Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

24 December 2010

Sang Musafir di Fantasy Fiesta 2010 - Bagian 1



Fantasy Fiesta 2010
Laporan Pandangan Mata Sang Musafir

Sebuah Resensi dan Parodi
oleh Andry Chang



Syahdan, saat Sang Musafir sedang asyik berlompatan ke beberapa dunia lain dan kembali mampir di dunia ciptaannya sendiri, sebuah undangan datang padanya. Rupanya itu undangan dari sobat-sobatnya sesama musafir: R.D. Villam, Bonmedo Tambunan dan Klaudiani untuk menghadiri Fantasy Fiesta 2010 di Kastil Fantasi. Waktu, kapan saja.

Pesta? Fantasi pula? Seperti biasa, rasa ingin tahu Sang Musafir tergugah. Secepatnya ia membeli “portal”-nya di toko buku, menyiapkan diri lalu masuk ke “portal” itu, mendarat dengan mulus – seperti biasa – di Kastil Fantasi, markas besar para musafir.

Seperti di gambar sampul FF2010, di balairung Kastil Fantasi Sang Musafir disambut oleh peri bergaun hijau yang berkata, “Silakan masuk tamu budiman, acara pesta akan segera dimulai.”

Selalu ada kursi kosong untuk tamu, sebanyak persediaan “portal”-nya di toko buku. Ruangan balairung kastil yang terang-benderang ini sangat ramai, riuh-rendah dan dipadati bermacam-macam makhluk gaib dan monster dari dunia-dunia fantasi – persis seperti di gambar sampulnya, hasil racikan Imaginary Friends yang mengundang selera. Kursi tamu rupanya berposisi paling depan dekat kursi Tuan Rumah, R.D. Villam bersama para ketua panitia, Bonmedo dan Klaudiani.



1. Kata Sambutan:
Bocah Serigala dan Isyarat-Isyarat Api – Jaladara


Saat Sang Musafir duduk di kursi tamu – bukan kursi panitia karena namanya tak terdaftar dalam daftar isi untuk tahun ini – meja panjang balairung masih tampak kosong. Jadikah pestanya? Atau ini hanya rapat para musafir seperti biasa?

Salah seorang Anggota Panitia, Jaladara tampil, memperkenalkan diri sebagai Cakar Serigala Membelah Bulan. Ia mengenakan pakaian ala Indian Amerika dan didampingi oleh seekor serigala.

Serigala itu menggeram-geram dan melolong – rupanya ia yang memberi kata sambutan dan Cakar Serigala Membelah Bulan menerjemahkannya, “Aku melihat isyarat-isyarat api. Roh Gunung akan main Fire Juggling sebagai atraksi awal.”

Semula Sang Musafir tak percaya, mengira Cakar Serigala Membelah Bulan tak ubahnya anak yang berteriak “serigala” tapi bohong. Tapi segera kata-katanya dibuktikan dengan munculnya gunung berapi yang beratraksi Fire Juggling. Anak yang teriak serigala mungkin bohong, tapi Bocah Serigala yang teriak api belum tentu bohong, jadi jangan langsung menghakimi tapi tunggu dan lihat saja. Kalaupun dia bohong, kau bisa memukuli bokongnya kapan saja sebagai pelajaran.

“Fantasi adalah rekayasa imajinasi yang sebaiknya dinikmati saja, tak perlu dipertanyakan kemasukakalan ilmiahnya yang malah bisa menghambarkan kelezatannya,” kata Cakar Serigala Membelah Bulan menutup pidato pembukaannya, diiringi tepuk tangan para hadirin termasuk Sang Musafir sendiri.



2. Appetizer – Makanan Pembuka:
Hujan – Ivon Natasa


Tiba-tiba hujan turun di dalam balairung itu.

“He?” Sang Musafir melongo. “Apa saya disuruh minum dan mandi air hujan sebagai makanan pembukanya?”

Lalu disadarinya bahwa tubuhnya tak basah sedikitpun. Sesaat kemudian datanglah para pelayan: seorang pria muda, seekor naga kelabu berambut ala Kaka Slank, manusia lumba-lumba dan peri bergaun hijau (nymph) di pintu masuk tadi. Mereka membagikan kertas-kertas yang harus ditandatangani dan malah mengutip bayaran.

Ya sudah, untuk menghormati penanggung jawab appetizer, Ivon Natasa, Sang Musafir menyerahkan pisau lipat yang tiba-tiba muncul di tangannya sebagai bayaran. Setelah itu barulah makanan pembuka datang – suguhan misterius berupa “kesempatan kedua bagi yang harapannya terenggut”. Wow, lezaaat!




3. Main Course – Hidangan Utama:
Candu Aksara – Dewi Putri Kirana


Setelah para tamu puas mencicipi hidangan pembuka, para pelayan berdatangan lagi. Kali ini mereka membawa nampan-nampan perak yang tertutup. Nampan diletakkan, dan saat dibuka Sang Musafir terperangah tak percaya.

Menu utamanya adalah: buku. Bertumpuk-tumpuk buku dan media cetak lainnya. Ada majalah, koran, tabloid, komik sampai novel dan ensiklopedia. Mana bisa dimakan ini semua?

Wajah para tamu tampak kebingungan, jadi sang koki, Dewi Putri Kirana, pemenang pertama Fantasy Fiesta 2010 bangkit dari tempat duduk panitia dan menjelaskan,
“Mungkin ini kelihatan aneh, tapi cobalah saja. Teksturnya jauh lebih lembut daripada roti, lebih gurih dari gorengan, lebih nikmat dari makanan apapun di muka bumi.”

“Benarkah?” Dengan ragu-ragu dan agak takut-takut Sang Musafir melirik ke arah nampan. Ada novel karyanya sendiri di sana. Diraihnya novel itu dan coba digigit ujungnya sedikit.

“Gila! Tak kusangka dunia ciptaanku sendiri ternyata selezat ini!” Lalu dilahapnya buku itu sampai tandas tak bersisa.

Sesaat teringat olehnya satu ungkapan yang mungkin menjadi ide dasar cerpen ini, “Kalau ingin pelajaran di buku cepat diserap dan nempel terus di otakmu, godog saja bukunya lalu kau makan.” Sang Musafir tersentak, benaknya mendapat pemahaman lebih jauh tentang pemikiran “out of the box” di luar pakem-pakem cerita fantasi yang sudah dianggap klise oleh banyak orang.

Ia juga mendapat sebuah hikmah, yaitu, “Perilaku aneh seseorang sebaiknya tak langsung dicap negatif oleh masyarakat, apalagi bila ternyata perilaku itu menghasilkan sesuatu yang positif – novel terlezat di dunia, misalnya.”

Tetap saja, Sang Musafir tak makan terlalu banyak buku di tumpukan itu. “Takut ketagihan Candu Aksara,” katanya. Selamat, Dewi Putri!

PERINGATAN! JANGAN COBA-COBA MAKAN BUKU DI DUNIA NYATA!



4. Pertunjukkan Pertama:
Boxinite – R. Mailindra


Sambil menyantap buku-buku lezat, tampillah pertunjukkan pertama: sebuah atraksi pertandingan tinju yang tak biasa, melainkan tinju masa depan yang disebut Boxinite. Yang tampil adalah seorang manusia, Kokrai Hietkamtron dari Thailand melawan Gring-X, alien dari Planet X-31.

Sang wasit, Anggota Panitia bernama R. Mailindra merangkap ring announcer berseru ala Michael Buffer, “Let’s get ready to rumble!!”

Pertandingan berjalan seru, penuh aksi dan permainan taktik antara kelincahan melawan tangan yang lebih banyak. Sang Musafir selain menikmati atraksi itu juga tak sengaja mendengar dan melihat aksi para slackboy merawat petinju di pinggir ring. Ia berdecak, rupanya Boxinite tak hanya sekedar adu pukul di ring tapi juga permainan akal penuh kelicikan yang mempertaruhkan uang dan harga diri.

Rupanya inilah cara Mailindra menjabarkan kejadian yang cukup masuk akal –
dengan atau tanpa unsur-unsur Sci-Fi futuristik sekalipun – saat uang, ego dan harga diri memukul K.O. nurani – membuat Sang Musafir merenung sejenak...




5. Mingle:
Aku Hidup Seribu Tahun – L.M.R. “Kuro” Pradana


Di sela-sela jamuan dan pertunjukkan, Sang Musafir berbincang-bincang dengan Svein, seorang “manusia” yang telah hidup seribu tahun lebih dan tengah mencari seseorang yang mampu membangkitkan kembali – atau menorehkan – kenangannya yang terindah, namun yang didapatnya hanyalah ulangan permainan nasib yang kejam.

“Lebih baik lima puluh tahun hidup terberkati daripada seribu tahun hidup terkutuk.” Dan satu lagi, “Sekuat apapun suatu makhluk, belum tentu ia bisa menang dari permainan nasib.” Itulah kata-kata Svein saat menutup kisahnya dalam buku FF2010 ini.

“Wow, terima kasih, Svein atas hikmah yang berharga ini,” ujar Sang Musafir sambil tersenyum.


6. Second Course – Hidangan Kedua:
Api – Klaudiani


Salah seorang Ketua Panitia, Klaudiani memanggil dan menghadirkan sang chef sendiri untuk menyajikan hidangan kedua ini: Rangda, Sang Ratu Kegelapan dari Bali.

Para pelayan, yang kali ini berpakaian hitam ala M.I.B. menyajikan bistik-bistik mentah di piring-piring yang melayang dan mendarat mulus di hadapan para tamu dengan kemampuan telekinesis (pelayang benda tanpa disentuh) dan chronokinetic (penghenti waktu). Mereka juga menyesuaikan bistik dengan selera para tamu dengan psikometri (pembaca pikiran), lalu membisikkannya pada Rangda.

Sang koki duduk diam tanpa bicara, dan tiba-tiba bistik-bistik terbakar dengan sendirinya. Ternyata Rangda punya kemampuan pyrokinesis (pengendali api) yang digunakan dan disesuaikan dengan informasi selera para tamu dari para pengguna psikometri – dan suasana pesta jadi ikut “berapi-api” seperti kisah “Api” yang dituturkan dalam antologi Fantasy Fiesta 2010. Kalau Rangda adalah biang masalah, siapakah si “pemicu api” itu? Silakan menebaknya dalam cerita ini.

Mau yang well done, medium rare atau rare?


7. Stand Minuman:
Apollyon – Fachrul R.U.N.


Suguhan bistik ala flambé tadi membuat haus, dan di meja samping berjajar minuman-minuman berwarna-warni. Sang Musafir mencoba satu yang berwarna pelangi yang rasanya seperti Pina Colada, lalu bertanya pada makhluk aneh yang bentuknya seperti bayangan hitam, penjaga counter, “Minuman apa ini, pak?”

“Oh, itu namanya obat K.O., gunanya untuk mencegah halusinasi atau mimpi-mimpi aneh,” kata makhluk itu.

“Oh, ya? K.O., bukan ‘knock out’, bukan X.O., kan? Mengapa saya sekarang ini seperti berhalusinasi dan melihat banyak pemandangan aneh? Kamu, contohnya?!” Sang Musafir protes. “Apa obat ini tak manjur?”

Makhluk hitam itu membesar tubuhnya, mungkin tersinggung, “Itu karena kau tak sedang bermimpi, Musafir. Aku dan semuanya ini nyata dalam imajinasimu saat membaca Fantasy Fiesta 2010.”

Lalu matanya tiba-tiba membesar, bersinar bagai hipnotis, “Satu hal lagi. Camkan ini. Apollyon membutuhkanmu. Panggillah semua orang ke Fantasy Fiesta. Apollyon membutuhkan semua orang.”

Sang Musafir terpana sesaat, lalu kesadarannya kembali lagi. Ia pergi dari counter minuman sambil mengingat-ngingat agar reportasenya nanti tentang pesta ajaib ini tak berbau sugesti.




8. Kudapan – Hors d’Oeuvres:
Kota Para Penjarah – Luz Balthasaar


Sambil menonton Boxinite, Sang Musafir bergerak ke meja prasmanan di samping balairung untuk mengambil sekedar kudapan. Anehnya, kue-kue di atas nampan-nampan bersusun itu nampak seperti prajurit-prajurit boneka lengkap dengan zirah dan senjatanya.

