Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

23 September 2015

[BATTLE OF REALMS 5 - ROUND 4] VAJRA – BIMA SAKTI



[BATTLE OF REALMS 5 - ROUND 4]

VAJRA – BIMA SAKTI

Penulis: Andry Chang


Umangsah ambêk pêjah
cancut gumrégut manjing
samudra tulya dreng
wiraganya lêgawa

banyu sumaputing wêntis
meleg ing angganira
sumingêp anampêki
migég jangga kang warih

katon naga kumambang
gêngnya sawukir anak
ngakak galak kumêlap

Mendekat, bersiap mati sirna
Tanpa ragu masuki samudra
Tetap dengan tekad membaja
Sikapnya pasrah berserah

Betisnya menyibak air samudra
Memercik ke badannya
Memukul-mukul hingga tersibakkan
Tercekat air liur di tenggorokan

Tampak naga mengambang
Badannya sebesar bukit karang
Moncongnya menganga lebar
Menebarkan kebuasan

Ada-ada Bima Mlumpat, Bagian Satu – Lagu Pedalangan Jawa


= Bagian 1 =
BIMA SAKTI

“Tri Mandala Vajra!”

Itulah kata pertama yang diucapkan Raditya Damian saat ia keluar dari portal gaib dan kedua kakinya mendarat mulus di tanah padat.

Hampir seketika, Kalung Bintang Emas di depan dada Radith berpendar terik, memancarkan cahaya emas yang membungkus seluruh tubuh pemuda berambut hijau itu. Detik berikutnya, seperangkat zirah berwarna merah bersisi emas dan topeng separuh tersandang sempurna. Sekali lagi, Radith tampil sebagai wujud tarung, bukan, dirinya yang lain. Seorang pendekar super bernama VAJRA.

Gelang Gandiwa rupanya telah berubah wujud menjadi sepasang pelindung lengan dan pelindung kaki berwarna emas. Di luar dugaan, seperti halnya Zirah Antakusuma dan Topeng Pancanaka, perangkat baru itu terasa amat ringan, sehingga Vajra tetap dapat bergerak leluasa.

Terima kasih, Guru Arjuna, batin Vajra. Aku akan selalu mengingat ilmu dan pesanmu.

Keadaan di sekeliling membuat napas Vajra tercekat. Ternyata ia kembali ke arena semula, di Koloseum Budukan di Server Amatsu. Bedanya, selain tak ada Pohon Hayat, Kalpataru di sana, seluruh arena tampak porak-poranda. Dinding-dinding pembatas yang jebol, ceruk-ceruk seperti bekas ledakan bom di sana-sini menebar kesan, seakan tak ada lagi yang utuh di tempat ini.

Yang lebih mengenaskan, tampak mayat-mayat para penonton yang jadi korban bergelimpangan di tribun arena. Tarou, si pembawa acara tampak hangus legam di tempatnya berdiri, menebar aroma seperti ikan gurame bakar. Bahkan Netori-sama, penguasa Server Amatsu tergeletak tanpa nyawa di kursi kebesarannya di tribun kehormatan. Bencana apa yang sedang terjadi di sini?

Jawabannya terletak pada sesosok pria yang sedang melayang-layang di udara. Sosoknya serba hitam dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, dan tampak berkilap diterpa cahaya matahari.

Si sosok hitam tampak sedang berdebat dengan beberapa peserta Turnamen Battle of Realms yang berdiri di arena. Ternyata jumlah peserta yang bertahan telah menyusut menjadi tinggal dua belas orang, termasuk Vajra. Suara-suara para peserta tak begitu jelas terdengar dari kejauhan. Sebaliknya, suara si sosok hitamlah yang keras membahana.

Di antara kata-kata yang sempat dicerna pendengaran Vajra, ada kata-kata yang paling sering disebut si hitam, yaitu “Serahkan Kotak Laplace”. Benda apa itu? Semacam relikui gaib? Vajra kini memang membawa smartphone radar kristal hadiah dari misi di Los Soleil dan Pedang Api Keadilan dari Tamon Rah, jelas tak satupun dari keduanya dekat dengan gambaran si hitam itu.

Seakan menemukan jalan buntu, si sosok hitam mendengus kesal. “Aku tak punya banyak waktu untuk meladeni kalian semua! Kalau kalian tak tahu apa-apa, berarti tak ada gunanya kalian hidup!” Ia lantas mengayunkan kedua tangannya ke depan, seolah tengah merapal mantra sihir.

