Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

18 August 2009

Hide and Seek - Bagian 3

Tanggal 31 September 1965, seluruh bangsa Indonesia dihentakkan dengan kejadian penculikkan dan pembunuhan para petinggi TNI angkatan darat. Kejadian yang lebih dikenal dengan sebutan peristiwa G 30 S – PKI itu didalangi oleh Partai Komunis Indonesia, yang ingin mengubah dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila menjadi komunis. Tetapi pada saat ini, akhirnya diketahui bahwa PKI hanyalah dijadikan sebagai alat bagi tujuan utama, yaitu melengserkan pemerintah yang berkuasa secara tidak langsung. Setelah kejadian itu, pada tanggal 11 Maret 1966 keluarlah sebuah surat perintah, yang dikenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), yang memberi hak bagi Letnan Jendral Soeharto untuk memusnahkan PKI dan seluruh antek-anteknya dari muka bumi Indonesia. Maka, pengejaran terhadap setiap orang yang mendapat cap ‘antek PKI’-pun berlangsung dengan gencar. Penahanan dan pembuangan terjadi di seluruh penjuru nusantara.
Pada suatu siang yang cerah di bulan Mei 1966, di Desa Sumur Batu.
Beberapa orang laki-laki, bersama dengan istri dan anak-anak mereka yang masih bayi, datang ke Desa Sumur Batu. Sekujur tubuh mereka kotor, dan ada beberapa bekas luka, yang sepertinya luka akibat tembakan. Mereka datang dan mohon kepada kepala desa, agar mereka dapat bersembunyi di desa itu. Pada awalnya kepala desa dan seluruh penduduk desa menyambut mereka dengan ramah, dan bersedia menyembunyikan mereka. Tetapi lalu tersiar isu, bahwa ada hadiah besar bagi yang dapat menyerahkan para buronan PKI kepada pemerintah. Dan akibatnya, terjadilah tragedi itu.
Pada suatu malam menjelang maghrib, penduduk desa mendatangi gua tempat persembunyian para buronan itu beserta keluarganya yang terletak di pinggir desa. Mereka datang membawa tongkat dan garu tanah sebagai senjata.
“A.. apa-apa’an ini ? Kenapa wajah kalian begitu menyeramkan ? Dan.. mengapa bawa tongkat segala ?”
Kepala desa maju dan berkata, “Kami tidak ingin berbuat kasar kepada kalian, jadi lebih baik kalian tidak melawan. Ikutlah bersama kami dengan baik-baik.”
“Ikut kalian ?”, lalu wajah laki-laki yang menjadi pimpinan kelompok buronan itu berubah marah, “Jadi, kalian akan menyerahkan kami kepada pihak pemerintah ?! Bukankah sudah kami katakan, kami hanyalah korban fitnah ! Kami bukanlah antek-antek PKI !”
Seorang penduduk langsung memotongnya, “Kalau memang bukan antek PKI, kenapa kalian harus kabur ? Itu tandanya kalian memang salah !”
“Kami difitnah dengan bukti-bukti palsu ! Saat ini kami sudah tidak bisa membela diri lagi. Apa kalian nggak percaya dengan kami ?”
Untuk sejenak, mereka semua terdiam. Tetapi tiba-tiba kepala desa tertawa dengan keras.
“Apa kalian benar-benar terlibat atau tidak, itu sudah tidak penting lagi. Yang penting adalah, kalian buronan dan kami akan dapat hadiah besar jika menyerahkan kalian, itu saja. Sekarang ikutlah baik-baik dengan kami !”
“Ka.. kalian...”
Ketika beberapa penduduk maju hendak menangkap mereka, mereka-pun melawan. Akhirnya perkelahian tidak terelakkan lagi. Seorang anak langsung dipeluk ibunya ketika sebuah garu tanah hampir mengenai tubuhnya. Anak itu hanya terpana, sementara tubuh ibunya tergeletak di tanah bersimbah darah. Sambil memeluk tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa, anak itu berkata, “Apa kalian masih menganggap diri manusia ?! Kalian tidak ada bedanya dengan binatang buas yang hanya mengejar uang !”
Akhirnya tidak ada seorang-pun di antara para buronan yang masih hidup; Termasuk wanita dan anak-anak. Melihat itu, para penduduk desa menjadi takut.
“Pak kepala desa, gimana ini ? Mereka semuanya mati.”
Kepala desa terdiam sejenak. Lalu akhirnya ia berkata, “Sial, kalau gini, kita nggak bisa dapet hadiah itu.”
Kemudian ia memandang semua penduduk desa yang ada di sekitar gua sambil berkata, “Semua, dengar ya ! Jangan sampai ada orang luar yang tahu kejadian hari ini. Kita harus merahasiakan kejadian ini !”