“Oh, anda tertarik dengan cemilan itu?” Sang Musafir berbalik dan melihat wajah wanita yang dikenalnya, sang chef, Luz Balthasaar. “Asal tahu saja, resepnya berasal dari Amur, Kota Para Penjarah.”

“Satu kota penuh penjarah?”

“Mungkin bukan secara harafiah. Kota itu dijarah dari manusia oleh kaum siluman manusia-harimau salju, dan kue-kue ini jadi semacam makanan nasional di sana untuk memperingati keberhasilan manusia-harimau salju mempertahankan Kota Amur dari serangan besar-besaran.”

“Mengapa bentuknya seperti tentara?”

“Karena dalam wujud harimau, mereka makan manusia. Para prajurit penyerang adalah manusia, jadi, kau tahu, lah...”

Sang Musafir merinding.



9. Galeri – Lukisan di Dinding Kastil:
Sang Pelukis – Fredrik Nael


Tenang saja, itu tadi kue-kue yang wajar: Tiramisu, Black Forest dan Cassata. Setelah lidah digoyang, saatnya memanjakan mata. Di dinding Kastil Fantasi tergantung sebuah lukisan baru yang sangat aneh.Hanya ada sesosok orang berjubah hitam di lukisan itu yang memegang kertas dan kuas hitam, tak ada yang lain, kosong seputih kanvas.

Sang Pelukis, Fredrik Nael yang sengaja berdiri di samping lukisan itu melihat wajah kebingungan Sang Musafir dan berkomentar, “Itu adalah lukisan yang amat spesial. Lukisan terkuat yang pernah ada, yang konon pernah memicu akhir sebuah dunia, tinggal saya sendiri yang tersisa.”

“Wow, dahsyat!” Sang Musafir berdecak. “Tapi bagaimana kau bisa hidup setelah duniamu musnah?”

“Oh, sama sepertimu, aku kembali ke dunia nyata. Lalu aku ikut lomba cerpen Fantasy Fiesta 2010 dan masuk jadi panitia di sini.”

Sang Musafir mengangguk-angguk, salam kompak dengan Sang Pelukis lalu cepat-cepat pergi, tak mau berharap yang bukan-bukan takut Sang Pelukis menjadikannya kenyataan mutlak.

Hati-hatilah pada harapanmu. Apa yang baik bagimu belum tentu baik bagi dunia.




10. Bazaar di Halaman Kastil
Anak Lelaki dan Si Pengubah Wujud – Magdalena M. Amanda


Sang Musafir berjalan-jalan sejenak sekitar Kastil Fantasi, mengamati lapak-lapak bazaar dan permainan di sekitarnya. Salah satunya adalah sebuah wigwam (tenda Indian), yang diduganya adalah tenda peramal. Tiga orang duduk di dalamnya: Seorang anak lelaki kecil, seorang pria dewasa dan seorang wanita muda.

Sang Musafir masuk dan mulai berbincang-bincang dengan ketiganya, sampai si anak lelaki bernama Mattao bertanya, “Kalau kau dipaksa bekerjasama dengan orang yang membunuh ayahmu, lalu kau punya kesempatan balas dendam, apa yang akan kaulakukan?”

“Tergantung orang macam apa partnerku itu. Kalau ternyata ia mencoba mencelakaiku juga, mungkin aku akan membela diri sambil balas dendam,” jawab Sang Musafir.

Untuk mencocokkan jawaban Musafir, Geddaro si pria dewasa berubah wujud menjadi manusia berkepala dan berkaki rusa sambil menceritakan kisahnya.

“Balas dendam takkan menyelesaikan masalah. Rusa tak membalas dendam pada serigala yang membunuh keluarganya. Kadangkala pengampunan bisa menjadi kunci menuju ke arah yang lebih baik,” ujar Magdalena, si wanita sambil menutup kisah petualangan itu, menyisakan kesan pencerahan dalam benak Sang Musafir.



Bersambung ke Bagian 2

No comments:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia