-orang lain, sebuah kelembutan alami dan murni dari dalam diri. Rambutnya tidak merah atau pirang; tapi keduanya. Dia berbicara dengan puisi, suaranya merdu seperti sebuah lagu. Bagi Valerie, Lucie adalah satu-satunyaorang di dunia dengan siapa Valerie bisa merasa dekat. Dia dan Lucie sudah seperti dua sulur tanaman yang tumbuh saling silang dalam sebuah lagu kuno yang sering dinyanyikan para tetua desa.

Betapa anehnya memiliki seorang saudari, kemungkinan sosok dirimu yang lain. (hlm. 24)

Ini adalah malam Serigala, seperti yang selalu terjadi di tiap bulan purnama semenjak masa yang sudah tak dapat diingat oleh siapa pun. Para warga di Desa Daggohorn menaruh korban agar sang Serigala tidak datang dan melahap gadis-gadis manis.

Planet merah bertemu dengan bulan setiap tiga belas tahun. Ini adalah satu-satunya masa ketika manusia serigala baru bisa diciptakan.

Selama minggu bulan berdarah, manusia serigala bisa menurunkan kutukannya dengan satu gigitan saja.

Sinar matahari membuat manusia serigala bisa menurunkan kutukannya dengan satu gigitan saja. (hlm. 181)

Hingga tibalah hari yang ditakukan warga. Gadis di desanya kembali menjadi korban, dan dia adalah..LUCIE!! Valerie begitu terpukul ketika kehilangan orang yang paling dekat dengannya. Tidak hanya itu, gadis bertudung merah itu menjadi bulan-bulanan warga. Apa yang harus dilakukannya?!?

Novel ini merupakan adaptasi dari film dengan judul yang sama. Ceritanya seperti mengekor kisah twilight apalagi versi filmnya disutradarai oleh Catherine Hardwicke yang juga menyutradarai seri pertama The Twilight Saga, Twilight (2008) meskipun tidak ada aroma vampirnya: tapi terlihat dari kisah cinta segitiga yang dialami tokoh utamanya.

Keterangan Buku:

Judul : Red Riding Hood

Penulis : Blakley-Cartwright/ Johnson

Penerjemah: Nuraini Mastura, Putra Nugraha, Sujatrini Liza

Editor : Nuraini Mastura

Penyelaras aksara: Ananta

Layout isi : Dini Handayani

Kaver : Motion Picture Arwork

Penerbit : Mizan Fantasi

Terbit : April 2011

ISBN : 978-979-433-616-8

Trailer Red Riding Hood:

http://www.youtube.com/watch?v=PM8V3cHdSC4

Para pemerannya:

Valerie (Amanda Seyfried)

Peter (Shiloh Fernandez)

Henry (Max Irons)

Bapa Solomon (Gary Oldman)

Seperti yang Catherine Hardwicke katakan; “Red Riding Hood bukan hanya sebuah dongeng, tapi lebih sebuah kisah universal tentang cinta dan keberanian dan tumbuh dewasa.

Halaman-halaman buku itu terbuat dari kulit binatang garis-garis bawah merah dan biru yang dikelilingi bingkai emas melengkung, memuat mahluk-mahluk aneh berkepala gagak, monster-monster laut bertubuh kadal, dan wajah-wajah manusia yang bertengger di atas huruf-huruf besar dan mengeluarkan asap merah. Dia tak bisa memercayai bahwa semua itu nyata. (hlm. 185)

Terlihat jelas dari judulnya, buku ini merupakan fan fiction dari kisah dongeng Little Red Riding Hood. Bukan sekali ini saja, ada juga Sisters Red yang ditulis oleh Jackson Pearce.

Pengertian Fan Fiction dari http://ffindo.wordpress.com/point-read-me/about-fanfiction/

Fan Fiction atau biasa disebut fanfic, adalah sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh penggemar berdasarkan kisah, karakter atau setting yang sudah ada. Fanfic bisa berlaku untuk film , komik, novel, selebritis dan karakter terkenal lainnya. Terkadang sejumlah fanfic menyertakan penulisnya sebagai karakter cerita, ada pula yang tidak.

Posting Red Riding Hood ini dalam rangka Posting Bareng Buku Fantasi bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia ξ\(´▽`)/ξ

Little Red Riding Hood Story:

Once there was a little girl, called Little Red Riding Hood, for she wore always that red riding hood. Now her mother had made her a suit of clothing for her to wear, and this suit of clothing had been made completely out of metal. Her mother then went away to stay alone in a little cottage in the woods, and told the girl, “only when you have worn out this suit of clothing shall you come and visit me.” So the girl, nodding solemnly, bade her mother goodbye and set to work to wearing out her suit of metal clothing.

Everyday she rubbed herself against the walls of her home, so that the clothing would be worn out sooner. Everyday, day-by-day, without fail she would rub herself against the walls, till her clothes became thinner, and thinner till she completely wore it out. Elated, she made some bread with butter and wheat cakes for her mother, intending them as gifts, and left her house for her mother’s cottage in the woods.

Along the way, just as she was about to enter the woods, she encountered a wolf, which asked for some of her cakes and bread. She refused, for it was to be a gift to her mother. Unfazed, the wolf asked if she would be traveling via the road of pins or the road of needles. The young girl replied that she would be using the road of pins. Thus, the wolf ran quickly down the road of needles and knocked upon the door to the girl’s mother’s cottage.

“Who is it?” the girl’s mother asked.

“It is I, your daughter, come to bring you cakes and bread.” And when the mother opened the door, the wolf killed her, eating most of her.

Sometime later, the young girl finally arrived at her mother’s cottage. Knocking upon the door, she heard her mother call out in a strange voice, “who’s at the door?”

“It is I, your daughter, come to bring you bread and cakes, for I have worn out my clothing of metal and now come to visit you.”

“Come in my daughter, the door is not locked!” But the door was locked, and the little girl had to climb in through the little hole at the bottom of the door.

Once inside, she noticed that her mother was in bed. After the long walk through the woods the girl was hungry, and said thus to her mother. “Mother, I’m hungry, for I have traveled far and deep to this place.”

And so the reply was, “there is meat in the cupboard, that you may consume to sate your hunger.”

And as the little girl was about to eat the meat from the cupboard, suddenly a cat jumped onto the cupboard and told the girl, “do not eat this meat, for this is the meat of your mother, whom has been murdered most foul by the wolf that now sleeps in her bed!”

Thus the little girl told her mother, “Mother, this cat says that it is your meat that I am about to eat!”

And her mother told her, “Surely this cat is lying, for am I not alive and well, talking to you even now? So throw your stick at the cat and eat the meat to sate your hunger.” So the girl obediently threw her stick at the cat, thus scaring it off before consuming the meat.

When she had eaten her fill, she felt thirsty, and told her mother so. “There is a bottle of wine above the fireplace child, drink it, and sate your thirst.”

And as the girl went to the fireplace and picked up the bottle, a bird flew onto the fireplace and chirped, “little girl, do not drink this wine, for it is the blood of your mother that has been killed by the wolf whom now lies upon the bed.”

And when the little girl said to her mother, “mother, there is a bird that says that this bottle of red wine that I am about to drink is your blood, and that you were killed by a wolf, whom now lies in your place!”

And thus came the reply, “child, am I not alive and well? So is the bird lying. Throw your cloak at it, that you may then drink of the wine in peace, and vanquish your thirst.” Thus the girl did as she was told, and drank of the wine, till not a drop was left.

Now when she had eaten and drank her fill, till hungry and thirsty she was not, suddenly the girl felt sleepy. Thus her mother said to her, “come child, and rest by my side. I would have you by me once more.” And the girl walked to her mother’s side and undressed. Putting her clothes of cotton and wool neatly by the side, she climbed into the sheets with mother, so as to rest. There she saw her mother, looking very strange.

“Why mother,” She exclaimed, “what big ears you have!”

“The better to hear you with, my child.” Came the reply.

“Why mother,” the girl continued, “what big eyes you have!”

“All the better to see you with, my child.” Came the reply.

“But mother, what big paws you have!” The girl exclaimed.

“The better to hug you with.” Came the reply.

“Oh mother, what big, sharp teeth and terrible mouth you have!” The girl cried out.

“The better to eat you with!” The wolf said.

And at that, the wolf pounced upon the girl and devoured her, rending apart her flesh and bone, eating her alive, ignoring her screams.

And thus, the wolf ate the girl, sating its hunger.

Lucu nemu ini di http://fromjapanwithlove.posterous.com/cute-japanese-stickers-the-little-red-riding

20 June 2012

Chiru'un, Gadis Penyulam Keajaiban


Judul                      : Chiru’un, Disciples of Luan (Si gadis dari Padang Rumput Suku Selatan)
Penulis                  : Tasfan
Editor                     : Ratna Mariastuti
Korektor                 : A.S. Sudjatna
Sampul                  : Moon Eclipse Studio
Cetakan                 : Pertama, Mei 2012
Penerbit                 : DIVA Press

Sekitar empat tahun yang lalu (2008), jagad fiksi Indonesia sempat dihebohkan oleh novel Tanrilsebuah novel  semisilat-fantasi yang ditulis dengan sangat apik oleh Nafta Shintiel Meika. Tanril begitu memuaskan pembaca yang mengharapkan adanya gebrakan baru dalam dunia fiksi-fantasi lokal sehingga inilah satu di antara sedikit fiksi fantasi lokal yang mendapat bintang empat di Goodreads. Kalau saja bukan karena model lay out­-nya yang memusingkan mata karena setiap dialog dicetak miring semua, tentu banyak yang akan memberi nilai hampir sempurna. Untungnya, penulis tidak berlama-lama menghilang, ia muncul kembali dengan prekuel dari Tanril, yang mengisahkan apakah Luan itu (yang menjadi sesuatu yang begitu misterius di Tanril), apakah Dao Di itu, dan mengapa pergerakan takdir bisa sedemikian cepat di padang-padang rumput selatan dan Zirconia.

                Kisah diawali dengan munculnya Suku Selatan yang menguasai dunia bagian selatan dengan lima konfederasinya. Salah satunya adalah Konfederasi Bayu yang memiliki tugas melindungi sebuah suku suci penjaga rahasia suci alam semesta yang konon telah ada bahkan sebelum Dewa Maha Kuasa dan Maharaja Dunia Clem muncul. Rahasia itu bernamaluan, dan inilah kisah tentang rahasia itu. Adalah Chiru’un, seorang gadis kecil bandel yang bersama delapan gadis lainnya dari Suku Selatan telah terpilih sebagai para pewaris luanyang selanjutnya. Mereka semua dikumpulkan oleh Sang Wanita Suci Penguasa Luan,Anbelle yang  bertugas menjaga cahaya pelangi suci, luan itu sendiri.

         Manusia hidup mengabdi pada kewajiban
         Karenanya hatinya sesungguhnya
         Lebih tinggi dari gunung
         Lebih dalam dari lautan
         Karena jiwanya sesungguhnya murni
         Hanya terlihat setelah tempaan dan beban
         Ia bisa mengatasi segalanya dan melepas segalanya
         Itulah inti dari jalan pelangi

                Sembilan anak suci itu kemudian dikumpulkan dan dididik di Balai  Bayourunaa, sebuah bangunan biara di tengah padang rumput tempat Anbelle, sang Tetua Tertinggi Penguasa tinggal. Di tempat inilah Chiru’un dan delapan gadis lainnya ditempa, baik fisik, pikiran, dan terutama hati mereka dalam jalan pelangi. Tidak ada asal-usul, atau karakter, atau perbedaan fisik atau apapun yang dipertahankan disini, mereka semua adalah sama, sesama saudari yang diikat oleh tali pelangi yang menyatukan mereka. Hari-hari dijalani dengan berlatih menyulam dan bersemadi, masuk ke alam pelangi itu sendiri. Dari yang semula hanya menjahit dengan benang biasa, akhirnya sembilan pewaris luan itu bisa mengeluarkan benang-benang cahaya sewarna pelangi dari jari mereka. Inilah wujud luanyang paling dasar.

                Segera saja, mereka larut dalam kegembiraan. Segera saja, mereka berlomba menghasilkan aneka bentuk benang-benang cahaya  yang mampu menipu mata dan bisa digunakan untuk melihat cahaya tak kasat mata. Saat itulah Chiruun mampu memahami potensi besar dalam diri, sebuah luapan energi besar yang harus disalurkan dan dijalankan dengan semestinya, yakni dengan belajar luan. Dan hari demi hari, tahun demi tahun, pelajaran dan didikan diberikan oleh Anbelle dengan segenap kesabaran dan pengetahuan dalam dirinya. Begitu rupa penulis menggambarkan masa delapan tahun pelajaran mereka, lengkap dengan karakterisasi yang sangat kuat dan jalinan cerita yang rumit hingga akhirnya datanglah masa-masa menjelang prahara. Kesembilan penerus luan harus bersiap. Di depan mereka, terbentang masa yang penuh marabahaya yang hanya bisa diatasi oleh jiwa yang pemberani dan memiliki bekal untuk menggunakan  pengetahuan luan. Lalu, bisakah Chiruun dan delapan kawannya lulus sebagai para penguasa luan?  Bagaimana nasib dunia dan suku selatan selanjutnya? Semuanya bergantung pada penguasaan dan pemahaman mereka akan luan itu.

                Chiru’un--dengan jumlah halaman yang lebih dari 500--kurang menampilkan episode-episode khas dari sebuah fiksi fantasi (yakni pengantar, pemicu, konflik, dan penyelesaian). Alurnya mungkin bisa dibilang datar dan agak membosankan karena hampir tidak ditemukan adegan tentang perang secara fisik. Penulis rupanya lebih menonjolkan pengembangan karakter serta konsep antropologis dari bangsa Suku Selatan dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Lebih dari itu, penulis bahkan menciptakan bahasanya sendiri, sebagaimana Tolkien. Lebih hebatnya lagi, walaupun bahasa itu rekaan, tapi penulis menyusun kosakatanya secara konsisten, tidak asal comot atau merangkai huruf tak bermakna. Bahasa dalam Chiru’un  begitu metodologis, yang hampir-hampir membuat pembaca percaya bahwa bahasa itu ada. Novel ini juga secara mendetail membahas tentang aspek-aspek geografis dan terutama ciri-ciri fisik dan budaya dari bangsa-bangsa yang berdiam di dunia rekaannya. Sungguh, hampir-hampir novel ini bisa menjadi rujukan antropologis dari dunia fantasi yang diciptakan oleh sang penulis.

                Sebagaimana saya bilang di atas, alur Chiru’un begitu lambat dan hampir-hampir datar. Hal ini berbahaya karena dapat membuat pembaca bosan dan langsung melempar buku ini ke rak. Tapi anehnya, buku ini sama sekali tidak membosankan. Kepiawaian penulis dalam merangkai kata dan kalimat adalah sangat luar biasa, hampir-hampir membuai bak seorang tukang cerita yang kehadirannya sendiri sudah mempesona pembaca. Kita akan diajak ke dunia Luan, belajar tentang diri sendiri dan juga orang lain, serta karakter-karakter manusia pada umumnya. Aneka nasihat dan nilai kehidupan disampaikan dengan begitu bagusnya, dengan typo yang minim dan model penceritaan yang sangat rapi dan menyenangkan.

         Banyak orang di dunia ini mengalami penderitaan dan kesusahan. Tapi, di kelak hari, mereka melihat derita dan kesusahan itu sebagai kenangan indah.”  (hlm 169)


         “Apakah kalian memahami rahasia alam semesta ini: bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan di masa lalu atau masa depan, melainkan di masa kini.” (hlm 521)

                Begitu banyak pelajaran tentang kehidupan dalam novel ini, saya sendiri sampai terpaku melihat betapa piawainya penulis bertutur tanpa terkesan menggurui, betapa hal-hal besar itu dapat disampaikan melalui sebuah cerita fiksi-fantasi tanpa menghilangkan alur cerita ataupun mengubahnya menjadi sebuah buku motivasi populer. Dan, bagi pembaca yang telah terlebih dulu terpesona dengan Tanril,  maka Chiru’un akan membuat keterpesonaan itu kian lengkap. Akhirnya, apakah luan itu? Apakah yang dimaksud dengan jalan pelangi itu? Bacalah dan Anda akan paham bahwa dalam diri masing-masing insan selalu ada pelangi yang akan mengusir awan kelap dalam jiwa.

                “Luan adalah sinar pembimbing hidup kami. Jalan jiwa dan jantung hati kami. Anyaman kasih dan harapan kami. Cahaya kami. Sekarang, dan selamanya.” (hlm 516)

                Selamat berpetualang dalam luan.


Resensi oleh:  Dion Yulianto
Sumber:  http://www.facebook.com/notes/dion-yulianto/chiruun-disciples-of-luan-si-gadis-dari-suku-selatan/477278415621213

13 June 2012

Fantasy Fiesta 2012 - Empat Hadiah Galeri

Beberapa gambar / sketsa / concept art untuk cerpen entri Fantasy Fiesta 2012
"Empat Hadiah" karya Andry Chang
Ilustrasi dan gambar oleh Andry Chang

"Empat Hadiah" Versi Menapak Awan - PC Desktop Wallpaper 1024x768

 Wallpaper 1024 x 768 Versi 4 Fresco

 Wallpaper 1024 x 768 Versi 5

 Hasil scan sketsa


Line art

 Final chara design tanpa latar belakang
 Ibu Peri dari Negeri Barat
"Perlu kejelian untuk mengenali peluang."

 Jin Lampu dari Gurun Selatan
"Di balik hujan ada pelangi, di balik pelangi ada emas sepoci."

Dewa Harta dari Langit Timur 
"Jangan takut resiko. Ambil kesempatan, baru kau bisa sukses."


 Sinterklas dari Kutub Utara
"Pertahankan terus prinsipmu."

Wallpaper 1024 x 768 Versi 1

Sumber-sumber gambar ilustrasi (untuk contoh):
Jin Lampu, Pengabul Segala Permintaan
Sumber gambar sementara: Versi Aladdin Disney http://spongebobandfriendsadventures.wikia.com
Sinterklas, Pembawa Buntelan Kebahagiaan
Dewa Harta, Pemberi Keberuntungan dan Kemakmuran
Sumber gambar sementara: Budaya Tradisional Tionghoa  
Ibu Peri, Penolong Berhati Mulia
Sumber gambar sementara: Versi Cinderella Disney


Isi cerita dapat disimak dalam entri Fantasindo lewat link:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia