Mitospedia India / Veda / Vedic
BRAHMAN – Keberadaan Yang Mahatinggi
Nama lain : Mula Satguru, Om, Aum, Sang Hyang Widhi, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Hyang Tunggal, Acintya, Atintya.
Arti Nama : Realitas Agung – Ultimate Reality, Roh Semesta,Yang Tak
Terbatas (Brahman), Dia Yang Menghapus Ketidaktahuan (Sang Hyang Widhi),
Yang Tak Terbayangkan (Acintya).
Brahman adalah konsep tentang Entitas Mahatinggi dalam kepercayaan Sanatana Dharma (Hinduisme). Brahman bersifat kekal, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir, juga menguasai segala bentuk, ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi yang ada didalamnya. Brahman adalah keberadaan yang tak tergambarkan dan biasanya hanya disimbolkan dengan simbol huruf ‘Om’ (seperti yang terlampir pada gambar).
==BRAHMAN ≠ BRAHMA ==
Kata ‘Brahman’ dan ‘Brahma’ terdengar agak mirip dan ada beberapa orang yang sering mengira kedua kata ini memiliki maksud yang sama. Padahal pada kenyataannya tidak begitu. Brahma hanyalah satu dari sekian banyak manifestasi Brahman. Seluruh dewata, baik dewa maupun dewi, adalah manifestasi Brahman. Seluruh jiwa manusia (atma) pun adalah manifestasi Brahman. Hanya saja manifestasi Brahman yang paling utama adalah para Trimurti yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Karena itulah para penganut Sanatana Dharma lebih banyak memakai wujud Trimurti (terutama Wisnu dan Siwa) jika hendak berdoa kepada Brahman.
Brahman kadang disebut juga sebagai Atman (Kesatuan Jiwa). Seluruh jiwa, baik jiwa hewan, manusia, ashura, maupun upadevata yang telah tiada namun telah mencapai kesempurnaan dan takkan lagi bereinkarnasi akan bersatu dengan Atman.
==SANG HYANG WIDHI, KONSEP BRAHMAN DALAM MASYARAKAT BALI==
Penggambaran Brahman dalam masyarakat Bali sedikit berbeda dari masyarakat Hindu lainnya. Di Bali, Brahman disebut sebagai Sang Hyang Widhi Wasa – Ia Yang Menghapus Ketidaktahuan, dan penggambarannya ada dalam dua rupa. Rupa pertama adalah pelinggih, tugu batu berornamen dengan puncak berupa pahatan yang dibentuk menyerupai singgasana yang kosong. Di singgasana ini, umat biasanya meletakkan sesaji persembahan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi. Rupa keduanya adalah sosok seorang lelaki telanjang yang dikelilingi kobaran api dan dilukiskan dengan gaya lukis Bali klasik. Ketelanjangan ini menggambarkan kebebasan dari keterikatan duniawi, sementara kobaran api melambangkan kekuatan Sang Hyang Widhi dalam menghapus ketidaktahuan.
==BRAHMAN DALAM MANTRAM (DOA) DAN KATA SAPA==
Doa dalam Sanatana Dharma lazim disebut sebagai mantram / mantra. Mantram adalah untaian kata-kata yang diucapkan / dinyanyikan dalam ritme tertentu. Mantram biasa diawali dengan kata ‘Om’ atau di beberapa daerah di India dilafalkan sebagai ‘Aum’. Kata ‘Om’ atau ‘Aum’ ini adalah kata ganti untuk menyebut Sang Keberadaan Mahatinggi dalam setiap mantram. Mantram juga biasanya diakhiri dengan mengucapkan ‘Om Santih, Santih, Santih Om – Semoga Tuhan selalu mengaruniakan kedamaian di hati, di dunia, dan di akhirat’. Di India para brahmana sering pula menambahkan kalimat ‘Om naamo namah – Hormat kami kepada Tuhan’ pada akhir upacara / ritual.
Dalam pergaulan sehari-hari kita mungkin lazim mendengar sapaan ‘Om Swastyastu’ diucapkan dalam pertemuan-pertemuan. Arti dari ‘Om Swastyastu’ sendiri adalah : ‘Semoga selalu sejahtera dalam lindungan Hyang Widhi’ atau ‘Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi’
==TRIVIA==
• Masyarakat Tengger, meskipun banyak yang digolongkan sebagai masyarakat Hindu, tidak lazim menggunakan sapaan Om Swastyastu. Biasanya mereka lebih sering mengucapkan : ‘Hong Ulun Basuki Langgeng’, yang artinya : ‘Semoga Tuhan tetap memberkati kita dengan keselamatan’ atau ‘Semoga Tuhan memberikan kemakmuran yang kekal abadi pada kita’.
