Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

13 March 2014

Membangun Semesta Fantasi - Bagian III by Ken Budha



MEMBANGUN SEMESTA FANTASI - Bagian III
By: Ken Budha, penulis Shangri-La the Hidden City

You Are What You Eat

Dua pemikir besar tempo dulu, Anthelme Brillat-Savarin dan Ludwig Andreas Feuerbach, bersepakat bahwa karakteristik manusia ditentukan oleh apa yang mereka makan--karena cara manusia memperoleh makanan sangat menentukan pola hidupnya, ilmu pengetahuan yang harus dikuasainya, dan konflik-konflik yang dihadapinya.

Menyambung dari bagian (2), di mana asal-usul semesta fantasi kita menentukan bagaimana semesta itu bekerja, pada bagian (3) ini kita akan lihat bagaimana bekerjanya semesta itu akan menentukan bagaimana konflik muncul--dan, pada akhirnya, bagaimana plot kita bisa bekerja.

1. Mahluk Sentient adalah bagian dari alam dan bergantung pada alam itu

Mari kita ambil contoh Manusia pada Terra 101. Pada awalnya, Manusia hidup selaras dengan alam, sedapat mungkin ia menjaga kesetimbangan hayati pada alam itu agar kelangsungan hidupnya bisa terjamin. Tapi, alam terus berubah sekalipun tanpa campur-tangan manusia. Ketika perubahan iklim terjadi, Manusia pun harus berubah. Perubahan bukanlah satu hal yang mudah, dan begitu banyak konflik terjadi ketika satu komunitas Manusia diharuskan menanggapi tekanan perubahan yang ada di sekitarnya.



2. Jahat dan Baik seringkali merupakan ekspresi dari ketersediaan sumber daya alam

Ketergantungan Manusia akan alam ini makin nyata justru ketika ia sudah mengenal peradaban. Dalam bentuk paling sederhana pun, sebuah peradaban selalu berusaha menaklukkan alam agar memberi manfaat bagi manusia--seringkali dengan menghancurkan kesetimbangan dan keragaman hayati yang ada pada alam perawan. Sebuah peradaban yang rakus akan segera kehabisan sumber daya alam, dan harus mencari sumber baru bagi kelangsungan hidup mereka. Mulailah terjadi penjarahan terhadap peradaban tetangga. Maka "the Evil Empire" pun lahirlah. Inilah penjelasan paling masuk akal mengapa Evil Empire seringkali digambarkan sebagai tanah tandus yang tidak dapat lagi mendukung kehidupan. Juga penjelasan paling masuk akal mengapa negeri yang dijajah oleh Evil Empire kemudian ikut menjadi tandus dan kehabisan sumber daya alam.

Tapi kita tidak perlu selalu membuat kerakusan sebagai penyebab penjarahan. Perubahan iklim mendadak atau kutukan dewata (tergantung dari Asal-usul Semesta kita) bisa mendorong satu peradaban ke dalam keputusasaan dan kegilaan. Didesak oleh kebutuhan untuk bertahan hidup, sebuah peradaban yang tadinya makmur bisa saja berubah menjadi "evil" ketika bencana kelaparan melanda negeri mereka.

3. Kelangkaan sumber daya alam mendorong perlombaan teknologi

Satu mahluk disebut sentient ("cerdas") apabila ia terus-menerus berusaha menemukan pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya--secara individual ataupun komunitas. Inovasi merupakan ciri dari sebuah peradaban. Satu peradaban mungkin menguasai teknologi besi, dan memiliki banyak tambang bijih besi, namun kurang dengan lahan pertanian. Bagaimana peradaban itu menggunakan teknologi yang mereka punya sebagai alat bantu pemecahan masalah pangan adalah plot point atau backstory yang sangat menarik.

Tiap peradaban juga akan mengalami tekanan sosial dan politik apabila peradaban tetangga membuat terobosan dalam teknologi. Ancaman invasi, itu salah satu ketakutan yang riil--tapi perubahan dalam peta perdagangan juga bisa menjadi sumber tekanan ini.

***

Intinya, semesta menyediakan sumber daya dan kelangkaan--serta perubahan-perubahan yang akan menggeser peta kekuatan antar peradaban. Perjuangan mahluk-mahluk sentient untuk memanfaatkan sumber daya, mengatasi kelangkaan dan menghadapi perubahan alam merupakan sumber inspirasi untuk jalannya cerita.

Jika sihir merupakan bagian dari semestamu, perlakukan akses terhadap sihir ini sebagai salah satu bagian dari sumber daya alam--konflik-konflik yang timbul dari perebutan akses terhadap sihir ini, termasuk perlombaan teknologi untuk penggunaan sihir, akan tergarap dengan lebih realistis dan detil.

Tidak perlu ketiga tips itu dipergunakan sekaligus, carilah bagian yang paling pas dengan ide cerita yang kamu punya. Novelku Shangri-La the Hidden City, misalnya, memakai point nomor 3 sebagai landasan konfliknya. Ketika Manusia Biasa telah berhasil memajukan teknologi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bahkan tidak dapat dilakukan para penyihir dalam semesta itu (misalnya telekomunikasi atau transportasi jarak jauh), ada tekanan sosial keras pada komunitas penyihir untuk menanggapi perubahan itu. Ada ketakutan bahwa satu saat Manusia Biasa akan mampu benar-benar mengalahkan para penyihir--dan mengingat sejarah bagaimana Manusia Biasa mengejar-ngejar dan menganiaya para penyihir, ketakutan ini sangat realistis dan wajar. Ada golongan penyihir yang menjadi anti terhadap teknologi Manusia, ada pula yang berkeyakinan bahwa jalan untuk menerobos kemandegan dalam dunia sihir adalah dengan memeluk teknologi Manusia Biasa itu. Ini merupakan bahan yang sangat kaya untuk meramu konflik antar individu dan kelompok dalam Shangri-La the Hidden City.

Sumber artikel:
Bagian III:  https://www.facebook.com/notes/fantasy-worlds-indonesia/membangun-semesta-fantasi-you-are-what-you-eat-3/588029217936335


No comments:

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia