XAR & VICHATTANPlot Alternatif Untuk Buku III – Untuk Lomba
Oleh: Andry Chang
Corbus yang kini memimpin Kuil Kegelapan tidak mau lagi mengulangi kesalahan Khalash yang menyerang Kuil Cahaya secara frontal. Sebaliknya, ia bermaksud untuk menghimpun kekuatan untuk dirinya sekaligus memulihkan lagi Tali Penghubung Kegelapan untuk membangun Pasukan Kegelapan yang lebih besar dari sebelumnya.
Untuk itu, ia pergi ke sebuah pulau di utara Laut Misty yang tertutup es dan kabut (Misty = Kabut). Pulau itu adalah sumber energi hitam terbesar yang juga disebut sebagai Zarthog, Istana Kegelapan Abadi. Di sana, Corbus bertapa dan berlatih, menyerap kekuatan gelap sebanyak-banyaknya agar menjadi lebih kuat dari Khalash, atau iblis manapun juga.
Sementara itu, melalui para pengikutnya Corbus melancarkan taktik “pecah-belah” lagi di pihak Kuil Cahaya, dengan pemain utamanya Shiba yang menggunakan kekuatan abeoform-nya yang selama ini dirahasiakan untuk menyamar sebagai Petra dalam Kuil Xar. Targetnya adalah Ahli Waris Cahaya yang hatinya masih goyah: Dalrin. Dengan kenangan palsu mengenai ibu Dalrin yang terbunuh karena siasat Mirell yang disebut-sebus sebagai mata-mata kegelapan, Dalrin “dicuci otaknya” dan diperalat sebagai mata-mata “Petra”.
Saat pasukan Xar berangkat untuk merebut kembali Desa Cimea, Petra palsu membunuh Mirell. Serangan Xar digagalkan Nolacerta dan sisa pasukan kegelapan dan Dalrin kembali ke Xar dengan Petra sebagai pemimpin baru.
Di tempat lain, Antessa, Gerome dan Kara di Kuil Cahaya bekerjasama dengan para peri memancing Frigus Acerbus keluar dari Desa Galad, menjebaknya lalu “menyucikannya” di Kuil Cahaya hingga kembali ke wujud aslinya sebelum jadi Peri Cahaya dan Peri Kegelapan, yaitu Peri Es. Dari Friguslah terungkap rencana Corbus untuk berubah jadi iblis di Pulau Zarthog, tempat Frigus dulu terbuai oleh kekuatan kegelapan lalu setelah membelot bertapa di sana dan menyerap energi gelap sebelum “turun gunung”.
Kabar kematian Mirell membuat tiga Pewaris Cahaya terutama Antessa bergegas menuju Xar. Di Xar, Lisbet yang sudah agak “waras” yang berkunjung sebagai duta Vichattan tanpa sengaja dan diam-diam membongkar penyamaran Petra-Shiba, lalu membuka kedoknya di depan orang banyak saat acara penobatan. Dikepung, Shiba bertarung habis-habisan tapi kemudian ditolong oleh “boneka”-nya yang sudah sepenuhnya “hitam”: Dalrin! Nolacerta menolong tepat waktu, menerbangkan keduanya ke Istana Kegelapan Zarthog.
Rangkaian kejadian ini menjadi dasar perundingan Xar dan Vichattan yang diadakan di Vichattan segera setelahnya. Para pejuang kebenaran ini bertekad menumpas Corbus dan Kuil Kegelapan sampai ke akar-akarnya. Strateginya, mereka membagi pasukan menjadi dua: Corry, Gregory dan Calborn memimpin pasukan gabungan menyerang Kuil Kegelapan, sementara para Ahli Waris Cahaya menyeberangi Laut Misty langsung menyerang markas utama musuh.
Menimbang-nimbang situasi dan kondisinya, juga Kuil Cahaya yang belum sempurna benar, Amor si angsa raksasa memutuskan untuk “mengorbankan diri”, menyatukan tubuhnya dengan Kuil Cahaya, memaksanya mencapai kesempurnaan hingga berubah wujud menjadi pesawat terbang raksasa berwujud angsa kristal. Dengan pesawat sebesar istana itulah para pahlawan terbang melintasi lautan, dibantu oleh para peri, Pietas si rusa raksasa dan sekutu baru yang diragukan kesetiaannya tapi paling mengerti medan: Frigus Acerbus.
Sementara itu, pasukan Corry berhasil merebut Desa Cimea yang ternyata sudah kosong dan hancur total (taktik bumi hangus), lalu saat menyerang Kuil Kegelapan mendapat perlawanan hebat dari pasukan ingenscorpus, undead dan dracolupin. Sisa pasukan yang ternyata masih banyak jumlahnya ini dipimpin oleh sesosok golem raksasa (seperti robot) yang tak lain adalah inkarnasi jiwa Brakis, salah satu Jenderal Kegelapan yang tubuh lamanya sudah lenyap, sempat gentayangan sebagai hantu lalu dibangkitkan dengan necromancy (ilmu arwah) oleh Diagoni.
Di Utara, terjadi pertempuran udara yang hebat antara Pesawat Cahaya Amor, Pietas dan para peri melawan pasukan monster terbang termasuk naga-naga yang dipimpin si naga kepala dua, Nolacerta. Dengan bantuan sihir, para pewaris cahaya terjun seakan menggunakan parasut dan bersama Frigus menyusup di Istana Zarthog.
Setelah melewati berbagai jebakan dan monster, keempatnya berhadapan dengan Shiba dan Dalrin. Pertarungan yang rumit meletus. Saat Dalrin membuat Kara terluka cukup parah, otaknya jadi kacau seperti kesetanan. Barulah para pahlawan sadar Dalrin telah “dicuci otaknya”, dan kuncinya adalah harus memutus kontak batin dengan mengalahkan si pengendalinya, Shiba. Akhirnya Shiba berkalang tanah di tangan Frigus Acerbus dan Dalrin kembali sadar, tapi Frigus terluka parah, tak bisa terus.
Jadilah Dalrin yang membimbing teman-temannya ke ruang inkubasi. Di sana mereka melakukan pertarungan terakhir melawan Corbus yang wujudnya sempurna berubah menjadi iblis bertanduk tiga. Di akhir segala akhir, Corbus berhasil dikalahkan dengan tubuh hancur-lebur, lenyap tak bersisa dan empat sekawan yang terluka parah berhasil diselamatkan oleh Pietas saat Istana Kegelapan mulai runtuh. Nolacerta entah tewas atau melarikan diri. Nasib Frigus boleh tak dijelaskan, dan sesungguhnya ia diselamatkan oleh rekan-rekan perinya yang juga terbang pergi dari Istana Kegelapan itu.
Setelah segalanya usai, demi keseimbangan dunia Amor dan Pietas undur diri dengan membawa “Pesawat Kuil Cahaya” pergi jauh dari Benua Sjorya. Kuil Kegelapan berhasil ditaklukkan dan kini benar-benar kosong tanpa pemimpin, runtuh seperti halnya Kuil Cahaya dahulu. Corry diangkat menjadi pemimpin baru Kuil Xar, walaupun ia masih sedih kehilangan kekasihnya Ron yang sudah gugur.
Keempat Ahli Waris Cahaya: Dalrin, Kara, Antessa dan Gerome kembali hidup sebagai remaja normal. Setting pasangan bisa saja kembali seperti di awal: Dalrin dengan Antessa dan Kara dengan Gerome, tapi tidak terlalu intens – mereka masih lebih ingin berkawan berempat. Karena harus kembali ke kota masing-masing, Gerome mengusulkan agar musim semi nanti keempatnya berkumpul dan ia juga mengusulkan ide gila: yaitu keempatnya pergi berpetualang meninggalkan Benua Sjorya dengan misi menemukan Amor, Pietas dan Kuil Cahaya yang entah ada di mana sekarang. Dalrin yang pertama setuju, dan walaupun Antessa awalnya keberatan, tapi dia akhirnya setuju pula.
Keempatnya lalu berjabat tangan erat di tengah munculnya bayangan para pahlawan yang telah tiada: Mirell, Luscia, Petra, Felicia, Ron dan lain-lain di tengah bekas berdirinya Kuil Cahaya. Mungkin ancaman kegelapan belum hilang sepenuhnya dari Xar & Vichattan, tapi kalaupun muncul lagi, itu adalah cerita lain lagi.
Jakarta, 30 Agustus 2010
-------------------------------
Entri untuk Lomba Plotting Xar & Vichattan yang diadakan oleh:
Penerbit Adhika Pustaka http://www.adhika-pustaka.com/
No comments:
Post a Comment