Dalam sekejap mata, seluruh arena berguncang hebat, tanah terbelah dan runtuh. Vajra bereaksi secepat mungkin, meniti reruntuhan bebatuan. Sayang, lubang yang tercipta dari gempa itu terlalu besar, sehingga Vajra jatuh bersama semua peserta lainnya ke dalamnya.

==oOo==

Saat membuka mata, Vajra menemukan dirinya tergeletak dalam semacam ruangan berdinding beton. Ruangan itu tampak porak-poranda dan tergenang air setinggi mata kaki. Namun sepertinya kerusakan itu timbul bukan karena gempa yang dibuat Si Hitam tukang paksa tadi.

Vajra lantas menegadah dan melihat sebuah lubang besar di langit-langit ruangan itu, tepat di atas kepalanya. Pasti aku masuk melalui lubang itu tadi, pikirnya. Dan, dilihat dari reruntuhan yang bagaikan dinding di kedua sisinya, ruangan ini pasti sebenarnya sebuah koridor.

Perlahan-lahan Vajra bangkit berdiri, kepalanya masih terasa pening, rasa nyeri berdenyut di beberapa titik di sekujur tubuhnya. Benturan-benturan selama jatuh tadilah yang menimbulkan segala nyeri ini, bahkan Vajra sempat pingsan sebelum mendarat di dalam sini. Mendadak ia menggigil. Meskipun tak sedingin Pegunungan Salju Los Soleil, suhu yang relatif rendah dan udara yang lembab di sini pasti ikut disebabkan oleh genangan air di lantai.

Tatapan Vajra lantas terpusat pada tulisan hitam-besar yang sudah amat buram pada dinding yang sudah retak-retak dan jebol di sana-sini. Dengan suara berbisik, ia membaca tulisan itu, “Bio Laboratory Second Floor, Enhancement Room.”   

Saat hendak keluar, tampak ambang pintu tertutup rapat oleh reruntuhan. Seberapa tebalkah reruntuhan itu? Apakah dirinya sudah cukup kuat untuk membongkar jalan keluar? Vajra merasa harus mempertanyakan semua itu, padahal semua jawaban sudah ada dalam dirinya. Rupanya, pertarungannya dengan Caitlin Alsace baru-baru ini telah menyadarkan Vajra agar selalu mawas diri, berpikir dulu sebelum bertindak. Apa akal?

“Rupanya, tiba giliranku menyampaikan ajaran pamungkas,” kata sebuah suara berat yang terngiang dalam benak Vajra.

Vajra jelas-jelas mengenalinya. “G-guru Bima? Apa guru ingin membantuku secara langsung seperti Guru Arjuna yang menjadi garuda?”

“Siapa bilang aku ingin membantumu? Aku hendak mengajarimu, beda lagi itu!”

Saat itu pula, topeng merah separuh di wajah Vajra terlepas, lalu berubah wujud menjadi wayang golek Bima. Hingga saat inipun pecahan roh Bima, ksatria terkuat Pandawa dalam pusaka itu selalu bicara pada Vajra lewat telepati, hingga hanya Vajra saja yang dapat mendengar perkataan gurunya yang paling galak itu.

Tanpa buang waktu, Bima si wayang menyentuhkan telapak tangannya pada reruntuhan di ambang pintu itu. “Gunakan tinju petir untuk membongkar reruntuhan ini, lalu bersiagalah!”

“Apa guru yakin? Guru ‘kan hanya menyentuhnya saja tadi.” Vajra mengerutkan dahi.

“Murid bodoh!” Bima menjitak Vajra. “Kemampuanku telah terasah ribuan tahun silam, dan terus terpelihara hingga saat ini! Awas kalau kau meragukanku lagi!”

“Iya deh, guru...” jawab Vajra sambil mengerang dan mengelus kepalanya.

Lantas Vajra menghentak, mengerahkan energi Tinju Petir Brajamusti di kedua kepalan tangannya. Seperti bola besi pembongkar bangunan, tinju-tinju dahsyat mengikis beton reruntuhan penghalang hingga jebol, menciptakan ambang pintu keluar yang baru.

“Sekarang bersiaplah! Aku melacak ada banyak sekali makhluk di tempat ini, dan mereka semua tak bersahabat!” Bima mengatakannya sambil melayang, ikut keluar bersama Vajra.

Pemandangan yang terpampang berikutnya membuat mata Vajra terbelalak. “Astaga, percobaan biologis apa yang dilakukan di laboratorium semacam itu?” Tanpa sadar ia merinding, tak ingin membayangkan kegiatan mengerikan seperti adegan di film-film ala Hollywood itu.

Tampak hamparan peralatan canggih yang sudah rusak, jebol dan terguling, juga tabung-tabung besar di kejauhan. Anehnya, air berwarna hijau kental masih mengalir dari dalam tabung-tabung itu, menyatu dengan genangan air di seluruh lantai. Jangan-jangan semua tabung dalam ruangan ini baru pecah dan retak akibat gempa tadi. Apapun isi tabung-tabung itu, semua sudah keluar.

“Jangan melamun, Vajra! Lihat baik-baik ke depan!”

Menanggapi peringatan Bima, Vajra pasang kuda-kuda dan menajamkan penglihatannya.

Dari kejauhan, tampak sosok-sosok yang kebanyakan menyerupai manusia, jumlahnya kira-kira seratus. Mereka semua berjalan agak lambat dan terseok-seok tak tentu arah, layaknya mayat hidup alias zombie. Tampaknya makhluk-makhluk itu belum menyadari kehadiran Vajra di sana.

“Lihat, guru! Ada pintu yang terbuka di ujung ruangan sana!” Vajra menunjuk ke depan. “Tapi kita harus melewati makhluk-makhluk itu dulu.”

“Kita belum tahu pasti mereka itu mayat hidup atau bukan. Mendekatlah dengan hati-hati!”

Vajra mengangguk, lalu mulai melangkah.

Makin dekat, makin jelaslah wujud sosok-sosok itu. Vajra mengenali beberapa di antara mereka. Ada lawan-lawan Vajra di Los Soleil yaitu Zhaahir Khavaro, Lo Dmun Faylim, Reviss Arspencer dan Ernesto Boreas. Tak ada Renggo Sina di sana, mungkin karena dia adalah robot.

Ada sosok-sosok yang rasanya, bagaikan deja vu dalam ingatan, pernah berjuang bersama Vajra. Mereka adalah Haru Ambrosia, Tasya Freyona, Torebash Mungira, Garrand Entrenchord dan Ragga Bang. Ada pula Dyna Might dan Caitlin Alsace, rupanya mereka tak termasuk dua belas peserta yang dijebak Si Hitam di tempat ini.

Yang paling mengejutkan, ternyata di antara mereka ada pula para saudara seperjuangan Vajra di Tim Lightbringers, yaitu Liona Lynn, Wildan Hariz dan Bun. Rasa trenyuh melanda hati Vajra, mengingat tinggal dirinya seorang yang mengusung semangat Para Pembawa Terang di alam ini.   

Jelas sudah, sosok-sosok itu adalah para peserta Battle of Realms yang sudah gugur di babak-babak sebelumnya, atau tiruannya yang disebut kloning. Anehnya, bentuk tubuh mereka semua itu tampak seperti orang cacat, beda jauh dengan aslinya. Kesimpulan sementara Vajra, mungkin mereka adalah kloning gagal yang menjadi zombie.

Atau jangan-jangan... itukah nasib sesungguhnya yang menimpa para peserta yang telah gugur?

Sambil terus mendekat, benak Vajra sejenak terbuai kenangan bersama para peserta itu. Entah apakah kalian ini kloning atau bukan, aku pasti akan menyelamatkan kalian. Mungkin di tempat ini ada obat penawar atau semacamnya.

Tiba-tiba, seakan dikomando seseorang, semua kloning itu menoleh serempak ke arah Vajra. Vajra terlonjak, bahkan wayang Bimapun tersentak.

“Mereka bukan zombie! Lari!” teriak Bima.

Vajra berbalik dan lari ke arah berlawanan. Benar saja, dengan cepat para kloning berbalik dan mengejarnya. Agar tak tersusul, Vajra memusatkan prana pada kedua kakinya, melesat secepat kilat dengan jurus Langkah Petir Wisanggeni. Di belakang Vajra, ada sosok-sosok di antara gerombolan kloning gagal itu yang menyusul dengan amat cepat.

Maka, Vajra mengandalkan intuisi yang terlatih sejak Pertempuran Padang Shohr’n di Alforea. Ia berbalik cepat, kesepuluh jarinya menebar Jaring Petir Dalangsukma ke air yang tergenang di seantero lantai ruangan itu. Seketika, hampir semua orang di sana tersengat arus listrik bertegangan tinggi. Mereka menggelepar sejenak, lalu tumbang.

Belum sempat Vajra bernapas lega, dua kloning yang sempat terhenti sejenak kembali menyerbu maju. Pantas saja, mereka adalah Bun dan Wildan, para pengguna petir yang malah menyerap serangan Vajra tadi.

Yang terparah, Wildan meraung seperti orang gila, bergerak secepat petir dan melompat tinggi-tinggi. Lalu ia membacokkan sepasang sabit berantainya tepat ke arah Vajra yang masih berdiri terpaku di lantai laboratorium.

Sepasang mata hijau Vajra terbelalak. Maut tak terhindarkan lagi.


= Bagian 2 =
SANG PEMIMPI

Bagi Eophi Rasaya, segala petualangan yang ia jalani, bahkan seluruh hidupnya sendiri bagaikan bunga-bunga sakura mimpi yang bertebaran. Elok nan wangi, menghiasi pohon kesadarannya yang bagaikan tidur, dan tidurnya yang bagaikan tersadar.

Jadi, seburuk apapun situasi yang ia hadapi, Eophi yang berpenampilan seperti anak laki-laki berambut hijau yang baru beranjak remaja itu hampir selalu menanggapinya dengan sikap seperti tanpa minat, cenderung mengantuk dan bosan.

Padahal, sesungguhnya semua kejadian dan pengalaman itu terpahat bagai kaligrafi dalam ingatannya. Itu membuat Eophi jadi lebih kuat, lebih bijaksana dan malah lebih dewasa daripada tampilan fisik dan sikapnya. Tak seorangpun tahu berapa usia Eophi yang sesungguhnya, dan Eophipun sendiri terkesan tak peduli. Toh penampilan kanak-kanaknya itu tak pernah berubah sedikitpun hingga saat ini.

Tak terlalu bersemangat, tak terlalu riang, tak terlalu murung, juga tak terlalu santai. Semua disikapinya dengan mengantuk.

Tak terkecuali pula situasi yang dihadapi Eophi saat ini. Bersama kesebelas peserta Battle of Realms lainnya yang lolos dari babak yang lalu, ia dijatuhkan ke dalam situs rahasia yang ternyata adalah Laboratorium Biologi ini.

Menilik keadaan sekitar yang juga porak-poranda dan menebak konteks tulisan samar-samar di dinding-dinding rusak, jelas ini adalah koridor di Laboratorium Biologi Tingkat Dua, Bagian Perbaikan dan Pengembangan.

“Oi, Phi! Lihat, becek sekali di sini! Awas, jangan sampai menjatuhkanku, ya!” rutuk Light, guling putih hidup yang hampir selalu dipeluk Eophi.

Milk si bantal kepala putih menanggapinya, “Kamu ini, baru becek sedikit saja... Takut kotor? Tenang saja, tarian Hel pasti bisa membersihkan kita hingga seperti baru! Lihat diriku! Sudah empat petualangan kita jalani, aku tetap putih bersih, tak ada noda setitikpun! Jelas aku paling mahir menjaga kebersihan daripada kalian semua, hahaha!” Ia terus melayang di udara, melekuk-lekukkan sosoknya seperti binaragawan.

“Sudahlah, kalian berdua!” kata White si kasur putih yang melayang paling atas, menutupi langit-langit. “Daripada meributkan kebersihan, lebih baik kita perhatikan sekeliling kita baik-baik dan mencari jalan keluar dari tempat ini, ya ‘kan, Phi?”

“He-eh.” Eophi mengangguk, mata mengantuknya terus terarah ke depan sambil ia berjalan.

Sebaliknya, Cloud si selimut putih yang tersandang bagai jubah pelindung bagi Eophi berujar dengan suara bergetar, “T-tapi... tempat ini menyeramkan sekali, sepertinya sudah lama ditinggalkan karena terkena bencana atau semacamnya. Aih, semoga kita bisa cepat keluar agar bisa menemui Minerva lagi, kuharap dia baik-baik saja di luar sana.”

Sedangkan Hel, bayi naga merah yang selalu bertengger di punggung majikannya, Eophi mengibas-ngibaskan sayapnya dengan semangat. Baginya dan bagi Eophi, perjalanan keluar dari tempat ini pasti akan menjadi petualangan tersendiri.

Beberapa lama kemudian, Milk yang melayang paling depan berseru, “Lihat! Ada pintu terbuka!” Tanpa menunggu teman-temannya, ia langsung masuk lewat pintu itu.

“Hei, tunggu!” seru Light. “Aduh, si Milk itu...!” Ia menyenggol dada Eophi.

Eophi terkesiap, lantas bergegas bersama para anggota timnya menyusul si bantal kepala.

Di balik pintu itu, berserakan pula peralatan super canggih yang sudah rusak dan hancur semua. Tabung-tabung besar yang baru saja pecah juga tampak dalam deretan-deretan yang lebih teratur.

Kelima makhluk dalam satu tim itu kembali bergabung dan terpaku. Di kejauhan pula, tampak sosok-sosok kloning para peserta Battle of Realms yang telah gugur. Penampilan mereka semua rusak dan cacat, dan gerak-gerik mereka seperti zombie tak berakal.

White lantas berseru, “Lihat! Ada teman-teman kita sesama peserta di antara mereka!”

Milk bagai melihat hantu. “I-itu ada Adhi, Aushakii, Kii, dan yang seperti siluman kelinci itu... Clara Mermaida! D-dan itu... Bukankah itu... Tan Ying Go, lawan kita di babak sebelumnya?”

Cloud panik seketika. “G-gawat! Bukankah dia seharusnya bersama Minerva? Bagaimana ini?! Ayo kita tanya si Ying Go...!”

Baru sekarang Eophi angkat bicara, “Tunggu, Cloud. Lihat, bentuk tubuh mereka semua aneh dan cacat seperti zombie dan siluman. Belum tentu mereka itu para peserta asli. Bisa jadi mereka adalah kloning, makhluk-makhluk kembaran yang dibuat dalam tabung-tabung itu.”

Light berseru, “Ya, bisa jadi! Tapi bisakah kita berlima melawan mereka semua? Harap saja mereka memang zombie, tapi bagaimana kalau bukan?”

“Kalau begitu, kita keluar dan menyusuri koridor lagi saja,” usul Eophi, sambil dengan malas berbalik ke belakangnya. “Makin cepat kita menemukan jalan keluar, makin cepat pula kita bisa melindungi Minerva. Ayo, teman-teman.”

“A-awas!” seru Cloud tiba-tiba. “Para kloning itu menyerang kita!”

“Perisai dan gada,” ujar Eophi sambil mulai berlari. Memahami kata-kata itu, Milk dan Light mengeraskan tubuh mereka, membentuk perisai bantal kepala dan gada bantal guling yang tergenggam erat di kedua tangan Eophi.

“Perang bantal.” Pada instruksi Eophi selanjutnya, Milk si perisai bantal kepala makin mengeras dan berpendar dengan kekuatan cahaya.

Tepat saat itu pula, dua kloning berhasil mendekat dan mencoba mendaratkan serangan pada Eophi. Serangan panah dari kloning pertama bernama Falcon berhasil ditangkal perisai bantal dengan mudah. Lalu hantaman ponsel kloning Veronica Tiselina ditahan dengan perisai bantal pula. Tak berhenti di sana, Eophi mendaratkan pukulan keras masing-masing di kepala kedua lawannya itu, sehingga mereka terpental sambil mengerang pilu.

Hel si bayi naga merah terbang menjauh, lalu melayang siaga. Cloud si jubah pelindung mengeraskan dan melunakkan diri berkali-kali untuk menangkal serangan dari lWhite si kasur sengaja mengeraskan dirinya di udara dan jatuh, mencipratkan air bercampur lendir di lantai sekaligus menimpa beberapa kloning lagi.

“Maaf ya, teman-teman.” Rupanya White masih mengira kloning-kloning itu para pendekar asli.

Eophi dan teman-temannya lantas berjuang mati-matian, mencoba lolos dari kepungan para kloning. Walau makin banyak kloning yang berhasil dilumpuhkan, kepungan mereka malah makin rapat, sehingga Eophi malah terdesak sampai di dekat dinding. Para pengepung malah menghalangi jalan ke pintu, tak ada lagi celah bagi Eophi untuk lari, kecuali...

“Phi, naiki aku!” seru White yang mulai membubung lagi. Namun gerakan si kasur itu makin lambat, karena banyak sekali air yang merembes ke dalam tubuh kain-kapuknya.

