by Luckty Giyan Sukarno (Notes) on Friday, April 12, 2013 at 1:10pm
Sumber artikel: Note Facebook Luckty
http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-the-book-of-lost-things/10151313842597693
Cerita-cerita itu menjadi hidup saat dituturkan. Tanpa suara manusia yang membaca keras-keras, atau sepasang mata lebar terbelalak yang menyusuri huruf demi huruf dengan bantuan lampu senter di balik selimut, cerita-cerita itu tidak benar-benar eksis di dunia kita. Mereka seperti biji-bijian yang menempel di paruh burung, menunggu jatuh ke bumi, atau seperti nada-nada lagu yang dituliskan di selembar kertas, merindukan alat musik untuk menghidupkannya. Mereka tertidur semu, menanti-nanti kesempatan untuk terjaga. Begitu seseorang mulai membaca kisah-kisah itu, mereka pun mulai berubah. Mereka bisa menancapkan akar di dalam imajinasi, dan mengubah pembacanya. (hlm. 12)
Sebelum jatuh sakit, ibu David sering berkata padanya bahwa kisah-kisah itu hidup. Bukan hidup seperti orang hidup, atau seperti anjingatau kucing hidup. Orang hidup akan tetap hidup, entah kita memerhatikannya atau tidak, sementara anjing biasanya mencari perhatian kalau mereka menganggap kita tidak cukup memerhatikan mereka.
Dengan berlalunya tahun demi tahun, membaca buku menjadi pengalaman yang lebih dinikmati sendirian oleh David, sampai saat penyakit ibunya mengembalikan mereka berdua ke awal masa-masa kanak-kanak David, hanya saja kali ini perannya terbalik.
Namun, sebelum ibunya sakit, sering kali David masuk diam-diam ke ruangan ibunya sedang membaca, tersenyum padanya, kemudian dudukdi dekatnya dan asyik sendiri dengan bukunya, sehingga meski keduanya sama-sama hanyut dalam dunia masing-masing, mereka berbagi ruang dan waktu yang sama. Dan David tahu, cukup dengan melihat wajah ibunya ketika membaca, apakah kisah didalam buku itu hidup di dalam jiwanya, dan dia di dalam kisah itu dan David punter ingat kembali ucapan ibunya tentang cerita dongeng, dan pengaruh kekuatan mereka atas diri kita, dan kita atas mereka.
Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat saat ibunya meninggal dunia. David mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca, sebab kenangan akan ibunya senantiasa berkaitan erat dengan buku-buku dan kegiatan membaca. Buku-buku ibunya, yang dianggap ‘sesuai’ untuknya, diwariskan padanya, dan David mendapati dirinya mencoba membaca novel-novel yang tidak dipahaminya, serta puisi-puisi yang sama sekali tidakberima. Adaorang baru yang memasuki kehidupan David. Dan dia belum sanggup menerima kehadiran seseorang yang menggantikan kedudukan ibu tercintanya,
“Aku sayang padamu dan itu tidak akan berubah sampai kapan pun, dengan siapa pun kita berbagi hidup kita. Aku juga mencintai ibumu, dan akan selalu mencintainya, tapi kebersamaan dengan Rose telah sangat banyak membantuku beberapa bulan belakangan ini. Dia orang baik, David. Dia menyukaimu. Cobalah memberinya kesempatan, ya?” (hlm. 45)
David punya banyak waktu untuk membaca. Ayahnya telah mencoba mendorongnya untuk berteman dengan anak-anak tetangga, beberapa diantara mereka pengungsi dari kota, tetapi David tidak mau bergaul dengan mereka, dan mereka sebaliknya mendapatkan kesan sedih dan menjaga jarak dalam dirinya, yang membuat mereka tak mau dekat-dekat. Maka hanya buku-buku itulah yang menjadi teman David. Terutama buku-buku dongeng lama, yang begitu aneh dan seram dengan tambahan-tambahan cerita yang ditulis tangan dan lukisan-lukisan baru, semakin membuat David terpesona pada cerita-cerita itu. Mereka masihmengingatkannya pada ibunya, tapi dalam cara yang positif, dan apa pun yang mengingatkannya pada ibunya berarti bisa membantu menjauhkannya dari Rose dan anak lelakinya, Georgie. Kalau David tidak sedang membaca, tempat duduk dijendela memberinya pemandangan sempurna akan salah satu keanehan lain di rumah dan pekarangan itu; kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan.
Hingga dimulailah kehidupan David yang tak pernah dia duga sebelumnya ketika memasuki kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan. Dia bakal bertemu tokoh-tokoh dongeng yang biasanya hanya dia temui di buku-buku yang dia baca; Snow White, Putri Tidur, dan si Tudung Merah. Ternyata mereka tidak seperti yang dia baca. Segala kemisteriusan yang dialami David ditentukan oleh sebuah buku; KitabTentang Yang Hilang.
Aaaakkk…suka banget ama buku-buku yang beraroma buku macam buku ini. Nyidam banget buku ini udah lama. Ternyata alam berkonspirasi mewujudkan impian untuk memeluk buku ini. #MulaiLebay. Buku ini nemu gak sengaja di Pameran Buku Gramedia. Langsung comot dan gak sabar baca meskitebelnya hampir nembus 500 halaman! :D
Main-main ke website penulisnya, dan woowww…ternyata sangat produktif!
http://www.johnconnollybooks.com/
Selain beraoma buku, hal yang disukai dari buku ini adalah mengisahkan ikatan batin antara anak dan ibu, serta hubungan keluarga tentang bagaimana menyikapi keadaaan ketika ada seseorang yang memasuki kehidupan kita selamanya. Saya pernah mengalaminya. Buku yang seharusnya tampak seram ini, malah hampir bikin nangis pas baca endingnya… :’)
“Kau harus kembali kepada mereka. Mereka menyayangimu, dan tanpa dirimu hidup mereka tidak akan lengkap. Kau punya ayah dan adik lelaki, dan wanita yang ingin menjadi ibumu, kalau kau mau memberinya kesempatan. Kau harus pulang, kalau tidak hidup mereka tidak akan sempurna tanpa kehadiranmu. (hlm.458)
David melihat ayahnya tampak lebih tua dan lebih lelah daripada sebelumnya. Dia mengkhawatirkan kehadiran ayahnya. (hlm. 84)
Beberapa kalimat favorit:
Keterangan Buku:
Judul :The Book of Lost Things
Penulis :John Connolly
Alih bahasa :Tanti Lesmana
Ilustrasi sampul : RobRyan
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama
Terbit :2010 (Cetakan Keempat)
Tebal :472 hlm.
ISBN :978-979-22-3879-2
Cover asli:
Cover versi lain:
http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-the-book-of-lost-things/10151313842597693
Cerita-cerita itu menjadi hidup saat dituturkan. Tanpa suara manusia yang membaca keras-keras, atau sepasang mata lebar terbelalak yang menyusuri huruf demi huruf dengan bantuan lampu senter di balik selimut, cerita-cerita itu tidak benar-benar eksis di dunia kita. Mereka seperti biji-bijian yang menempel di paruh burung, menunggu jatuh ke bumi, atau seperti nada-nada lagu yang dituliskan di selembar kertas, merindukan alat musik untuk menghidupkannya. Mereka tertidur semu, menanti-nanti kesempatan untuk terjaga. Begitu seseorang mulai membaca kisah-kisah itu, mereka pun mulai berubah. Mereka bisa menancapkan akar di dalam imajinasi, dan mengubah pembacanya. (hlm. 12)
Sebelum jatuh sakit, ibu David sering berkata padanya bahwa kisah-kisah itu hidup. Bukan hidup seperti orang hidup, atau seperti anjingatau kucing hidup. Orang hidup akan tetap hidup, entah kita memerhatikannya atau tidak, sementara anjing biasanya mencari perhatian kalau mereka menganggap kita tidak cukup memerhatikan mereka.
Dengan berlalunya tahun demi tahun, membaca buku menjadi pengalaman yang lebih dinikmati sendirian oleh David, sampai saat penyakit ibunya mengembalikan mereka berdua ke awal masa-masa kanak-kanak David, hanya saja kali ini perannya terbalik.
Namun, sebelum ibunya sakit, sering kali David masuk diam-diam ke ruangan ibunya sedang membaca, tersenyum padanya, kemudian dudukdi dekatnya dan asyik sendiri dengan bukunya, sehingga meski keduanya sama-sama hanyut dalam dunia masing-masing, mereka berbagi ruang dan waktu yang sama. Dan David tahu, cukup dengan melihat wajah ibunya ketika membaca, apakah kisah didalam buku itu hidup di dalam jiwanya, dan dia di dalam kisah itu dan David punter ingat kembali ucapan ibunya tentang cerita dongeng, dan pengaruh kekuatan mereka atas diri kita, dan kita atas mereka.
Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat saat ibunya meninggal dunia. David mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca, sebab kenangan akan ibunya senantiasa berkaitan erat dengan buku-buku dan kegiatan membaca. Buku-buku ibunya, yang dianggap ‘sesuai’ untuknya, diwariskan padanya, dan David mendapati dirinya mencoba membaca novel-novel yang tidak dipahaminya, serta puisi-puisi yang sama sekali tidakberima. Adaorang baru yang memasuki kehidupan David. Dan dia belum sanggup menerima kehadiran seseorang yang menggantikan kedudukan ibu tercintanya,
“Aku sayang padamu dan itu tidak akan berubah sampai kapan pun, dengan siapa pun kita berbagi hidup kita. Aku juga mencintai ibumu, dan akan selalu mencintainya, tapi kebersamaan dengan Rose telah sangat banyak membantuku beberapa bulan belakangan ini. Dia orang baik, David. Dia menyukaimu. Cobalah memberinya kesempatan, ya?” (hlm. 45)
David punya banyak waktu untuk membaca. Ayahnya telah mencoba mendorongnya untuk berteman dengan anak-anak tetangga, beberapa diantara mereka pengungsi dari kota, tetapi David tidak mau bergaul dengan mereka, dan mereka sebaliknya mendapatkan kesan sedih dan menjaga jarak dalam dirinya, yang membuat mereka tak mau dekat-dekat. Maka hanya buku-buku itulah yang menjadi teman David. Terutama buku-buku dongeng lama, yang begitu aneh dan seram dengan tambahan-tambahan cerita yang ditulis tangan dan lukisan-lukisan baru, semakin membuat David terpesona pada cerita-cerita itu. Mereka masihmengingatkannya pada ibunya, tapi dalam cara yang positif, dan apa pun yang mengingatkannya pada ibunya berarti bisa membantu menjauhkannya dari Rose dan anak lelakinya, Georgie. Kalau David tidak sedang membaca, tempat duduk dijendela memberinya pemandangan sempurna akan salah satu keanehan lain di rumah dan pekarangan itu; kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan.
Hingga dimulailah kehidupan David yang tak pernah dia duga sebelumnya ketika memasuki kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan. Dia bakal bertemu tokoh-tokoh dongeng yang biasanya hanya dia temui di buku-buku yang dia baca; Snow White, Putri Tidur, dan si Tudung Merah. Ternyata mereka tidak seperti yang dia baca. Segala kemisteriusan yang dialami David ditentukan oleh sebuah buku; KitabTentang Yang Hilang.
Aaaakkk…suka banget ama buku-buku yang beraroma buku macam buku ini. Nyidam banget buku ini udah lama. Ternyata alam berkonspirasi mewujudkan impian untuk memeluk buku ini. #MulaiLebay. Buku ini nemu gak sengaja di Pameran Buku Gramedia. Langsung comot dan gak sabar baca meskitebelnya hampir nembus 500 halaman! :D
Main-main ke website penulisnya, dan woowww…ternyata sangat produktif!
http://www.johnconnollybooks.com/
Selain beraoma buku, hal yang disukai dari buku ini adalah mengisahkan ikatan batin antara anak dan ibu, serta hubungan keluarga tentang bagaimana menyikapi keadaaan ketika ada seseorang yang memasuki kehidupan kita selamanya. Saya pernah mengalaminya. Buku yang seharusnya tampak seram ini, malah hampir bikin nangis pas baca endingnya… :’)
“Kau harus kembali kepada mereka. Mereka menyayangimu, dan tanpa dirimu hidup mereka tidak akan lengkap. Kau punya ayah dan adik lelaki, dan wanita yang ingin menjadi ibumu, kalau kau mau memberinya kesempatan. Kau harus pulang, kalau tidak hidup mereka tidak akan sempurna tanpa kehadiranmu. (hlm.458)
David melihat ayahnya tampak lebih tua dan lebih lelah daripada sebelumnya. Dia mengkhawatirkan kehadiran ayahnya. (hlm. 84)
Beberapa kalimat favorit:
- Cerita-cerita di surat kabar ibarat ikan yang baru ditangkap, hanya layak diberi perhatian selama masih segar, dan ini tidak berlangsung lama. Cerita-cerita di surat kabar bagaikan asap tipis yang hanya seumuran capung. Mereka tidak berakar, melainkan seperti alang-alang yang tumbuh merambat di tanah, mencuri cahaya matahari dan cerita-cerita yang lebih layak. (hlm. 21)
- Kadang-kadang sebuah cerita sepertinya memaparkan satu hal, tapi sebenarnya intinya tentang hal yang sama sekali lain? Ada makna tersembunyi di dalamnya, dan makna inilah yang mesti dipancing keluar?” (hlm. 47)
- Buku-buku yang menyimpan pengetahuan kuno ini tidak pernah bisa menerima kedudukan mereka disingkirkan. (hlm. 51)
- Cari orang-orang yang lebih lemah daripada dirimu, dan cobalah memberi mereka penghiburan sebisamu. (hlm. 135)
- Hidup ini penuh dengan ancaman dan bahaya. Kita menghadapi apa yang harus dihadapi, dan ada saat-saat kita harus memilih untuk bertindak demi kepentingan orang banyak, meski untuk itu kita harus mengorbankan diri sendiri… (hlm. 345)
Keterangan Buku:
Judul :The Book of Lost Things
Penulis :John Connolly
Alih bahasa :Tanti Lesmana
Ilustrasi sampul : RobRyan
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama
Terbit :2010 (Cetakan Keempat)
Tebal :472 hlm.
ISBN :978-979-22-3879-2
Cover asli:
Cover versi lain:
No comments:
Post a Comment