Sumber: Artikel di Facebook Le Chateau de Phantasm
http://www.facebook.com/LCDP.Official
Brahman adalah konsep tentang Entitas Mahatinggi dalam kepercayaan Sanatana Dharma (Hinduisme). Brahman bersifat kekal, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir, juga menguasai segala bentuk, ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi yang ada didalamnya. Brahman adalah keberadaan yang tak tergambarkan dan biasanya hanya disimbolkan dengan simbol huruf ‘Om’ (seperti yang terlampir pada gambar).
==BRAHMAN ≠ BRAHMA ==
Kata ‘Brahman’ dan ‘Brahma’ terdengar agak mirip dan ada beberapa orang yang sering mengira kedua kata ini memiliki maksud yang sama. Padahal pada kenyataannya tidak begitu. Brahma hanyalah satu dari sekian banyak manifestasi Brahman. Seluruh dewata, baik dewa maupun dewi, adalah manifestasi Brahman. Seluruh jiwa manusia (atma) pun adalah manifestasi Brahman. Hanya saja manifestasi Brahman yang paling utama adalah para Trimurti yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Karena itulah para penganut Sanatana Dharma lebih banyak memakai wujud Trimurti (terutama Wisnu dan Siwa) jika hendak berdoa kepada Brahman.
Brahman kadang disebut juga sebagai Atman (Kesatuan Jiwa). Seluruh jiwa, baik jiwa hewan, manusia, ashura, maupun upadevata yang telah tiada namun telah mencapai kesempurnaan dan takkan lagi bereinkarnasi akan bersatu dengan Atman.
==SANG HYANG WIDHI, KONSEP BRAHMAN DALAM MASYARAKAT BALI==
Penggambaran Brahman dalam masyarakat Bali sedikit berbeda dari masyarakat Hindu lainnya. Di Bali, Brahman disebut sebagai Sang Hyang Widhi Wasa – Ia Yang Menghapus Ketidaktahuan, dan penggambarannya ada dalam dua rupa. Rupa pertama adalah pelinggih, tugu batu berornamen dengan puncak berupa pahatan yang dibentuk menyerupai singgasana yang kosong. Di singgasana ini, umat biasanya meletakkan sesaji persembahan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi. Rupa keduanya adalah sosok seorang lelaki telanjang yang dikelilingi kobaran api dan dilukiskan dengan gaya lukis Bali klasik. Ketelanjangan ini menggambarkan kebebasan dari keterikatan duniawi, sementara kobaran api melambangkan kekuatan Sang Hyang Widhi dalam menghapus ketidaktahuan.
==BRAHMAN DALAM MANTRAM (DOA) DAN KATA SAPA==
Doa dalam Sanatana Dharma lazim disebut sebagai mantram / mantra. Mantram adalah untaian kata-kata yang diucapkan / dinyanyikan dalam ritme tertentu. Mantram biasa diawali dengan kata ‘Om’ atau di beberapa daerah di India dilafalkan sebagai ‘Aum’. Kata ‘Om’ atau ‘Aum’ ini adalah kata ganti untuk menyebut Sang Keberadaan Mahatinggi dalam setiap mantram. Mantram juga biasanya diakhiri dengan mengucapkan ‘Om Santih, Santih, Santih Om – Semoga Tuhan selalu mengaruniakan kedamaian di hati, di dunia, dan di akhirat’. Di India para brahmana sering pula menambahkan kalimat ‘Om naamo namah – Hormat kami kepada Tuhan’ pada akhir upacara / ritual.
Dalam pergaulan sehari-hari kita mungkin lazim mendengar sapaan ‘Om Swastyastu’ diucapkan dalam pertemuan-pertemuan. Arti dari ‘Om Swastyastu’ sendiri adalah : ‘Semoga selalu sejahtera dalam lindungan Hyang Widhi’ atau ‘Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi’
==TRIVIA==
• Masyarakat Tengger, meskipun banyak yang digolongkan sebagai masyarakat Hindu, tidak lazim menggunakan sapaan Om Swastyastu. Biasanya mereka lebih sering mengucapkan : ‘Hong Ulun Basuki Langgeng’, yang artinya : ‘Semoga Tuhan tetap memberkati kita dengan keselamatan’ atau ‘Semoga Tuhan memberikan kemakmuran yang kekal abadi pada kita’.
Sumber: Artikel di Facebook Le Chateau de Phantasm
http://www.facebook.com/LCDP.Official
No comments:
Post a Comment