Everna Saga
TOLSTRAD
Andry Chang
Setahun telah berlalu sejak para momok dari langit, monster parasit yang disebut Kaum Nef’ragh dimusnahkan dari Everna. Sejak puncak kengerian itu, pertempuran di koloni terakhir nef’ragh di bekas Kota Tolstrad di Negeri Val’shka, semenanjung timur Benua Aurelia. Baru saat itulah Myrk Judikov dan ratusan warga lainnya pulang ke Tolstrad, kampung halaman mereka.
Setahun setelah Tolstrad mulai dibangun kembali, kehidupan di sana tampak damai, seolah tak pernah ada nef’ragh atau makhluk ruang angkasa manapun yang pernah menjajah kota dan benua ini.
Suatu pagi, ketika Myrk baru selesai berlatih sihir angin, pria berusia empatpuluhan itu berjalan ke pasar di pusat kota untuk belanja. Di tengah jalan, ia menghampiri kerumunan orang banyak yang riuh-rendah.
“Permisi, minggir, aku seorang tabib!” seru Myrk, dan ia dibiarkan menerobos. Rupanya, di tengah kerumunan itu tampak seorang wanita tergeletak di tengah jalan. Mata biru wanita berparas cantik itu terbelalak dan mulutnya ternganga, seakan ia baru menelan sesuatu. Posisi leher, tangan dan kakinya terpuntir tak wajar. Mustahil ia masih bernyawa dengan kondisi seperti itu.
Namun, sesuatu yang menggembung seperti tumor di perut jenazah itu menarik perhatian Myrk. Ia lantas berseru, “Siapa saja, tolong bantu aku membawa wanita malang ini ke rumahku! Aku harus memeriksanya!” Singkat cerita, dua prajurit dan satu warga membantu Myrk mengangkut jenazah wanita itu dengan kereta.
Rumah Myrk merangkap klinik dan toko sihir-alkimia terletak di pinggiran Tolstrad. Jenazah wanita tak dikenal itu dibaringkan di ranjang praktek tabib, dan para pengantar pergi seketika.
Peralatan disiapkan, lalu Myrk memulai pemeriksaan. Saat pisau bedahnya menyentuh tonjolan di perut jenazah itu, tiba-tiba tonjolan itu bergerak sendiri dan pecah. Sulur-sulur seperti tentakel gurita menyeruak ke atas. Terkejut, Myrk menarik pisau bedahnya dan mundur, menjaga jarak.
Yang terjadi selanjutnya belum pernah disaksikan si veteran yang menunjukkan jalan menuju kemenangan akhir umat manusia di Tolstrad ini. Sulur-sulur aneh itu membalut dan merasuki tubuh tanpa nyawa itu dari ujung kaki sampai setinggi dada, bagian kakinya membentuk tujuh tentakel besar. Ciri-ciri raga ini persis dengan monster dari langit di atas langit, yaitu…
“Nef’ragh!” desis Myrk.
Yang lebih mengerikan lagi, tubuh atas si wanita berubah kebiruan, seiring urat-urat biru yang tampak bagai menjalar hingga ke wajah. Puncaknya, mata biru orang mati itu terbuka. Sebelum Myrk bisa bertindak, si wanita setengah nef’ragh itu berseru dengan suara serak melengking, “Bagusss! Penyatuan diriku dengan sang ratu akhirnya berhasil.”
Myrk berseru, “A-apa maksudmu?”
Si wanita siluman menatap Myrk. “Namaku Davire Evgenikova, dan aku seorang penyihir arwah.”
Dua kata terakhir membuat Myrk terperangah. “Penyihir… arwah? Astaga, apa kau ingin membangkitkan kembali Kaum Nef’ragh?”
“Tebakan tepat. Ditambah menjadikan mereka tentaraku,” jawab Davire.
“Tapi, bukankah nef’ragh sudah punah?”
“Tidak semuanya. Aku menemukan roh Ratu Nef’ragh, yaitu otak dan inti dari seluruh kawanan dalam bekas sarang utamanya. Ia memberikan inti sukmanya yang sebesar pil dan kutelan pil itu. Namun, supaya pertumbuhannya sempurna, aku harus mati dahulu. Aku sudah memilih pasar di tengah kota, tempat banyak orang bakal menyambut kebangkitan kembali nef’ragh, para penjajah Everna.”
“Dan kau menjadi pengganti ratu mereka, menjadi pemimpin semua monster itu?”
Davire mengangguk. “Tentu saja! Kendalikan sang ratu, kendalikan seluruh rakyatnya! Nef’ragh akan kembali berbiak dan mengembalikan Everna menjadi dunia serba hutan penuh pepohonan alami, dan akulah yang akan menjadi ratu seluruh dunia!”
Myrk menghardik, “Kau salah, Davire! Everna harus menjadi dunia yang seimbang antara alam dan peradaban! Lagipula, nef’ragh takkan pernah mau berbagi kekuasaan dunia ini dengan manusia!”
“Tapi dengan kekuatan iblis yang kujunjung, mereka pasti mau! Sudahlah! Kemunculanku tak heboh karena dipindahkan ke rumah bau apak ini, biar kuhancurkan kau dan tempat ini dulu untuk pemanasan!”
Beberapa tentakel lagi mencuat dari pungung manusia siluman itu, memanjang dan menyerang Myrk. Si tabib-penyihir berkelit, gerakannya masih cukup lincah. Namun yang porak-poranda adalah perabot di rumah Myrk. Melihat itu, perhatian si tuan rumah teralihkan sejenak, dan tentakel-tentakel maut si nef’ragh berhasil melukainya.
Myrk berusaha melawan dengan menembakkan sihir angin yang cepat, namun tak cukup kuat untuk menumbangkan lawan. Malah tubuhnyalah yang makin berdarah-darah. Gerakan tubuh Myrk makin lamban, matanya mulai lamur akibat kehilangan banyak darah. Saat berkelit lagi, Myrk melihat tentakel lawan menghantam rak toko. Cairan alkimia tumpah dari botol-botol yang berjatuhan dan mengenai tentakel itu, membuat kulitnya meleleh, lebih parah dari luka bakar.
Saat itu pula, Myrk baru ingat senjata pamungkas yang paling ampuh melawan nef’ragh. Memanfaatkan jeda serangan akibat Davire yang kesakitan, Myrk menghimpun energi sihir anginnya.
“Bergabunglah dengan semua nef’ragh lainnya dalam api neraka!” Sambil mengatakannya, Myrk mengulurkan kedua tangannya, merapal sihir anginnya sekali lagi. Bedanya, kali ini jari-jarinya bergerak-gerak, seakan memecah-mecah angin ke pelbagai arah sesuai keinginannya. Angin itu menerbangkan botol-botol cairan alkimia yang tersisa, lalu menumpahkan semua isinya ke tubuh si wanita siluman. Lantas angin bergerak saling menggesek, memantikkan api pada cairan yang mudah terbakar itu.
“Aagh! Jahanam kau, penyihir busuk! Lain kali akan kubalas kau!” Apalah artinya sumpah-serapah Davire, saat seluruh tubuh silumannya kini terpanggang api? Terpaksa ia keluar dari rumah yang terbakar itu dan melarikan diri, mencoba menyelamatkan diri sendiri dan tubuh nef’ragh yang tersisa pada dirinya.
Myrk juga bergegas keluar begitu api menyala. Namun tubuhnya kini terlalu lemah untuk mengejar, apalagi menghentikan Davire. Si tabib jatuh pingsan, terpaksa dirawat para tetangganya.
Setelah sembuh, Myrk mencoba memperingatkan Walikota Tolstrad tentang ancaman kebangkitan kembali Kaum Nef’ragh lewat ulah Davire, memintanya agar mengungsikan seluruh warga kota sebelum terlambat. Namun yang Myrk terima hanya cibiran, dan ia nyaris disiksa karena dianggap gila. Myrk juga berusaha mencari dan memburu Davire, tanpa hasil.
Tak ada pilihan lain. Terpaksa Myrk sendiri yang pergi dari Tolstrad. Ia berkelana, berharap mengumpulkan bala-bantuan sebisanya. Mungkin suatu hari Myrk atau siapapun akan memimpin orang-orang lain menuju kota bekas sarang makhluk ruang angkasa itu.
Sebagai pembebas, penyelamat… atau penghancur.
-------------------
Kisah ini diikutsertakan dalam lomba Cerita Bulanan Kastil Fantasi di Goodreads.com
https://www.goodreads.com/topic/show/2004274
Sumber gambar: Woman-Octopus-Monster by Renee Keith
www.reneekeith.com (www.ReneeKeith.com)
No comments:
Post a Comment