Eophi cepat-cepat menaiki White, namun para kloning rupanya ikut naik pula untuk menyerang Eophi. Jadi Eophi mengayunkan gada dan perisainya, menghantam kloning-kloning gagal itu hingga jatuh ke lantai yang tergenang.

White terus membubung, tapi tak bisa cukup cepat dan cukup tinggi.

Para kloning menggapai-gapai sambil meraung-raung.

Cepat atau lambat si kasur akan kehabisan tenaga. Jadi Eophi terpaksa harus mengerahkan ilmu-ilmu pamungkasnya yang hanya bisa dipakai sekali saja. Jika Eophi bisa tidur atau istirahat total, baru ia bisa menggunakan pamungkas lagi. Namun, seperti biasa, kesempatan Eophi untuk tidur atau pulih total hanya ada saat melayang dalam portal gaib antar dimensi.

Di waktu bersamaan, Eophi melihat kilatan petir dan mendengar gelegar guntur. Detik itu pula, listrik bertegangan tinggi terhantar oleh genangan air, menyambar para kloning yang berdiri di lantai. Para makhluk aneh itu lantas meraung dan kejang-kejang, dan akhirnya roboh tanpa daya.

Ini sungguh bantuan yang tak terduga. Atau mungkinkah di antara para kloningan gagal itu ada kloning pengguna petir yang bodoh, nekad menghantam teman-temannya sendiri?

Baru lebih dari semenit kemudian Eophi turun dari kasurnya, menjejak genangan air yang tak lagi bermuatan listrik. Ia lantas memeluk kasur itu sambil berkata lembut, “Makasih, White.”

“Sama-sama.” White tetap melayang di tempatnya, sementara Hel terbang ke bawah White sambil menari-nari, memanasi kasur itu agar tak berat lagi karena air.

Para bantal masih mengeras, Eophi melangkah maju dengan amat waspada, jangan-jangan ada kloning yang bangkit dan menyerang lagi.

Lalu Eophi mendengar suara seorang pria dari kejauhan. “Halo, kelihatannya kamu bukan kloning. Kau tak apa-apa, ‘kan?”

Eophi tak lantas menjawab. Ia hanya menoleh ke arah suara itu. Tampak seorang pemuda berambut hijau berjalan menghampirinya. Penampilannya agak mirip Eophi, bedanya pemuda itu lebih tinggi, berambut lebih panjang dan mengenakan zirah, rompi beskap dan topeng separuh.

Walau keheranan, Eophi lagi-lagi malah pasang tampang mengantuk dan hanya mengangguk.

Hanya si bantal guling berperangai kasar, Light yang menegur, “Jangan mendekat, bung. Terserah kau mau anggap kami kloning atau bukan, jangan-jangan kau yang kloning.”

Cloud menimpali, “I-iya! Serangan petir tadi itu perbuatanmu, ‘kan?”

Giliran Milk bicara, “Harusnya kau lihat-lihat dulu dong, apa ada yang bukan kloning di ruangan ini atau tidak! Jangan main asal serang saja!”

“Hahaha, maaf, maaf,” kata si topeng separuh sambil mengusap-usap kepalanya. “Dasar kurang pengalaman, seharusnya aku lebih teliti. Kenalkan, namaku Vajra.”

“Ah, rupanya kau Vajra yang bertarung di core database Alforea waktu itu, ‘kan?” kata White, wajah di permukaan kasur itu tersenyum lebar. “Aku White, ini Milk si bantal kepala, Light si bantal guling, Cloud si selimut putih, Hel si bayi naga merah, dan si bocah pengantuk ini adalah Eophi Rasaya.”

Vajra tersenyum ramah, “Salam kenal. Aku tak melihat kalian tadi, karena ruangan ini amat luas. Aku janji, lain kali aku akan lebih teliti lagi...”

Tiba-tiba Hel yang mulai bernyanyi saat namanya disebut tadi menukik dari udara dan menyambar Vajra. Walau serangan bayi naga ini tak lebih kuat dari cakaran kucing, itu cukup membuat Vajra mengaduh.

“Hentikan, Hel! Dia teman kita!” Sambil menegur lewat telepati, Eophi memelototi naga kesayangannya. Hel sempat menghentikan serangannya sejenak, namun ia menyerang Vajra lagi.

“Olang ini mucuh, Phi! Bunuh dia! Dia mucuh!” Hel meneriakkan isi pikirannya, bersikeras agar Eophi bertindak. Namun sang majikan hanya bergeming.

“Kau sudah sering salah mengenali musuh, Hel. Kau ini masih bayi, tentu kau tak paham situasinya. Saat ini kita sedang terjebak, bukan dalam suasana kompetisi. Saat ini kita butuh teman, butuh sebanyak mungkin bantuan yang bisa kita dapatkan. Kebetulan di sini ada Vajra, pendekar tipe serang, sementara kita tipe bertahan. Kau lihat ‘kan, tadi dia melumpuhkan semua kloning itu dengan satu jurus saja? Kalau Vajra musuh, ia pasti akan membiarkan semua kloning itu menghabisi kita!”  

“Hel yakin! Dia mucuh, Hel halus...!” Sebelum si naga merah buta menyerang lagi, Milk sudah bertindak dengan memukulnya dengan ujung yang sengaja dikeraskan di udara. Alhasil, Hel pingsan, jatuh dan White si kasur terbang menampungnya.

“Maaf, Vajra. Hel memang masih bayi,” ujar Eophi sambil memeluk gulingnya. “Kau tadi datang dari mana?”

Vajra menunjuk ke arah pintu tempat Eophi datang tadi. “Dari sana.” Lalu ia menunjuk ke arah berseberangan. “Kurasa tadi aku melihat ada pintu terbuka di sana. Ayo Eophi, siapa tahu kita bakal menemukan jalan keluar dari tempat ini.” Ia lantas berbalik dan berjalan lurus ke depan.

Eophi dan para sahabatnya mengikuti Vajra dari belakang. Tak ada rasa curiga sedikitpun tergurat di raut wajahnya, hanya kantuk.


07 September 2015

[Lovecraftian] Dagon




 
#WORLDLORE - LOVECRAFTIAN UNIVERSE

DAGON
Gelar : Ayah Dagon
Ras : Deep Ones, Great Old Ones
Pasangan : Hydra

Dagon adalah Deep Ones yang punya ukuran ‘keterlaluan’, tingginya kira-kira setinggi bangunan bertingkat 30 atau sekitar 100 meter. Dagon dipuja para Deep Ones bersama pasangannya, Hydra (yang bergelar Ibu Hydra) serta Cthulhu. Dagon pertama kali diperkenalkan Lovecraft melalui sebuah cerita pendek berjudul ‘Dagon’ yang menceritakan soal pertemuan Sang Dagon dengan seorang pelaut Amerika yang terombang-ambing di lautan.

Dagon adalah dewa utama yang dipuja penduduk Innsmouth yang tergabung dalam Esotric Order of Dagon. Dagon sendiri amat jarang dimunculkan pada cerita Lovecraft lainnya.

Dagon sendiri diambil dari nama dewa kesuburan orang Filistin dan Mesopotamia yang punya jubah / wujud alternatif berupa ikan. Sementara pasangannya Hydra, diambil dari nama naga berkepala banyak dari mitologi Yunani.

Referensi :
• Lovecraft, Howard P. 1919. Dagon. http://www.hplovecraft.com/writings/texts/fiction/d.aspx
http://lovecraft.wikia.com/wiki/Dagon
http://villains.wikia.com/wiki/Father_Dagon
http://en.wikipedia.org/wiki/Dagon
 
Sumber artikel: 

Mitospedia Veda - Budha, Merkurius

MITOSPEDIA VEDA / VEDIC / HINDU
BUDHA – MERKURIUS

Nama Lain : Budh, Saumya
Arti Nama : Yang Cerah
Ras : Dewa
Golongan : Nawagraha (9 Planet dan Benda Angkasa)
Senjata : Sabel (scimitar), tongkat, danda(tongkat pemukul), padma (teratai)
Wahana : Singa atau Yali
Pasangan : Ila (putri Waiwaswata Manu)
Kediaman : Budhaloka (Merkurius)
Peran : Dewa Pelindung Para Pedagang
Anak : Pururawa

==LEGENDA==

Fantasianers tentu masih ingat dengan Batara Chandra yang Mimin bahas tempo hari kan? colonthree emoticon . Dewa rembulan itu konon pernah berbuat tidak senonoh dengan istri dewa lain yakni Tara, istri Burisrawa (Jupiter), lalu menghasilkan ‘anak haram’ yang diberi nama Budha.
Sosok Budha agak mirip Chandra, bedanya jika kulit Chandra cenderung pucat, warna kulit Budha cenderung kehijauan seperti zamrud.
Ada dua versi tentang masa kecil Budha. Yang pertama adalah ia dibesarkan oleh Tara di kediaman Brihaspati, guru para dewa dan Brihaspati ‘mengakuinya’ sebagai anak sampai kemudian Chandra datang ke kediaman Brihaspati dan menuntut Tara mengakui Chandra sebagai ayah Budha. Tara diam saja dan Budha yang marah langsung menuntut penjelasan dari ibunya. Tara akhirnya buka mulut dan mengakui bahwa Chandra adalah ayah Budha yang sebenarnya. Brihaspati sendiri konon tetap mendidik Budha sebagaimana anaknya sendiri.
Versi kedua : Budha diasuh oleh Chandra, Rohini, dan Krittika. Namun ketika mengetahui bahwa kelahirannya adalah hasil dari tindakan tidak senonoh ayahnya, hubungan Budha dan Chandra merenggang. Budha malu sekali punya ayah seperti Chandra dan ia malu karena ibunya mengandung dirinya lewat hubungan dengan lelaki yang bukan suaminya.

Budha kemudian pergi dari Chandraloka, bertapa di sebuah daerah bernama Sarawanawana di Himalaya sebelum akhirnya ditemui Trimurti Wisnu dan berguru kepada Trimurti Wisnu tentang Weda dan seni.
Sama seperti ayahnya yang menguasai rasi-rasi bintang, Budha dikatakan menguasai rasi bintang Mithuna (Gemini) dan Kanya (Virgo). Mengenai hubungannya dengan Nawagraha lainnya, boleh dikatakan Budha punya rasa permusuhan dengan beberapa Nawagraha. Budha bersahabat dengan Shani(Saturnus) dan Shukra(Venus), bermusuhan dengan Chandra (Bulan), Mangala(Mars) dan Brihaspati(Jupiter), serta netral terhadap Nawagraha lainnya, termasuk pada Rahu dan Ketu yang punya hobi tidak sehat pada ayahnya yakni ‘memakan’ Chandra tiap awal bulan.

==TRIVIA ==
• Ada versi (Vedanta Deshika) yang mengatakan bahwa Budha bertemu dengan Ila di bumi dan dua orang ini masing-masing punya gender yang ‘tidak jelas’. Ila di kala malam purnama akan menjadi lelaki dan di kala malam bulan baru akan menjadi perempuan, sementara Brihaspati konon mengutuk Budha untuk lahir ke dunia sebagai ‘manusia yang bukan manusia’ (baca: gendernya juga tidak jelas) upset emoticon .
• Hubungan antara Budha dan Ila menghasilkan seorang putra yakni Pururawa. Pururawa kelak akan menurunkan raja-raja Dinasti Chandra. Keturunan Dinasti Chandra banyak ditemukan di dalam Mahabharata seperti Kresna, Bharata, dan Wangsa Kuru.
• Ila, pasangan Budha, adalah anak dari Waiwaswata Manu, pemimpin generasi manusia pertama dalam Mahayuga kali ini.
• Yali adalah sosok singa berbelalai gajah. Tidak seperti Makara yang ‘agak lazim’ ditemui, Yali sepertinya hanya menjadi wahana eksklusif bagi Budha.
• Di India, hari ketiga dalam satu minggu disebut sebagai Budhavara, sebagai penghormatan pada Budha.
• Ada perbedaan besar antara kata ‘Buddha’, ‘Budha’, dan ‘Buda’. Jika kita menyebut ‘Buddha’ maka kita membicarakan Sidharta Gautama (Buddha Sakyamuni) atau ajaran beliau (Buddhisme). Jika kita menyebut ‘Budha’ maka kita membicarakan putra Candra yang satu ini. Jika kita menyebut ‘Buda’, maka kita membicarakan kepercayaan sinkretis antara Hindu, Buddha, dan kepercayaan asli masyarakat Jawa (Agama Budi) pada era Majapahit yakni Siwa-Buda. So, Fantasianers jangan sampai salah sebut lagi ya? wink emoticon

==REFERENSI==
http://en.wikipedia.org/wiki/Budha
https://wikakrishna.wordpress.com/…/sinkretisme-siwa-buddh…/
https://www.facebook.com/HinduismDeMystified/photos/a.855326181167027.1073741828.855304897835822/913151635384481/?type=1&permPage=1
http://somyadevi.com/2015/04/mercury-enters-aries/

Sumber artikel: Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia