Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

29 January 2010

AKKADIA - Gerbang Sungai Tigris



AKKADIA – Gerbang Sungai Tigris
R. D. Villam

391 Halaman
Penerbit: Adhika Pustaka, 2009

Website rujukan:
http://www.rdvillam.com
http://www.adhika-pustaka.com


- Interview With The Devil -

Halo, salam jumpa dari reporter Fantasindo, Vadis dalam wawancara eksklusif dengan Davagni, bintang tamu kita dari novel AKKADIA – Gerbang Sungai Tigris karya R. D. Villam. Kita langsung saja mulai dengan pertanyaan pertama.

Vadis:
Nah, Davagni, dalam novel Akkadia ini anda digambarkan sebagai “makhluk terkutuk” yang menjadi hamba dari Puteri Naia dari Kazalla yang negerinya dihancurkan bangsa Akkadia dan berusaha melintasi Sungai Tigris yang tertutup gerbang magis untuk mencari perlindungan dari Bangsa Elam. Bisa anda ceritakan sedikit tentang hal itu?

Davagni:
Ya, seperti yang bisa tuanku lihat pada cover depan novel, hamba digambarkan sebagai sosok iblis yang dipanggil dari dunia kegelapan dengan kekuatan ajaib dari kalung misterius yang dipakai oleh Naia. Nah, sejak saat itu hamba menjadi pembantunya yang terkuat dalam menerobos tiap tantangan, khususnya dari monster-monster unik dalam novel ini, yaitu Barion dan Gharoul.

Tapi terus terang ini tugas yang menyebalkan, karena tindakan Naia ini menimbulkan potensi pergesekan kepentingan antara dirinya sendiri, Dunia Kegelapan, Akkadia, Elam dan seorang musuh misterius yang ingin membuat kekacauan. Hamba jadi makin sering dipanggil dan terlalu diandalkan, padahal selalu ada harga yang harus dibayar untuk meminjam kekuatan kegelapan.

Vadis:
Oh, jadi itu yang membuat jalan cerita menjadi kompleks, sarat dengan pelbagai konflik yang dialami setiap tokohnya yang dijabarkan secara detail dan tidak berlebihan, dengan plot yang layak disimak dan sarat dengan twist-twist yang tak terduga. Bukankah begitu, Davagni?

Davagni:
(Menghela napas panjang) Yah, tentu saja. Hamba jadi ikut tegang, penasaran kapan giliran hamba beraksi dan apakah para tokoh utama berhasil mengatasi konfliknya masing-masing dan menuntaskan misi mereka dengan selamat. Akankah cinta bertaut, akankah janji ditepati, atau apakah semuanya harus runtuh karena pengkhianatan?

Satu hal yang perlu dicatat, tuan sejati hamba, Villam mengambil setting dari sejarah kekaisaran Akkadia di Mesopotamia abad 24 sebelum Masehi (http://en.wikipedia.org/wiki/akkad), yaitu zaman yang memang sarat dengan perang, perebutan wilayah dan kekerasan sebagai sarana masing-masing suku bangsa untuk memperluas wilayah dan meningkatkan kemakmuran.

Setting Akkadia ini memang cukup unik karena berbeda dari banyak cerita fiksi lain yang “meminjam” setting sejarah, mitologi dan legenda yang lebih klasik dan populer seperti Genghis Khan (dalam kisah Pendekar Pemanah Rajawali), Ksatria Meja Bundar, Mitologi Yunani, Roman Tiga Kerajaan (Sam Kok), Kisah 1001 Malam dan lain sebagainya. Jadi, walaupun tidak sepenuhnya unik dan “alien”, kisah ini jadi lebih “believable”, mudah dicerna dan dikenali dan nuansa Timur Tengah yang disajikannya menjadikan kisah ini bagai “dunia baru” yang layak dijelajahi.

Vadis:
Wow, sungguh menakjubkan. Memang, penggunaan setting yang tidak biasa ada baiknya untuk menjauhkan image sebagai “Pengikut Lord of the Rings” atau “Pengikut Eragon”, dan ini merupakan nilai tambah tersendiri bagi karya Villam ini, yang sebenarnya bukan karya perdananya namun menjadi yang pertama bertengger di toko-toko buku terkemuka di seluruh Indonesia.

Kembali pada kisah perjalanan anda, Davagni, anda pasti telah bertemu dengan berbagai ragam orang dan makhluk. Kira-kira, di antara mereka siapa saja yang paling menarik dan berkesan bagi anda?

Davagni: (mengelus-elus tanduk pada dagunya)
Hmm, walaupun pada dasarnya hamba tidak diterima dalam lingkungan manusia dan selalu dicaci-maki dan terus dianggap terkutuk sepanjang perjalanan, terus-terang hamba terkesan pada para tokoh utama yang mungkin bisa dijadikan kesukaan bagi pembaca, di antaranya:

Naia Kashavi: Cantik dan terkesan ada sisa-sisa keangkuhan sebagai mantan putri raja berderajat tinggi, dan cenderung serba serius karena terus ditekan oleh krisis dan intrik-intrik di sekitarnya.
Salah melangkah, bukan hanya nyawanya sendiri yang melayang tapi juga para sahabat dan mereka yang selama ini berjuang bersamanya.

Fares Faradan: Walaupun cintanya nampak bertepuk sebelah tangan, namun ia tetap setia berjuang mendampingi kekasihnya itu. Ia juga bertekad memulihkan nama baik ayahnya yang tercemar lewat sepak terjangnya bersama senjata pusakanya, Gada Geledek.

Rahzad: Panglima Akkadia yang ditakuti oleh lawan-lawannya, disegani kawan dan jatuh cinta pada musuhnya (lho?).

Ramir: Pemuda yang memiliki beberapa kemampuan aneh, agak polos tapi cukup pemberani.
Toulip: Kucing peliharaan Ramir. Jangan dekatkan dia pada hamba! Hamba alergi kucing!

Teeza Alnurin: Mungkin adalah sosok paling heroik dalam novel ini. Wanita perkasa yang sangat pemberani ini sering jatuh-bangun dan hampir tewas demi junjungannya, dan sikap lapang dadanya patut disimak dan dicontoh, sangat berkesan bagi hamba. Terus terang hamba paling suka bekerjasama dengan Teeza ini.

Nergal: Dewa perang dan bencana dalam mitologi bangsa Akkadia, dan sering dianggap juga sebagai dewa kematian dan pemimpin dunia kegelapan – berarti pemimpin hamba juga.

Vadis:
Tokoh-tokoh yang konsisten dan berkembang kepribadiannya setelah ditempa konflik dalam novel ini layak pula disimak, disukai, dikenang dan dicontoh, membuat cerita menjadi lebih hidup dan diharapkan cukup membekas dalam benak pembaca.

Nah, sekian dulu wawancara eksklusif kami dengan Davagni. Dan good work, Villam, saya benar-benar feel good setelah membaca Akkadia ini. Mungkin pengembangannya ke depan bisa diarahkan ke penterjemahan dalam bahasa Inggris untuk tujuan go internasional dan bisa menjadi terobosan baru dalam dunia fiksi fantasi bukan hanya di Indonesia, tapi juga global.

Davagni:
Ingat, bukan statusmu yang membuatmu ditolong atau tidak oleh Tuhanmu. Tapi perbuatanmu, pilihan-pilihan apa yang kaubuat. Nah, hamba undur diri dulu, sampai jumpa dalam petualangan hamba di novel AKKADIA – Gerbang Sungai Tigris!

Tawa membahana Davagni terdengar untuk yang terakhir kali.

No comments:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia