MITOSPEDIA VEDIC / VEDA / HINDU
DYAUS PITAR – BAPAK ANGKASA
Nama lain : Dyaus Pita, Pitar, Dyeus, Vasu Dhayu, Prabhasa, Prabhata.
Arti Nama : Bapak Angkasa (Dyaus Pitar), Fajar (Prabhasa)
Ras : Dewa
Golongan : Primordial, Astawasu (Delapan Elemen)
Pasangan : Pertiwi, dan seorang istri yang tidak diketahui namanya
Peran : Dewa Langit dan Fajar
Awatara : Bisma Dewabrata (Bhisma Devavratha)
Senjata : Busur Panah, Pedang, Perisai
==LEGENDA AWAL==
Pada mulanya Dyaus bersama Pertiwi dan Antariksha adalah golongan primordial, dewa-dewi pertama yang ada dalam kitab Rigveda. Pertiwi dan Dyaus pada mulanya adalah satu entitas bernama Dyavaprthivi yang kemudian memisahkan diri menjadi dua entitas yakni Dyaus (Angkasa) dan Pertiwi (Bumi). Posisi Dyaus sebagai raja angkasa digulingkan oleh Indra beberapa waktu kemudian. Alasannya masih tidak jelas.
Dalam kitab-kitab selanjutnya, versi ini berubah. Dyaus tak lagi menjadi golongan primordial melainkan menjadi bagian dari Astawasu – delapan elemen. Astawasu sendiri konon merupakan saudara satu ayah–ibu dengan para Aditya.
==MENCURI SAPI KAMADHANU==
Fantasianers mungkin ingat dengan sapi pengabul segala keinginan (sekaligus pengundang masalah ) bernama Kamadhanu yang pernah dimiliki ayah si Parasurama Awatara. Kali ini sapi ini kembali lagi dan menjadi milik dari seorang brahmana bernama Wasista (atau Vashishta).
Wasista adalah seorang Prajapati yang juga menjadi salah satu anggota Sapta Rsi. Ia diberikan mandat oleh Batara Wisnu untuk menjaga sapi Kamadhanu, namun istri Dyaus (entah siapa namanya – yang jelas bukan Pertiwi) menginginkan sapi itu. Dyaus yang tahu bahwa Wasista nggak bakal mau sapi itu diambil, memutuskan menghubungi saudara-saudaranya dan mencuri sapi itu dari Wasista.
==TERLAHIR SEBAGAI BISMA==
Meski rata-rata berprofesi sebagai brahmana, Prajapati tetaplah ‘makhluk berbahaya’ yang sebaiknya jangan dianggap enteng, bahkan oleh para dewa sekalipun. Wasista pun demikian. Begitu tahu sapinya dicuri oleh Astawasu, Wasista langsung mengutuk Delapan Wasu itu untuk terlahir sebagai manusia. Para Wasu ketakutan dan setelah memohon ampun pada Sang Rsi, hukuman mereka diperingan. Tujuh Wasu akan terlahir menjadi manusia namun hanya untuk sesaat, tapi Dyaus yang menjadi pemrakarsa tindakan pencurian ini harus hidup cukup lama di dunia manusia.
Di saat yang sama, Santanu, raja Hastina menikahi seorang wanita misterius yang ia temui di pinggir sungai. Wanita ini bernama Gangga, dan sebenarnya dia adalah dewi. Gangga menyanggupi diri menjadi istri Santanu asalkan Santanu tidak pernah bertanya ataupun memprotes apapun tindakan yang ia lakukan saat dirinya menjadi istri Santanu. Santanu setuju tapi setelah tujuh kali melahirkan, bayi-bayi Santanu selalu Gangga tenggelamkan di sungai. Pada saat Gangga hendak menenggelamkan bayinya yang kedelapan, Santanu mencegahnya dan Gangga pun akhirnya menyerahkan anak kedelapannya itu kepada Santanu sementara dirinya sendiri kembali menjelma menjadi aliran air sungai. Anak Gangga yang kedelapan ini bernama Dewabrata, dan dia adalah penjelmaan Dyaus.
==PERNIKAHAN KEDUA SANTANU==
Santanu tidak tahan menduda seumur hidupnya, sehingga pada suatu ketika saat ia bertemu dengan wanita bernama Satyawati dan hendak menikahinya. Sama seperti Gangga, Satyawati juga mengajukan syarat pada Santanu, yakni supaya anak-anaknya dengan Santanu-lah yang kelak akan menjadi putra mahkota Hastina. Tapi Santanu sudah memiliki Dewabrata sebagai anak sulung sehingga mustahil bagi Santanu untuk mengabulkan keinginan Satyawati.
Mengetahui hal ini Dewabrata akhirnya bersedia melepaskan haknya sebagai putra mahkota dan mengucapkan dua sumpah :
1. Ia tidak akan pernah menjadi raja Hastina, tak peduli apapun yang akan terjadi nanti.
2. Demi menjaga garis keturunan Santanu dan Satyawati, Dewabrata tidak akan menikahi wanita manapun.
Karena mengangkat sumpah seperti itu, Dewabrata mendapatkan nama baru yakni Bisma, yang artinya : ‘Dia yang mengangkat sumpah yang mengerikan’.
==PENCULIKAN AMBA==
Dari Satyawati, Santanu memiliki dua putra yakni Citrānggada dan Wicitrawirya. Dua saudaranya tidak setangguh Bisma dalam hal ilmu perang. Cukup wajar, karena Bisma pernah berguru pada Parasurama Awatara, sementara adik-adiknya tidak. Suatu ketika diadakan sayembara memperebutkan putri dari Kerajaan Kasi, Bisma langsung berangkat ke sana dan menculik tiga orang Putri Kasi untuk dibawa ke Hastina.
Tiga putri itu adalam Amba, Ambalika, dan Ambika. Amba sebenarnya sudah dilamar oleh seorang raja lain, tapi karena tak sengaja diboyong Bisma, akhirnya pertunangannya batal. Citrānggada maupun Wicitrawirya tidak berani menikahi Amba karena dia sudah ditunangkan dengan orang lain. Menurut hukum, satu-satunya yang wajib menikahi Amba adalah Bisma. Tapi Bisma sudah bersumpah untuk membujang selamanya.
Akhirnya Amba pun minta tolong Parasurama, guru Bisma, untuk membujuk Bisma. Hasilnya? Gagal – nyaris total. Parasurama malah dihajar Bisma dan peristiwa ini membuat Parasurama ogah punya murid lagi dari kaum kesatria. Amba sendiri akhirnya berkelana tak tentu arah, meminta bantuan dari beberapa kesatria dan raja dari negeri-negeri lain untuk membela haknya. Tapi begitu mendengar bahwa mereka nanti akan berurusan dengan Bisma, satu per satu mereka mundur.
Saat Amba wafat, para dewa menjanjikan kesempatan bagi dirinya untuk membalas dendam pada Bisma di kehidupan selanjutnya sebagai Srikandi.
==TRAGEDI KEMATIAN PUTRA-PUTRA SATYAWATI==
Citrānggada wafat tak lama setelah menikahi Ambika dan Ambalika. Tahta dan istrinya kemudian diwariskan pada Wicitrawirya, tapi raja kedua ini juga wafat tanpa punya anak. Tahta Hastina dalam kondisi kritis dan karena Bisma tak mau menikah juga, Satyawati memanggil putranya dari pernikahan sebelumnya yakni Byasa, untuk ‘bikin anak’ dengan kedua permaisuri itu. Hasilnya adalah tiga bersaudara Destarastra – yang buta, Pandu – yang albino dan kaku lehernya, dan Widura – yang sebetulnya ibunya normal tapi karena ibunya Sudra sehingga tidak berhak atas tahta.
==PERSELISIHAN PANDAWA DAN KURAWA==
Destarastra menurunkan para Kurawa – Seratus Perkasa Keturunan Wangsa Kuru, sementara istri-istri Pandu yakni Kunti dan Madrim menurunkan Pandawa – yang artinya Putra-Putra Pandu meski pada kenyataannya mereka bukan putra Pandu . Kurawa dan Pandawa selalu berselisih sejak mereka muda. Perselisihan ini sudah berulang kali coba ditengahi oleh Bisma dan Widura tapi pada satu titik tidak bisa diredam lagi dan akhirnya meletuslah Bharatayuda.
Bisma yang sudah tua tapi masih perkasa itu ditunjuk Duryodhana – si sulung dari kaum Kurawa – untuk menjadi Senapati Agung alias Panglima Perang. Bisma memimpin pasukan Kurawa selama sepuluh hari. Selama sepuluh hari itu pula ia tidak bisa ditaklukkan oleh para Pandawa. Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa sudah berusaha menumbangkan Bisma tapi tidak berhasil. Drestadyumna – kakak Drupadi dan Srikandi – juga mencoba menantang Bisma tapi juga kalah. Baru pada hari kesepuluh ketika Srikandi maju ke garis depan dan memanahi Bisma, kesaktian Bisma hilang, dan Bisma pun tumbang, terbaring di tengah Padang Kuruksethra dengan tubuh tertembus anak-anak panah dan baru mangkat pasca Bharatayudha usai.
Meskipun tumbang, Bisma tidak langsung mati. Pada malam harinya kedua pihak yang bertikai, Pandawa dan Kurawa berkumpul di sekitar Bisma. Pada saat itu, Bisma, yang tahu tentang jati diri Karna, meminta Karna beralih pada Pandawa tapi Karna tidak mau. Kurawa pun tidak mau berdamai dan perang pun terus berlanjut.
Ketika Pandawa memenangkan perang itu, mereka berlima kembali menghadap Bisma dan Bisma memberikan wejangan terakhir pada Pandawa, utamanya Yudhistira, tentang cara-cara menjadi raja yang baik. Sesuatu yang konon pernah ia ajarkan pada Duryodhana namun tak pernah ditanggapi Duryodhana dengan baik. Bisma pun mangkat pasca memberikan wejangan terakhir itu. Hukumannya di dunia ini selesai dan ia kembali menjadi Astawasu.
==TRIVIA==
• Dalam suatu versi, Bisma juga bisa menggunakan anak panah Pasuphatra (Pasopati) sama seperti Arjuna.
• Bisma adalah manusia awatara terkuat kedua dalam masa Treta-Yuga. Secara teoritis, hanya Kresna yang bisa mengimbangi kekuatan Bisma. Arjuna – jika tidak didampingi Kresna – konon belum mampu melawan Bisma.
• Bisma dan Rsi Drona saling kenal karena sama-sama saudara seperguruan (murid Parasurama). Bisma pulalah yang mengizinkan Drona tinggal di Hastina dan menjadi guru ilmu perang bagi Kurawa dan Pandawa.
• Dalam versi India, Srikandi (Shikandi) adalah seorang wanita yang menjelma menjadi pria. Di Nusantara, Srikandi adalah wanita yang menempuh jalan menjadi seorang kesatria.
• Astawasu dipimpin oleh Prithu (Bumi) yang kemungkinan adalah wujud maskulin dari Pertiwi.
• Para ahli etimologi dan antropologi pada abad ke-19 (dan tampaknya sampai saat ini) meyakini bahwa kata-kata dalam bahasa Latin dan turunannya berasal dari bahasa Sansekerta. Misalnya : Dyaus => Dyeus => Zeus ; atau Pitar => Pater => Father; dan Dyaus Pitar => Zeus Pitr => Jupiter.
Sumber :
1) Widyaseputra, Manu J. 2007. Bantal Tilu Jamparing di KuruSetra: Bisma Gugur menurut Tradisi Mahabharata. http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1263
2) http://en.wikipedia.org/wiki/Vasu
3) http://en.wikipedia.org/wiki/Dyaus
4) Gonick, Larry . 2006. Kartun Riwayat Peradaban Jilid II (Bab 8-13 : Dari Berseminya Cina Hingga Rontoknya Romawi). Kepustakaan Populer Gramedia : Jakarta.
5) Divakaruni, Chitra Banerjee. 2009. Istana Khayalan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
6) Mahabaratha
Nama lain : Dyaus Pita, Pitar, Dyeus, Vasu Dhayu, Prabhasa, Prabhata.
Arti Nama : Bapak Angkasa (Dyaus Pitar), Fajar (Prabhasa)
Ras : Dewa
Golongan : Primordial, Astawasu (Delapan Elemen)
Pasangan : Pertiwi, dan seorang istri yang tidak diketahui namanya
Peran : Dewa Langit dan Fajar
Awatara : Bisma Dewabrata (Bhisma Devavratha)
Senjata : Busur Panah, Pedang, Perisai
==LEGENDA AWAL==
Pada mulanya Dyaus bersama Pertiwi dan Antariksha adalah golongan primordial, dewa-dewi pertama yang ada dalam kitab Rigveda. Pertiwi dan Dyaus pada mulanya adalah satu entitas bernama Dyavaprthivi yang kemudian memisahkan diri menjadi dua entitas yakni Dyaus (Angkasa) dan Pertiwi (Bumi). Posisi Dyaus sebagai raja angkasa digulingkan oleh Indra beberapa waktu kemudian. Alasannya masih tidak jelas.
Dalam kitab-kitab selanjutnya, versi ini berubah. Dyaus tak lagi menjadi golongan primordial melainkan menjadi bagian dari Astawasu – delapan elemen. Astawasu sendiri konon merupakan saudara satu ayah–ibu dengan para Aditya.
==MENCURI SAPI KAMADHANU==
Fantasianers mungkin ingat dengan sapi pengabul segala keinginan (sekaligus pengundang masalah ) bernama Kamadhanu yang pernah dimiliki ayah si Parasurama Awatara. Kali ini sapi ini kembali lagi dan menjadi milik dari seorang brahmana bernama Wasista (atau Vashishta).
Wasista adalah seorang Prajapati yang juga menjadi salah satu anggota Sapta Rsi. Ia diberikan mandat oleh Batara Wisnu untuk menjaga sapi Kamadhanu, namun istri Dyaus (entah siapa namanya – yang jelas bukan Pertiwi) menginginkan sapi itu. Dyaus yang tahu bahwa Wasista nggak bakal mau sapi itu diambil, memutuskan menghubungi saudara-saudaranya dan mencuri sapi itu dari Wasista.
==TERLAHIR SEBAGAI BISMA==
Meski rata-rata berprofesi sebagai brahmana, Prajapati tetaplah ‘makhluk berbahaya’ yang sebaiknya jangan dianggap enteng, bahkan oleh para dewa sekalipun. Wasista pun demikian. Begitu tahu sapinya dicuri oleh Astawasu, Wasista langsung mengutuk Delapan Wasu itu untuk terlahir sebagai manusia. Para Wasu ketakutan dan setelah memohon ampun pada Sang Rsi, hukuman mereka diperingan. Tujuh Wasu akan terlahir menjadi manusia namun hanya untuk sesaat, tapi Dyaus yang menjadi pemrakarsa tindakan pencurian ini harus hidup cukup lama di dunia manusia.
Di saat yang sama, Santanu, raja Hastina menikahi seorang wanita misterius yang ia temui di pinggir sungai. Wanita ini bernama Gangga, dan sebenarnya dia adalah dewi. Gangga menyanggupi diri menjadi istri Santanu asalkan Santanu tidak pernah bertanya ataupun memprotes apapun tindakan yang ia lakukan saat dirinya menjadi istri Santanu. Santanu setuju tapi setelah tujuh kali melahirkan, bayi-bayi Santanu selalu Gangga tenggelamkan di sungai. Pada saat Gangga hendak menenggelamkan bayinya yang kedelapan, Santanu mencegahnya dan Gangga pun akhirnya menyerahkan anak kedelapannya itu kepada Santanu sementara dirinya sendiri kembali menjelma menjadi aliran air sungai. Anak Gangga yang kedelapan ini bernama Dewabrata, dan dia adalah penjelmaan Dyaus.
==PERNIKAHAN KEDUA SANTANU==
Santanu tidak tahan menduda seumur hidupnya, sehingga pada suatu ketika saat ia bertemu dengan wanita bernama Satyawati dan hendak menikahinya. Sama seperti Gangga, Satyawati juga mengajukan syarat pada Santanu, yakni supaya anak-anaknya dengan Santanu-lah yang kelak akan menjadi putra mahkota Hastina. Tapi Santanu sudah memiliki Dewabrata sebagai anak sulung sehingga mustahil bagi Santanu untuk mengabulkan keinginan Satyawati.
Mengetahui hal ini Dewabrata akhirnya bersedia melepaskan haknya sebagai putra mahkota dan mengucapkan dua sumpah :
1. Ia tidak akan pernah menjadi raja Hastina, tak peduli apapun yang akan terjadi nanti.
2. Demi menjaga garis keturunan Santanu dan Satyawati, Dewabrata tidak akan menikahi wanita manapun.
Karena mengangkat sumpah seperti itu, Dewabrata mendapatkan nama baru yakni Bisma, yang artinya : ‘Dia yang mengangkat sumpah yang mengerikan’.
==PENCULIKAN AMBA==
Dari Satyawati, Santanu memiliki dua putra yakni Citrānggada dan Wicitrawirya. Dua saudaranya tidak setangguh Bisma dalam hal ilmu perang. Cukup wajar, karena Bisma pernah berguru pada Parasurama Awatara, sementara adik-adiknya tidak. Suatu ketika diadakan sayembara memperebutkan putri dari Kerajaan Kasi, Bisma langsung berangkat ke sana dan menculik tiga orang Putri Kasi untuk dibawa ke Hastina.
Tiga putri itu adalam Amba, Ambalika, dan Ambika. Amba sebenarnya sudah dilamar oleh seorang raja lain, tapi karena tak sengaja diboyong Bisma, akhirnya pertunangannya batal. Citrānggada maupun Wicitrawirya tidak berani menikahi Amba karena dia sudah ditunangkan dengan orang lain. Menurut hukum, satu-satunya yang wajib menikahi Amba adalah Bisma. Tapi Bisma sudah bersumpah untuk membujang selamanya.
Akhirnya Amba pun minta tolong Parasurama, guru Bisma, untuk membujuk Bisma. Hasilnya? Gagal – nyaris total. Parasurama malah dihajar Bisma dan peristiwa ini membuat Parasurama ogah punya murid lagi dari kaum kesatria. Amba sendiri akhirnya berkelana tak tentu arah, meminta bantuan dari beberapa kesatria dan raja dari negeri-negeri lain untuk membela haknya. Tapi begitu mendengar bahwa mereka nanti akan berurusan dengan Bisma, satu per satu mereka mundur.
Saat Amba wafat, para dewa menjanjikan kesempatan bagi dirinya untuk membalas dendam pada Bisma di kehidupan selanjutnya sebagai Srikandi.
==TRAGEDI KEMATIAN PUTRA-PUTRA SATYAWATI==
Citrānggada wafat tak lama setelah menikahi Ambika dan Ambalika. Tahta dan istrinya kemudian diwariskan pada Wicitrawirya, tapi raja kedua ini juga wafat tanpa punya anak. Tahta Hastina dalam kondisi kritis dan karena Bisma tak mau menikah juga, Satyawati memanggil putranya dari pernikahan sebelumnya yakni Byasa, untuk ‘bikin anak’ dengan kedua permaisuri itu. Hasilnya adalah tiga bersaudara Destarastra – yang buta, Pandu – yang albino dan kaku lehernya, dan Widura – yang sebetulnya ibunya normal tapi karena ibunya Sudra sehingga tidak berhak atas tahta.
==PERSELISIHAN PANDAWA DAN KURAWA==
Destarastra menurunkan para Kurawa – Seratus Perkasa Keturunan Wangsa Kuru, sementara istri-istri Pandu yakni Kunti dan Madrim menurunkan Pandawa – yang artinya Putra-Putra Pandu meski pada kenyataannya mereka bukan putra Pandu . Kurawa dan Pandawa selalu berselisih sejak mereka muda. Perselisihan ini sudah berulang kali coba ditengahi oleh Bisma dan Widura tapi pada satu titik tidak bisa diredam lagi dan akhirnya meletuslah Bharatayuda.
Bisma yang sudah tua tapi masih perkasa itu ditunjuk Duryodhana – si sulung dari kaum Kurawa – untuk menjadi Senapati Agung alias Panglima Perang. Bisma memimpin pasukan Kurawa selama sepuluh hari. Selama sepuluh hari itu pula ia tidak bisa ditaklukkan oleh para Pandawa. Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa sudah berusaha menumbangkan Bisma tapi tidak berhasil. Drestadyumna – kakak Drupadi dan Srikandi – juga mencoba menantang Bisma tapi juga kalah. Baru pada hari kesepuluh ketika Srikandi maju ke garis depan dan memanahi Bisma, kesaktian Bisma hilang, dan Bisma pun tumbang, terbaring di tengah Padang Kuruksethra dengan tubuh tertembus anak-anak panah dan baru mangkat pasca Bharatayudha usai.
Meskipun tumbang, Bisma tidak langsung mati. Pada malam harinya kedua pihak yang bertikai, Pandawa dan Kurawa berkumpul di sekitar Bisma. Pada saat itu, Bisma, yang tahu tentang jati diri Karna, meminta Karna beralih pada Pandawa tapi Karna tidak mau. Kurawa pun tidak mau berdamai dan perang pun terus berlanjut.
Ketika Pandawa memenangkan perang itu, mereka berlima kembali menghadap Bisma dan Bisma memberikan wejangan terakhir pada Pandawa, utamanya Yudhistira, tentang cara-cara menjadi raja yang baik. Sesuatu yang konon pernah ia ajarkan pada Duryodhana namun tak pernah ditanggapi Duryodhana dengan baik. Bisma pun mangkat pasca memberikan wejangan terakhir itu. Hukumannya di dunia ini selesai dan ia kembali menjadi Astawasu.
==TRIVIA==
• Dalam suatu versi, Bisma juga bisa menggunakan anak panah Pasuphatra (Pasopati) sama seperti Arjuna.
• Bisma adalah manusia awatara terkuat kedua dalam masa Treta-Yuga. Secara teoritis, hanya Kresna yang bisa mengimbangi kekuatan Bisma. Arjuna – jika tidak didampingi Kresna – konon belum mampu melawan Bisma.
• Bisma dan Rsi Drona saling kenal karena sama-sama saudara seperguruan (murid Parasurama). Bisma pulalah yang mengizinkan Drona tinggal di Hastina dan menjadi guru ilmu perang bagi Kurawa dan Pandawa.
• Dalam versi India, Srikandi (Shikandi) adalah seorang wanita yang menjelma menjadi pria. Di Nusantara, Srikandi adalah wanita yang menempuh jalan menjadi seorang kesatria.
• Astawasu dipimpin oleh Prithu (Bumi) yang kemungkinan adalah wujud maskulin dari Pertiwi.
• Para ahli etimologi dan antropologi pada abad ke-19 (dan tampaknya sampai saat ini) meyakini bahwa kata-kata dalam bahasa Latin dan turunannya berasal dari bahasa Sansekerta. Misalnya : Dyaus => Dyeus => Zeus ; atau Pitar => Pater => Father; dan Dyaus Pitar => Zeus Pitr => Jupiter.
Sumber :
1) Widyaseputra, Manu J. 2007. Bantal Tilu Jamparing di KuruSetra: Bisma Gugur menurut Tradisi Mahabharata. http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1263
2) http://en.wikipedia.org/wiki/Vasu
3) http://en.wikipedia.org/wiki/Dyaus
4) Gonick, Larry . 2006. Kartun Riwayat Peradaban Jilid II (Bab 8-13 : Dari Berseminya Cina Hingga Rontoknya Romawi). Kepustakaan Populer Gramedia : Jakarta.
5) Divakaruni, Chitra Banerjee. 2009. Istana Khayalan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
6) Mahabaratha
Sumber dari Le Chateau de Phantasm di Facebook :
MITOSPEDIA VEDIC / VEDA / HINDU
LAKSMI – DEWI KEKAYAAN
Nama Lain : Laxmi, Lakhsmi, Mahalakhsmi, Vishnupriya, Ulkavahini, Mata
Arti Nama : Nasib Baik, Kemakmuran, Kecantikan, Keindahan, atau Kenang-kenangan (Laksmi), Kekasih Wisnu (Vishnupriya), Penunggang Burung Hantu (Ulkavahini), Ibu (Mata).
Ras : Dewi
Golongan : Shakti, Tridevi
Peran : Dewi Kekayaan dan Keberuntungan
Wahana : Gajah dan Burung Hantu (kadang-kadang Teratai)
Pasangan : Wisnu
Realm : Vaikuntha
Awatara : Sinta, Radha, Rukmini, Yasodhara
==LEGENDA==
Di antara para Trimurti, yang paling terakhir mendapat pasangan adalah Wisnu. Pasangan Wisnu, yakni Laksmi, baru muncul pada saat peristiwa Pengadukan Lautan Susu (Samudra Manthan). Dikisahkan Laksmi muncul setelah para dewa dan asura bersama-sama mengaduk lautan susu. Ketika Laksmi muncul, baik para dewa maupun asura langsung berebut ingin melamar Laksmi, tapi Laksmi – karena diperbolehkan memilih pasangannya sendiri – kemudian memilih Wisnu sebagai pasangannya.
Laksmi biasa digambarkan sebagai dewi berparas cantik dengan kulit keemasan, memiliki empat tangan, duduk atau berdiri di atas bunga teratai yang mekar, dengan salah satu tangannya memegang setangkai bunga teratai (simbol kesuburan, kecantikan, dan kemurnian). Keempat tangannya menyimbolkan empat aspek kehidupan manusia, yaitu dharma (kebajikan), kama (keinginan), artha (kekayaan), dan moksha (pembebasan dari siklus kelahiran serta kematian). Kadang juga digambarkan sejumlah uang logam mengalir dari tangan Laksmi, sesuai dengan perannya sebagai dewi kekayaan.
==PEMUJAAN==
Laksmi di India biasa dipuja pada perayaan Diwali – perayaan empat hari festival cahaya – atau pada saat malam bulan purnama (dipuja bersama-sama dengan Durga). Pada hari-hari ini, Laksmi dipercaya akan berkeliling ke rumah-rumah penduduk dan mengisi ‘harta’ rumah-rumah penduduk yang melakukan puja – upacara. Ia juga dipercaya sebagai dewi pelindung para ibu. Para pedagang, pebisnis serta ibu rumah tangga biasanya menjadikan Laksmi sebagai dewi pelindung mereka.
Di Bali, ada sosok seorang dewi yang bernama Bhatari Sadhana. Dewi ini punya karakteristik yang mirip dengan Laksmi, yakni sebagai dewi uang. Ada upacara khusus untuk memuja Bhatari Sadhana pada waktu-waktu tertentu yakni pada hari Soma Ribek, Sabuh Emas dan Buddha Cemeng Klawu.
==KEKUATAN==
Tidak seperti Saraswati yang sering menampakkan diri untuk mengajar manusia atau Durga yang melakukan aksi ‘heroik’, Laksmi cenderung bergerak di balik layar. Pekerjaan penganugerahan kekayaan pada seseorang oleh Laksmi pun nyaris tidak tampak dan tidak terasa. Penjelmaan Laksmi sebagai awatara ke dunia (Sinta, Radha, Rukmini, dan Yasodhara) cenderung hanya sebagai pendamping Wisnu semata. Meski begitu, Ramayana versi asli pernah menyatakan bahwa Sinta – salah satu awatara Laksmi – memiliki kekuatan untuk mengangkat Haradhanu – busur Siwa yang dipatahkan Rama dalam sayembara di Mithila – hanya dengan satu tangannya semata.
==TRIVIA==
• Sebagai manusia awatara, Laksmi memiliki beberapa anak dengan awatara Wisnu. Tapi dalam wujudnya sebagai dewi, Laksmi sama sekali tidak memiliki anak.
• Beberapa orang mempercayai Pertiwi adalah wujud lain Laksmi.
Sumber :
http://hindumythologyforgennext.blogspot.com/2011/10/how-lord-vishnu-married-goddess-parvati.html
http://hinduism.about.com/od/hindugoddesses/p/lakshmi.htm
http://candrawiguna.com/mengenal-diwali-salah-satu-hari-raya-terbesar-umat-hindu-di-india/
http://www.anneahira.com/laksmi.htm
http://stahdnj.ac.id/?p=158
http://en.wikipedia.org/wiki/Bhūmi
Nama Lain : Laxmi, Lakhsmi, Mahalakhsmi, Vishnupriya, Ulkavahini, Mata
Arti Nama : Nasib Baik, Kemakmuran, Kecantikan, Keindahan, atau Kenang-kenangan (Laksmi), Kekasih Wisnu (Vishnupriya), Penunggang Burung Hantu (Ulkavahini), Ibu (Mata).
Ras : Dewi
Golongan : Shakti, Tridevi
Peran : Dewi Kekayaan dan Keberuntungan
Wahana : Gajah dan Burung Hantu (kadang-kadang Teratai)
Pasangan : Wisnu
Realm : Vaikuntha
Awatara : Sinta, Radha, Rukmini, Yasodhara
==LEGENDA==
Di antara para Trimurti, yang paling terakhir mendapat pasangan adalah Wisnu. Pasangan Wisnu, yakni Laksmi, baru muncul pada saat peristiwa Pengadukan Lautan Susu (Samudra Manthan). Dikisahkan Laksmi muncul setelah para dewa dan asura bersama-sama mengaduk lautan susu. Ketika Laksmi muncul, baik para dewa maupun asura langsung berebut ingin melamar Laksmi, tapi Laksmi – karena diperbolehkan memilih pasangannya sendiri – kemudian memilih Wisnu sebagai pasangannya.
Laksmi biasa digambarkan sebagai dewi berparas cantik dengan kulit keemasan, memiliki empat tangan, duduk atau berdiri di atas bunga teratai yang mekar, dengan salah satu tangannya memegang setangkai bunga teratai (simbol kesuburan, kecantikan, dan kemurnian). Keempat tangannya menyimbolkan empat aspek kehidupan manusia, yaitu dharma (kebajikan), kama (keinginan), artha (kekayaan), dan moksha (pembebasan dari siklus kelahiran serta kematian). Kadang juga digambarkan sejumlah uang logam mengalir dari tangan Laksmi, sesuai dengan perannya sebagai dewi kekayaan.
==PEMUJAAN==
Laksmi di India biasa dipuja pada perayaan Diwali – perayaan empat hari festival cahaya – atau pada saat malam bulan purnama (dipuja bersama-sama dengan Durga). Pada hari-hari ini, Laksmi dipercaya akan berkeliling ke rumah-rumah penduduk dan mengisi ‘harta’ rumah-rumah penduduk yang melakukan puja – upacara. Ia juga dipercaya sebagai dewi pelindung para ibu. Para pedagang, pebisnis serta ibu rumah tangga biasanya menjadikan Laksmi sebagai dewi pelindung mereka.
Di Bali, ada sosok seorang dewi yang bernama Bhatari Sadhana. Dewi ini punya karakteristik yang mirip dengan Laksmi, yakni sebagai dewi uang. Ada upacara khusus untuk memuja Bhatari Sadhana pada waktu-waktu tertentu yakni pada hari Soma Ribek, Sabuh Emas dan Buddha Cemeng Klawu.
==KEKUATAN==
Tidak seperti Saraswati yang sering menampakkan diri untuk mengajar manusia atau Durga yang melakukan aksi ‘heroik’, Laksmi cenderung bergerak di balik layar. Pekerjaan penganugerahan kekayaan pada seseorang oleh Laksmi pun nyaris tidak tampak dan tidak terasa. Penjelmaan Laksmi sebagai awatara ke dunia (Sinta, Radha, Rukmini, dan Yasodhara) cenderung hanya sebagai pendamping Wisnu semata. Meski begitu, Ramayana versi asli pernah menyatakan bahwa Sinta – salah satu awatara Laksmi – memiliki kekuatan untuk mengangkat Haradhanu – busur Siwa yang dipatahkan Rama dalam sayembara di Mithila – hanya dengan satu tangannya semata.
==TRIVIA==
• Sebagai manusia awatara, Laksmi memiliki beberapa anak dengan awatara Wisnu. Tapi dalam wujudnya sebagai dewi, Laksmi sama sekali tidak memiliki anak.
• Beberapa orang mempercayai Pertiwi adalah wujud lain Laksmi.
Sumber :
http://hindumythologyforgennext.blogspot.com/2011/10/how-lord-vishnu-married-goddess-parvati.html
http://hinduism.about.com/od/hindugoddesses/p/lakshmi.htm
http://candrawiguna.com/mengenal-diwali-salah-satu-hari-raya-terbesar-umat-hindu-di-india/
http://www.anneahira.com/laksmi.htm
http://stahdnj.ac.id/?p=158
http://en.wikipedia.org/wiki/Bhūmi
Sumber dari Le Chateau de Phantasm di Facebook :
https://www.facebook.com/LCDP.Official/photos/np.239080774.565917636/893951047284326/?type=3&theater
LCDP Official Facebook Page:
No comments:
Post a Comment