Malam hari sebelum tanggal 31 Oktober
Walau sudah berusaha menahan diri, tapi akhirnya Raine Silverstone memutuskan untuk bertanya langsung mengenai dirinya kepada kedua orang tuanya. Ketika mereka sedang bersantap malam, Raine tiba-tiba bangkit berdiri lalu bertanya, “Papa, mama, maaf kalau aku agak lancang. Ada suatu hal yang terus menjadi beban pikiranku akhir-akhir ini.”
Kedua orang tuanya memandangnya dengan pandangan bertanya.
“Ada apa, Raine ?”, tanya ayahnya dengan lembut.
Raine menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya.
“Apakah aku.. sebenarnya bukan anak kandung kalian ?”
Bola mata kedua orang tuanya terbelalak, mendengar pertanyaan putri mereka itu.
“Ke.. kenapa kamu.. bisa berpikir demikian, Raine ?”
Raine menyadari kegugupan kedua orang tuanya. Ia sadar, bahwa apa yang dikatakan oleh Felix, memang benar.
“Tolong Pa, Ma, katakan yang sebenarnya. Aku tidak ingin terus hidup dalam kebohongan.”
Ayah dan ibunya saling berpandangan.
Akhirnya, sambil menghela nafas, ayahnya berkata, “Kamu benar, Raine. Cepat atau lambat, kamu pasti akan bisa mengetahui kebenarannya. Maafkan kami, sebenarnya kami tidak berniat untuk terus membohongimu. Kami ingin memberitahukanmu, jika saatnya sudah tepat.”
Dengan cepat Raine memotong, “Sekarang saya sudah berusia 16 tahun, saya sudah bukan anak kecil lagi. Jadi, siapa orang tua kandung saya ?”
Untuk kedua kalinya, ayah dan ibunya saling berpandangan. Ada keraguan besar untuk menjawab pertanyaan Raine tersebut.
Dengan nada tidak sabar, Raine menjawab sendiri pertanyaannya.
“Ayah kandungku, sebenarnya seorang pengusaha yang menjadi korban pertama Child’s Play Killer khan ? Lalu ibu kandungku, bintang film yang menjadi korban kedua, benar khan ?”
Mendengar kata-kata Raine, kedua orang tuanya melongo.
“Raine, darimana kamu dengar hal tersebut ?”
“Dari seorang polisi yang ditugaskan menjagaku, karena calon korban ketiga kemungkinan besar adalah aku !”, Raine menjawab dengan setengah terpekik.
“Raine, benarkah ? Benarkah polisi berpikir kamu adalah calon korban ketiga ?”
Raine tidak menjawab, hanya menunduk.
“Baiklah. Sekarang aku akan menceritakan semuanya. Tapi sebelumnya, aku ingin mengatakan, walau kamu bukan putri kandung kami, kami sangat menyayangimu. Kami sungguh bangga bisa memiliki putri seperti dirimu, Raine.”
Raine mengangguk, lalu kembali duduk. Dan ayahnya mulai bercerita...
No comments:
Post a Comment