Mitospedia India / Vedic / Veda
BRAHMA – SANG PENCIPTA
Nama lain : Brahmin, Berahma, Berma, Bromo, Brama, Piraman, Prajapati, Thada Phrom, Utpati
Peran : Pencipta Semesta
Arti Nama : Mantera Suci (Brahma), Pencipta (Utpati), Api (Bromo/Brama)
Realm : Brahmaloka
Wahana : Hamsa (Angsa)
Ras : Trimurti
Awatara : Dattareya
Halo Fantasianers! Sekali lagi kita ketemu lagi di sesi #PantheonExplorer.
Tempo hari kita sudah membahas tentang Brahman atau Sang Hyang Widhi
sebagai Keberadaan Yang Maha Tinggi dan kali ini kita akan membahas
salah satu dari Trimurti – manifestasi utama Brahman yakni Brahma.
==SEKILAS PANDANG==
Brahma adalah sosok pertama dari Tiga Trimurti yang biasanya
digambarkan sebagai pria tua yang hanya mengenakan pakaian kain putih
serta memiliki empat wajah (Chatur Mukha Brahma). Empat wajahnya ini
melambangkan empat zaman (yuga) yakni : Satya, Treta, Dwapara, dan Kali;
juga melambangkan empat warna (yang sering salah disebut sebagai kasta)
: Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Brahma memiliki empat lengan
yang biasanya menggenggam beberapa benda seperti : akshamala (tasbih),
kurcha (rumput kursha), padma (bunga teratai), sendok, kamandala (kendi
air), atau pustaka (kitab / buku).
Sebagaimana banyak
dideskripsikan dalam Veda, Brahma adalah Trimurti yang bertugas
menciptakan semesta dari ketiadaan atau menciptakan ulang dunia pasca
dihancurkan oleh Siwa. Terkadang saat ‘sandhya’ – kehancuran parsial –
yang terjadi terlalu parah(misalnya saat dunia diterjang banjir besar
pada masa Satya-Yuga), Brahma akan datang untuk menciptakan
bagian-bagian dunia yang hancur atau perlu ‘diperbaiki’. Ia akan terus
melakukan ini selama dirinya masih hidup. Brahma akan hidup selama
72.000 kalpa atau setara dengan 311.040.000.000.000 tahun. Setelah itu,
seluruh semesta akan bersatu kembali kepada Brahman (Keberadaan Yang
Mahatinggi).
Brahma tinggal di sebuah tempat bernama
Brahmaloka, tempat di mana atma para brahmana terpilih yang telah wafat
akan masuk ke tempat ini untuk belajar langsung kepada Brahma. Di
Brahmaloka ini pula, Brahma tinggal bersama pasangannya, Saraswati,
seorang dewi yang dipercaya sebagai dewi ilmu pengetahuan. Secara teknis
Saraswati adalah putri Brahma karena ia lahir bersamaan dengan para
Prajapati. Baik Brahma maupun Saraswati menaiki wahana (hewan
tunggangan) yang sama yakni angsa. Khusus untuk Brahma, angsanya
memiliki nama Hamsa.
==PRAJAPATI==
Prajapati adalah
sejumlah rsi dari golongan dewata yang lahir bersamaan saat Brahma
tengah melakukan penciptaan kosmis. Mereka adalah yang ditunjuk untuk
menurunkan manusia pada setiap Mahayuga. Di setiap kalpa (4.320.000.000
tahun) ada 14 Prajapati yang bertugas. Dua Prajapati yang paling
terkenal adalah Daksha, yang menjadi ayah mertua dari Siwa serta
pemimpin para Prajapati, dan Kashyapa yang menurunkan para Adhitya pada
Mahayuga saat ini.
Sama seperti ayah mereka, Prajapati dapat
menciptakan sesuatu dari ‘ketiadaan’, sebuah tekhnik yang dipercaya
diajarkan para Prajapati ke anak-anak mereka dan juga diajarkan kepada
para brahmana. Sehingga di epos-epos kuno kita bisa menemukan
kisah-kisah beberapa brahmana yang mampu menciptakan sesuatu dari
ketiadaan.
Prajapati dipercaya turut membantu Brahma dalam
penciptaan dunia. Jika diumpamakan seperti perusahaan konstruksi ...
Brahma adalah mandornya (sekaligus CEO) dan para Prajapati adalah para
pekerjanya.
==ADHARMA==
Segala proses di dunia ini selalu
menghasilkan residu atau produk sampingan. Pembakaran bahan bakar minyak
misalnya, akan menghasilkan residu berupa CO2, atau karbon dan gas CO
jika pembakarannya tidak sempurna.
Penciptaan semesta pun
demikian. Saat semesta pertama kali tercipta, selain dewa-dewa
(non-Adhitya) dan manusia, ada produk sampingan berupa Ashura (Raksasa)
dan Adharma (Ketidakbenaran). Adharma dalam konteks ini dikatakan
sebagai makhluk supranatural berkekuatan hebat yang kelak akan
menurunkan salah satu musuh utama Wisnu : Iblis Kali.
==MENGAPA BRAHMA KALAH POPULER DIBANDING WISNU DAN SIWA?==
Di seluruh India yang seluas itu saja, kita hanya bisa menemukan
setidaknya 9 kuil yang dikhususkan untuk Brahma. Beda jauh dengan kuil
untuk Wisnu atau Siwa yang di tiap kota jumlahnya bisa 20 -100 kuil.
Banyak orang mempertanyakan sebab-musabab ketidakpopuleran Brahma dan
ada dua versi yang mencoba menjelaskan hal ini :
Versi pertama
berkaitan dengan persaingan antar Trimurti. Seperti yang sudah-sudah,
cerita tentang kekuasaan yang dibagi tiga selalu melahirkan polemik.
Triumvitrat antara Cassius-Pompey-Julius Caesar di Republik Romawi Kuno
misalnya ... berakhir dengan perang antara Caesar dan Pompey dan
memunculkan Caesar sebagai pemimpin tunggal Republik Romawi. Atau
mungkin pertentangan klasik antara Zeus, Hades, dan Poseidon, di mana
Poseidon pernah nyaris menggulingkan Zeus dari tahtanya, sementara Hades
dibiarkan oleh Zeus dan Poseidon begitu saja di dunia bawah dan jarang
sekali diundang ke Olympus untuk ditanyai pendapatnya.
Trimurti memang tidak punya konflik separah itu tapi itu bukan berarti
mereka tidak pernah ‘bertengkar’. Perselisihan mereka bermula saat Wisnu
dan Brahma berdebat tentang siapa yang paling superior di antara
mereka. Karena tidak menemui titik temu, mereka berdua akhirnya
memanggil Siwa dan meminta pendapat Siwa untuk menentukan siapa yang
paling hebat di antara mereka.
Siwa akhirnya mengubah dirinya
menjadi sebentuk monumen lingga raksasa– sebuah monumen yang *maaf*
berbentuk seperti phallus laki-laki – yang berselimutkan api. Monumen
lingga menjulang dari permukaan bumi sampai nun jauh di angkasa. Baik
Brahma dan Wisnu setuju siapapun yang bisa mencapai puncak lingga
jelmaan Siwa itu, dialah pemenangnya. Brahma mengubah dirinya menjadi
seekor angsa dan Wisnu mengambil rupa seekor babi hutan Kedua Trimurti
ini mulai memanjatnya lingga tersebut, tapi mereka berdua tidak jua
sampai di puncak lingga meski sudah begitu lamanya mereka memanjat.
Wisnu akhirnya menyatakan diri kalah dan mengakui keunggulan Siwa
dibandingkan dirinya. Brahma sendiri merasa ‘gengsi’ untuk mengakui
keunggulan Siwa dan mulai merencanakan sebuah rencana curang.
Sesaat sebelum Siwa berubah tadi, ia telah meletakkan bunga ketaki
(Pandanus odorifer) di puncak lingga itu. Brahma meminta ketaki, yang
telah tumbuh di puncak lingga untuk memberi kesaksian pada Siwa bahwa ia
telah mencapai puncak lingga. Ketaki setuju dan saat ketiga Trimurti
ini bertemu lagi, ketaki memberi kesaksian bahwa ia telah melihat Brahma
mencapai puncak lingga.
Siwa langsung tahu bahwa ketaki dan
Brahma berbohong. Marah atas ketidakjujuran Brahma, Siwa mengucapkan dua
kutukan : Brahma takkan lagi dipuja oleh manusia di muka bumi dan bunga
ketaki takkan pernah dipakai orang Hindu sebagai bunga dalam upacara
persembahan apapun. Setelah itu Siwa mengeluarkan trisulanya dan
memenggal satu dari lima kepala Brahma sehingga Brahma saat ini hanya
memiliki empat kepala dan sejak saat itu jumlah pemujanya (terutama di
India) menurun drastis.
Versi lain menyatakan karena Brahma
adalah ayah baik dari dharma (diwakili oleh para Dewata) mapupun adharma
(diwakili oleh para Ashura), beberapa Ashura mulai serius melakukan
upacara pemujaan dan tapa yang ditujukan kepada Brahma. Hasilnya? Mereka
mendapatkan kekuatan yang cukup besar (mungkin akses terhadap
Brahmastra) sehingga para Dewata pun kerepotan menghadapi mereka. Wisnu
yang melihat hal itu segera turun ke dunia dan menyamar menjadi seorang
ashura lalu mulai menyebarkan kabar ‘sesat’ bahwa Brahma itu tidak adil,
bahwa Brahma itu tidak layak disembah terlebih bagi para Ashura yang
menentang adanya hukum yang mengikat perilaku mereka. Para Ashura mulai
terpengaruh oleh perkataan itu dan kekuatan mereka pun menghilang
seiring dengan timbulnya keraguan mereka pada Brahma.
Tapi
Wisnu benar-benar melakukan tugas ini dengan ‘terlalu baik’, sebab saat
itu Ashura dan manusia berbagi tempat tinggal di dunia yang sama. Efek
dari pemberitaan sesat Wisnu pada para Ashura ini juga turut membuat
banyak manusia yang ragu akan perlunya mereka menyembah Brahma. Sejak
saat itu jika dibandingkan Trimurti lainnya, Brahma menjadi kalah
populer.
==BRAHMA DI NUSANTARA==
Dibandingkan di
India, para penganut Hindu di sini masih memperlakukan Brahma secara
‘lebih lumayan’. Setidaknya di Prambanan kita bisa melihat Brahma
dibuatkan candi khusus, berdampingan dengan Wisnu, dan di Bali ada Pura
Andakasa yang dikhususkan bagi Brahma. Di India sendiri, Brahma jarang
mendapatkan tempat khusus meski 80% masyarakat India menganut agama
Hindu. Masyarakat Hindu India lebih banyak memuja para Shakti /Devi
(Shaktiisme), Wisnu (Waisnawa), atau Siwa (Shaivanism).
Di masa
lalu, meski tidak sepopuler Wisnu dan Siwa, nama Brahma muncul dalam
beberapa kesempatan. Dalam legenda yang berkembang di Jawa Timur tentang
Ken Arok misalnya, Brahma dipercaya sebagai ayah biologis dari Ken
Arok. Konon Brahma terpukau akan kecantikan ibu Ken Arok, Ken Endok dan
menjadikannya kekasih. Dari hubungan ini lahirlah Ken Arok. Nama Brahma
juga dijadikan nama sebuah gunung di jajaran Pegunungan Tengger, yakni
Gunung Bromo. Gunung Bromo dipercaya berasal dari kata Brahma dan sempat
ada sekte yang mempercayai bahwa Brahmaloka – semesta tempat kediaman
Brahma – terhubung dengan gunung Bromo.
Dalam pewayangan versi
Jawa, Brahma punya peran yang sangat berbeda dari peran awalnya. Ketika
masyarakat Hindu mulai menghilang dari Tanah Jawa dan era wayang kulit
ala Walisongo mulai muncul, peran Brahma sebagai pencipta dalam pakem
wayang kulit diberikan pada sosok bernama Sang Hyang Wenang, sementara
Brahma sendiri diubah namanya menjadi Brama (api) di mana dirinya adalah
seorang dewa penguasa api, putra dari sosok Bathara Guru (Siwa). Sosok
Brahma dalam pewayangan Jawa dilebur dan dicampuraduk dengan sosok Agni.
==BRAHMASTRA (Brahma-Astra), SISI DESTRUKTIF BRAHMA==
Meskipun sering digambarkan sebagai orangtua bijak yang ‘tidak
berbahaya’, Brahma bisa menjadi sangat anarkis dan destruktif kalau
dirinya diprovokasi. Ia dipercaya telah menciptakan tiga varian astra –
senjata para dewa – untuk menghadapi situasi tidak menguntungkan. Tiga
astranya adalah Brahmastra – senjata yang tak pernah meleset dari
targetnya dan sanggup memporakporandakan satu area serta menghabisi
sejumlah besar pasukan dalam waktu singkat, Brahmadanda – tongkat kayu
yang bisa meredam efek serangan Brahmastra, dan kalau Brahmastra belum
cukup buruk masih ada Brahmashira – yang punya daya penghancur empat
kali lipat Brahmastra. Dalam suatu kisah, seorang Ashura pernah berusaha
menganggu Brahma yang tengah menciptakan deretan pegunungan. Kesal
dengan gangguan dari Ashura tidak tahu diri itu, Brahma melemparkan
senjatanya – Brahmastra – ke arah Ashura itu dan Ashura itupun langsung
hancur menjadi abu. Di saat yang sama ledakan Brahmastra yang kelewat
besar telah membuat sebuah kawah baru di deretan pegunungan itu.
Brahmastra adalah senjata astra paling destruktif nomor dua dari segala
astra dewata. Dan karena sikapnya yang murah hati, Brahma
memperbolehkan beberapa kesatria dan brahmana mengakses Brahmastra –
tidak peduli mereka hendak menggunakannya untuk tujuan apa. Kesatria dan
brahmana seperti Wiswamitra, Rama, Laksmana, Adipati Karna, Arjuna,
Drona, dan Aswathama dipercaya bisa memanggil Brahmastra sesuka hati
mereka. Tapi Brahmastra hanya bisa digunakan para petarung ini sekali
dalam sehari karena butuh konsentrasi tinggi bagi mereka untuk memanggil
astra yang satu ini.
Brahmashira sendiri tidak pernah digunakan dalam pertempuran apapun.
==AWATARA : DATTAREYA==
Ada masanya ketika Brahmana bisa salah ngomong dan memicu kemarahan
para dewi dan membuat suami-suami mereka kerepotan. Hal itu terjadi pada
seorang wanita bernama Anusuya, istri seorang brahmana bernama Atri,
yang dipuji-puji seorang brahmana bernama Narada dalam "pativratyam"
(puji-pujian kepada istri yang taat pada suami) secara berlebihan,
melebihi pujiannya kepada Tridevi (Saraswati, Laksmi, dan Parwati).
Tridevi pun cemburu dan emosi lalu meminta suami-suami mereka mencabut
anugerah pativratyam-nya.
Ketiga Trimurti turun ke dunia,
bertamu ke rumah Atri saat Atri sedang tidak berada di tempat dan
meminta makanan kepada Anusuya. Saat Anusuya bersedia melakukannya,
ketiga tamu misteriusnya itu mengajukan syarat kedua : Anusuya *MAAF
MUNGKIN BAGIAN SELANJUTNYA TIDAK ENAK DIBACA, JIKA TIDAK NYAMAN
FANTASIANERS BISA SKIP KE TRIVIA SAJA* harus menghidangkan makanan itu
dalam kondisi tanpa busana. Sesuatu yang dianggap sangat-amat-tabu.
Istri yang telanjang di depan orang lain selain suaminya akan dianggap
istri yang menyerong dan otomatis Anusuya akan kehilangan anugerah
pativratyam-nya. Tapi ketika ia mencoba menolak keinginan ketiga tamunya
itu, ketiga tamunya mengancam akan mencabut seluruh kekuatan gaib Atri,
suaminya.
Tapi sesaat Anasuya mengingat lagi bahwa ketiga
tamunya itu meminta makanan dengan mengucapkan, “Bhavati Bhiksham Dehi! –
Oh Ibu, berikanlah kami sedikit makanan.” Karena itulah Anasuya
menganggap bahwa tiga orang ini bukanlah manusia normal, dan Anasuya
memutuskan akan menganggap ketiga orang itu adalah anak-anaknya dan ia
adalah ibu yang menyiapkan hidangan untuk anak-anaknya. Benar saja,
ketika ia kembali, ketiga tamunya sudah berubah wujud menjadi tiga anak
kecil. Tiga anak itu makan hidangan yang disajikan Anusuya dan menyusu
pada wanita itu kemudian tidur di pangkuannya. Saat terbangun, ketiga
tamunya kembali ke wujud dewa mereka dan menganugerahi Anusuya himne
pativratyam tambahan dan sebuah janji bahwa ia kelak akan memiliki tiga
anak. Yang pertama adalah Dattareya – awatara Brahma, Wisnu, dan Siwa
sekaligus dalam satu tubuh, yang kedua adalah Durvasa – awatara Siwa,
dan yang ketiga adalah Chandra – yang kelak akan menjadi dewa bulan.
TRIVIA
• Brahma nyaris tidak punya awatara (penjelmaan ke dunia). Satu-satunya
awatara Brahma adalah Dattareya, itupun ia menjelma bersama kedua
Trimurti lainnya.
• Astra paling destruktif adalah trisula milik Siwa. Astra ini dipercaya lebih destruktif daripada Brahmashira sekalipun.
• Beberapa penganut teori peradaban maju yang hilang lalu percaya bahwa
Brahmastra adalah sejenis senjata nuklir dari masa lampau.
• Catur
warna – empat profesi (atau sering juga disebut kasta) dipercaya lahir
dari bagian tubuh Brahma yang berbeda-beda. Brahmana lahir dari kepala
Brahma, Kesatria dari tangannya, Waisya dari badannya, dan Sudra dari
kakinya.
Sumber: Facebook Le Chateau de Phantasm
https://www.facebook.com/LCDP.Official
No comments:
Post a Comment