“Maka sejak itu, semua penduduk desa terus menerus menyembunyikan kejadian itu.”, kata ibunda Ali mengakhiri ceritanya.
“Itu sebabnya, daerah itu menjadi terlarang bagi orang luar. Kalau begitu, cerita mengenai setan penculik yang akan beraksi pada saat main petak umpet menjelang maghrib itu bohong belaka ?”
“Itu sebenarnya...”, untuk sesaat, tampak Sang nenek merasa ragu.
Tiba-tiba... “Cukup sampai situ !”
Celurit yang ada di tangan kepala desa menebas perut ibunda Ali. Nenek tua itu langsung jatuh bersimbah darah. Semua itu berlangsung sangat cepat, dan orang-orang yang berada di balai desa hanya dapat melongo melihat kejadian itu. Ali terdiam beberapa saat, baru akhirnya memeluk tubuh ibundanya sambil menjerit, “Emak !”

Sementara penduduk desa yang berada di balai desa menjadi sangat ketakutan.
“Pa.. Pak kepala desa, kenapa Anda.. sampai membunuh emaknya Ali ?”
“Dia terlalu banyak bicara ! Dulu sudah pernah kubilang khan, selama aku masih hidup, takkan kubiarkan rahasia ini bocor ! Jadi jika perlu, aku akan menyingkirkan orang-orang yang bisa membahayakan desa kita ini.”
DEG ! Tiba-tiba Nurul menyadari sesuatu.
“Bapak dan emakku, apa mereka..”, wajah Nurul semakin pucat, “.. juga ‘disingkirkan’ ?!”
Kepala desa tidak menjawab; Hanya serigainya semakin mengerikan.
Tiba-tiba sebuah tinju mendarat tepat di rahang kepala desa. Tubuh kepala desa terlontar cukup jauh dan celurit di tangannya terjatuh. Ali langsung mengambil celurit itu dan hendak menyerang kepala desa yang sudah terkapar di tanah, tetapi beberapa penduduk desa segera menahannya.
“Ali, tahan emosimu !”
Sambil meronta, Ali berkata, “Kalau tidak ada dia, emak tidak akan menderita ! Kalau tidak ada dia, emak masih hidup !”
Tiba-tiba terdengar suara lemah, “Ali... henti..kan... !”
Mendengar itu, Ali dan penduduk desa tertegun. Bersama-sama mereka menengok ke arah ibunda Ali, yang rupanya masih hidup. Ali segera melepaskan diri, lalu berlari ke arah ibundanya.
“Emak, rupanya emak masih hidup !”
Ibunda Ali terbatuk darah, kemudian berkata, “Aku.. ber..tahan, untuk.. memberi..tahu..kan sebuah ra..hasia.. padamu... uhuk uhuk...”
“Emak, jangan bicara lagi ! Aku akan membawamu ke rumah sakit.”
Ketika Ali hendak menggendong tubuh ibundanya, ibundanya malah menepis tangan Ali.
“Per..cuma... Emak.. nggak kuat.. lagi. Ali, dengar ! Kamu.. bukan anak..ku yang.. sebenarnya.”
Mendengar itu, bola mata Ali terbelalak. Ia memandang wajah ibundanya dengan pandangan tidak percaya.
“Emak, apa.. maksudmu ?”
“Aku.. bukan.. emakmu ! Uhuk..”, Sang nenek kembali batuk mengeluarkan darah, “Emakmu.. yang sebe..narnya.. sudah.. meninggal. Sama seperti.. Nurul, ia juga.. berhasil.. menemukan gua.. itu, tetapi.. ketahuan.. kepala desa. Setelah.. membunuh emak..mu, kepala desa juga.. bermaksud.. membunuhmu. Aku.. mati-matian.. memohon, agar kamu.. tidak dibunuh. Akhirnya.. kepala desa.. setuju.. dengan janji.. aku takkan.. cerita.. ke kamu.. uhuk uhuk.”
Ali terdiam, sementara air matanya terus mengalir di pipinya.
“Maaf..kan aku, Nak. Emak.. kandungmu.. ada di.. gua itu.”
Setelah berkata demikian, Sang nenek kembali terbatuk darah berulang-ulang. Ali yang masih terdiam, tersadar kemudian menjadi panik, “Emak, bertahanlah ! Aku.. tidak pernah bertemu emak kandungku, jadi bagiku, emak adalah emak Ali satu-satunya !”
Mendengar kata-kata Ali, nenek itu tersenyum dan berkata, “Teri..ma.. ka..sih...”
Untuk terakhir kalinya ia terbatuk darah, lalu kemudian menutup mata untuk selama-lamanya.

No comments:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia