MITOSPEDIA VEDA / VEDIC / HINDU
KARTIKEYA – DEWA PERANG
Nama lain : Skanda, Kumara, Subramanya, Swaminatha, Murugan, Subramaniyan, Dandapani, Batara Mala, Batara Rare Kumara
Arti Nama : Anak Kartika (Kartikeya), Orang Yang Selalu Muda (Kumara), Yang Cerdas (Swaminatha), Sesuatu Yang Tumpah (Skanda), Orang Yang Mempesona (Murugan), Dewa Yang Memegang Tongkat Pemukul (Dandapani), Selalu Anak-Anak (Rare Kumara)
Ras : Dewa
Kediaman : Swargaloka, Iswaraloka, Skandaloka
Senjata : Tombak lembing, busur panah, danda (tongkat pemukul),
Wahana : Merak
Peran : Dewa Perang, Panglima Komando Angkatan Perang Swargaloka.
Pasangan : Devasena dan Valli
Lawan Utama : Tarakasura
==LEGENDA==
Kartikeya, nama ini mungkin tidak akrab di telinga Fantasianers sekalian. Wajar, karena di sini saudaranya, Ganesa, lebih populer daripada Kartikeya sendiri. Selain itu di Indonesia peran Kartikeya juga minim. Kartikeya lebih populer dipuja di daerah Tamil (India Selatan) sementara kuil pemujaan Kartikeya yang paling dekat dari Indonesia sendiri adanya di Gua Batu, Malaysia. Di Indonesia sendiri Kartikeya mungkin cuma disebutkan sesekali terutama dalam legenda kelahiran Batara Kala atau sebuah ritual upacara di Bali yang disebut Mawija (atau Mabija).
Ada banyak versi kelahiran Kartikeya. Ada yang mengatakan ia adalah putra Siwa dan Parwati, ada pula yang mengatakan ia adalah putra Agni dan istrinya Swaha, ada pula yang menyebut bahwa ia adalah anak-anak dari Kartika (dalam astronomi modern disebut konstelasi Pleiades) yang disatukan. Tapi versi yang lebih banyak diterima adalah Kartikeya sebagai putra Siwa dan Parwati yang karena satu dan lain hal kemudian diasuh para Kartika.
Kelahiran Kartikeya adalah sebuah upaya perlawanan para dewa untuk mengatasi invasi seorang raja Asura bernama Tarakasura. Tarakasura dalam sebuah tapa berhasil menemui Batara Brahma dan memohon agar dianugerahi hidup abadi dan tak bisa dikalahkan siapapun juga. Brahma keberatan dengan syarat itu dan mengatakan ia tidak bisa memberikan kehidupan abadi karena suatu saat makhluk berumur panjang sekalipun pasti akan mati. Akhirnya Tarakasura mengajukan permintaan lain. Ia minta agar tak ada satupun makhluk yang bisa membunuhnya kecuali putra Batara Siwa. Batara Brahma setuju dan mulailah Tarakasura melakukan invasi terhadap kahyangan.
Tarakasura tahu benar, Batara Siwa yang baru saja kehilangan istrinya, Dewi Sati, bersumpah untuk mundur dari urusan-urusan duniawi dan bertapa di puncak Kailash yang ditutupi salju abadi. Batara Indra yang mulai melihat bahwa Tarakasura sudah dapat anugerah seperti itu akhirnya mengutus Batara Kama, dewa cinta, untuk membangunkan Siwa dengan ‘panah asmaranya’. Di saat yang sama Rsi Narada, juga menemui reinkarnasi Dewi Uma yakni Parwati untuk memanjat ke puncak Kailash dan menemui Siwa yang tengah bertapa.
Batara Kama sukses membangunkan Siwa dan membuat Siwa jatuh cinta pada Parwati namun nasibnya apes karena dia kena amuk mata ketiga Siwa sehingga hangus menjadi abu.
Pasca menikah dengan Parwati, Siwa dan Parwati memiliki anak yang kemudian diasuh oleh para Kartika. Anak ini akhirnya disebut sebagai Kartikeya karena dia dibesarkan oleh para Kartika (bidadari yang menguasai bintang-bintang pada konstelasi Plaides). Alasan pengalihan pengasuhan ini kurang jelas namun barangkali untuk menghindari ancaman pembunuhan Kartikeya oleh Tarakasura.
Setelah Kartikeya cukup umur, para Kartika mengembalikan Kartikeya pada Siwa dan Parwati lalu Kartikeya dihadapkan pada Indra. Indra kemudian mengajak dewa muda itu ke medan laga di mana di sana Indra mengarahkan Tarakasura untuk melawan Kartikeya. Karena Tarakasura bersumpah bahwa ia hanya bisa dikalahkan putra Siwa, maka ketika berhadapan dengan Kartikeya, Tarakasura pun kalah dan tewas.
Pasca mengalahkan Tarakasura, Indra menikahkan Kartikeya dengan putrinya : Devasena. Selain Devasena, Kartikeya juga menikahi seorang wanita lain yang ia pilih sendiri yakni Valli.
==HUBUNGAN DENGAN GANESA==
Kebanyakan versi mengatakan bahwa Kartikeya lahir lebih dulu daripada Ganesa karena ia juga ikut melawan Ganesa saat Ganesa bentrok dengan pasukan Siwa karena melarang Siwa masuk ke Iswaraloka. Tapi karena rupa Ganesa memang kelihatan lebih ‘tua’ daripada kakaknya yang satu ini jadi Ganesa sering dikira lebih tua. Kartikeya sendiri memiliki atribut yang sama dengan Batara Kama, dewa cinta, yakni ia selalu tampak sebagai anak remaja yang masih muda, sama sekali tidak pernah terlihat menua.
Dalam satu kisah, dua bersaudara itu didatangi oleh Rsi Narada yang menawarkan pada mereka satu buah pengetahuan yang bisa membuat mereka diakui sebagai dewa paling pintar. Syarat kemenangannya adalah mereka harus lari keliling dunia sebanyak tiga kali, siapa yang paling cepat maka dia yang dapat buahnya. Kartikeya (yang saat itu lebih akrab dipanggil Murugan) langsung berlari keliling dunia sebanyak tiga kali, tapi Ganesa malah cuma mengitari Siwa dan Parwati (yang tampaknya tengah berdiri tepat di atas sumbu bumi atau dimanifestasikan sebagai pusat dunia) tiga kali sehingga secara teoritis, Ganesa sudah mengitari bumi tiga kali. Murugan kesal sekali dengan kemenangan Ganesa tapi Ganesa kemudian malah menawari buah yang ia menangkan kepada Murugan. Sejak saat itu Ganesa pun ‘dituakan’ oleh karena lebih pintar dan lebih bijaksana.
==KARTIKEYA DI INDONESIA==
Di Indonesia Kartikeya disebut Kumara atau Mala atau Rare Kumara. Dalam mitologi Bali dan Jawa Kuno serta beberapa pakem pewayangan ia adalah putra Batara Siwa dan Batari Uma yang hari kelahirannya sama dengan Batara Kala. Batara Kala sendiri adalah raksasa yang lahir karena tumpahan air mani Batara Guru. Merasa tersaingi oleh kehadiran Rare Kumara, Batara Kala menuntut agar ia bisa memakan Rare Kumara namun Batara Siwa menghalangi niatnya dan mengatakan bahwa Batara Kala boleh memakan Rare Kumara kalau Rare Kumara sudah besar.
Tapi Batara Siwa menghentikan laju penuaan Rare Kumara sehingga ia selalu tampak seperti anak-anak. Merasa dibohongi, Batara Kala pun mengejar Rare Kumara. Batara Siwa kemudian mengintervensi dan menjebak Batara Kala dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan sulit sementara Rare Kumara melarikan diri ke sebuah areal di mana tengah diadakan pertunjukan wayang. Beberapa versi mengatakan Rare Kumara menyaru sebagai salah satu pemain gamelan sementara versi lain mengatakan Rare Kumara lari lebih jauh lagi. Apapun versinya, Batara Kala yang datang ke tempat itu sedang kelaparan dan kehausan sehingga menyantap semua banten (sesaji) yang disediakan Ki Dalang (yang menurut beberapa versi adalah Wisnu sendiri). Ki Dalang menuntut ganti rugi, tapi karena Batara Kala tidak mau repot dengan urusan ganti rugi, maka ia memberikan janjinya pada Ki Dalang yang hendak membawakan lakon Sapu Leger itu bahwa setiap anak yang lahir di hari yang sama dengan dirinya (Tumpek Wayang) atau anak yang kena naas akan dimangsa dirinya akan selamat jika diadakan lakon wayang Sapu Leger.
==TRIVIA==
• Senjata utama Kartikeya adalah sebuah tongkat lembing yang di daerah Tamil disebut Vel.
• Kartikeya konon lebih kuat fisiknya daripada Ganesa tapi Ganesa lebih pintar daripada Kartikeya.
• Perkawinan Devasena dengan Kartikeya adalah perkawinan politik.
REFERENSI :
Mohapatra, Saurav dkk. 2007. India Authentic: Kartikeya. Virgin Comics : Broadway NY
http://www.babadbali.com/ canangsari/bija.htm
http:// e-hindu.blogspot.com/2009/ 04/ lahirnya-betara-kala.html
http://www.boldsky.com/ yoga-spirituality/ faith-mysticism/2013/ legend-of-lord-kartikeya-mu rugan-035423.html
https:// pandejuliana.wordpress.com/ 2014/09/11/ kisah-kelahiran-kartikeya/
http://en.wikipedia.org/ wiki/Kartikeya
KARTIKEYA – DEWA PERANG
Nama lain : Skanda, Kumara, Subramanya, Swaminatha, Murugan, Subramaniyan, Dandapani, Batara Mala, Batara Rare Kumara
Arti Nama : Anak Kartika (Kartikeya), Orang Yang Selalu Muda (Kumara), Yang Cerdas (Swaminatha), Sesuatu Yang Tumpah (Skanda), Orang Yang Mempesona (Murugan), Dewa Yang Memegang Tongkat Pemukul (Dandapani), Selalu Anak-Anak (Rare Kumara)
Ras : Dewa
Kediaman : Swargaloka, Iswaraloka, Skandaloka
Senjata : Tombak lembing, busur panah, danda (tongkat pemukul),
Wahana : Merak
Peran : Dewa Perang, Panglima Komando Angkatan Perang Swargaloka.
Pasangan : Devasena dan Valli
Lawan Utama : Tarakasura
==LEGENDA==
Kartikeya, nama ini mungkin tidak akrab di telinga Fantasianers sekalian. Wajar, karena di sini saudaranya, Ganesa, lebih populer daripada Kartikeya sendiri. Selain itu di Indonesia peran Kartikeya juga minim. Kartikeya lebih populer dipuja di daerah Tamil (India Selatan) sementara kuil pemujaan Kartikeya yang paling dekat dari Indonesia sendiri adanya di Gua Batu, Malaysia. Di Indonesia sendiri Kartikeya mungkin cuma disebutkan sesekali terutama dalam legenda kelahiran Batara Kala atau sebuah ritual upacara di Bali yang disebut Mawija (atau Mabija).
Ada banyak versi kelahiran Kartikeya. Ada yang mengatakan ia adalah putra Siwa dan Parwati, ada pula yang mengatakan ia adalah putra Agni dan istrinya Swaha, ada pula yang menyebut bahwa ia adalah anak-anak dari Kartika (dalam astronomi modern disebut konstelasi Pleiades) yang disatukan. Tapi versi yang lebih banyak diterima adalah Kartikeya sebagai putra Siwa dan Parwati yang karena satu dan lain hal kemudian diasuh para Kartika.
Kelahiran Kartikeya adalah sebuah upaya perlawanan para dewa untuk mengatasi invasi seorang raja Asura bernama Tarakasura. Tarakasura dalam sebuah tapa berhasil menemui Batara Brahma dan memohon agar dianugerahi hidup abadi dan tak bisa dikalahkan siapapun juga. Brahma keberatan dengan syarat itu dan mengatakan ia tidak bisa memberikan kehidupan abadi karena suatu saat makhluk berumur panjang sekalipun pasti akan mati. Akhirnya Tarakasura mengajukan permintaan lain. Ia minta agar tak ada satupun makhluk yang bisa membunuhnya kecuali putra Batara Siwa. Batara Brahma setuju dan mulailah Tarakasura melakukan invasi terhadap kahyangan.
Tarakasura tahu benar, Batara Siwa yang baru saja kehilangan istrinya, Dewi Sati, bersumpah untuk mundur dari urusan-urusan duniawi dan bertapa di puncak Kailash yang ditutupi salju abadi. Batara Indra yang mulai melihat bahwa Tarakasura sudah dapat anugerah seperti itu akhirnya mengutus Batara Kama, dewa cinta, untuk membangunkan Siwa dengan ‘panah asmaranya’. Di saat yang sama Rsi Narada, juga menemui reinkarnasi Dewi Uma yakni Parwati untuk memanjat ke puncak Kailash dan menemui Siwa yang tengah bertapa.
Batara Kama sukses membangunkan Siwa dan membuat Siwa jatuh cinta pada Parwati namun nasibnya apes karena dia kena amuk mata ketiga Siwa sehingga hangus menjadi abu.
Pasca menikah dengan Parwati, Siwa dan Parwati memiliki anak yang kemudian diasuh oleh para Kartika. Anak ini akhirnya disebut sebagai Kartikeya karena dia dibesarkan oleh para Kartika (bidadari yang menguasai bintang-bintang pada konstelasi Plaides). Alasan pengalihan pengasuhan ini kurang jelas namun barangkali untuk menghindari ancaman pembunuhan Kartikeya oleh Tarakasura.
Setelah Kartikeya cukup umur, para Kartika mengembalikan Kartikeya pada Siwa dan Parwati lalu Kartikeya dihadapkan pada Indra. Indra kemudian mengajak dewa muda itu ke medan laga di mana di sana Indra mengarahkan Tarakasura untuk melawan Kartikeya. Karena Tarakasura bersumpah bahwa ia hanya bisa dikalahkan putra Siwa, maka ketika berhadapan dengan Kartikeya, Tarakasura pun kalah dan tewas.
Pasca mengalahkan Tarakasura, Indra menikahkan Kartikeya dengan putrinya : Devasena. Selain Devasena, Kartikeya juga menikahi seorang wanita lain yang ia pilih sendiri yakni Valli.
==HUBUNGAN DENGAN GANESA==
Kebanyakan versi mengatakan bahwa Kartikeya lahir lebih dulu daripada Ganesa karena ia juga ikut melawan Ganesa saat Ganesa bentrok dengan pasukan Siwa karena melarang Siwa masuk ke Iswaraloka. Tapi karena rupa Ganesa memang kelihatan lebih ‘tua’ daripada kakaknya yang satu ini jadi Ganesa sering dikira lebih tua. Kartikeya sendiri memiliki atribut yang sama dengan Batara Kama, dewa cinta, yakni ia selalu tampak sebagai anak remaja yang masih muda, sama sekali tidak pernah terlihat menua.
Dalam satu kisah, dua bersaudara itu didatangi oleh Rsi Narada yang menawarkan pada mereka satu buah pengetahuan yang bisa membuat mereka diakui sebagai dewa paling pintar. Syarat kemenangannya adalah mereka harus lari keliling dunia sebanyak tiga kali, siapa yang paling cepat maka dia yang dapat buahnya. Kartikeya (yang saat itu lebih akrab dipanggil Murugan) langsung berlari keliling dunia sebanyak tiga kali, tapi Ganesa malah cuma mengitari Siwa dan Parwati (yang tampaknya tengah berdiri tepat di atas sumbu bumi atau dimanifestasikan sebagai pusat dunia) tiga kali sehingga secara teoritis, Ganesa sudah mengitari bumi tiga kali. Murugan kesal sekali dengan kemenangan Ganesa tapi Ganesa kemudian malah menawari buah yang ia menangkan kepada Murugan. Sejak saat itu Ganesa pun ‘dituakan’ oleh karena lebih pintar dan lebih bijaksana.
==KARTIKEYA DI INDONESIA==
Di Indonesia Kartikeya disebut Kumara atau Mala atau Rare Kumara. Dalam mitologi Bali dan Jawa Kuno serta beberapa pakem pewayangan ia adalah putra Batara Siwa dan Batari Uma yang hari kelahirannya sama dengan Batara Kala. Batara Kala sendiri adalah raksasa yang lahir karena tumpahan air mani Batara Guru. Merasa tersaingi oleh kehadiran Rare Kumara, Batara Kala menuntut agar ia bisa memakan Rare Kumara namun Batara Siwa menghalangi niatnya dan mengatakan bahwa Batara Kala boleh memakan Rare Kumara kalau Rare Kumara sudah besar.
Tapi Batara Siwa menghentikan laju penuaan Rare Kumara sehingga ia selalu tampak seperti anak-anak. Merasa dibohongi, Batara Kala pun mengejar Rare Kumara. Batara Siwa kemudian mengintervensi dan menjebak Batara Kala dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan sulit sementara Rare Kumara melarikan diri ke sebuah areal di mana tengah diadakan pertunjukan wayang. Beberapa versi mengatakan Rare Kumara menyaru sebagai salah satu pemain gamelan sementara versi lain mengatakan Rare Kumara lari lebih jauh lagi. Apapun versinya, Batara Kala yang datang ke tempat itu sedang kelaparan dan kehausan sehingga menyantap semua banten (sesaji) yang disediakan Ki Dalang (yang menurut beberapa versi adalah Wisnu sendiri). Ki Dalang menuntut ganti rugi, tapi karena Batara Kala tidak mau repot dengan urusan ganti rugi, maka ia memberikan janjinya pada Ki Dalang yang hendak membawakan lakon Sapu Leger itu bahwa setiap anak yang lahir di hari yang sama dengan dirinya (Tumpek Wayang) atau anak yang kena naas akan dimangsa dirinya akan selamat jika diadakan lakon wayang Sapu Leger.
==TRIVIA==
• Senjata utama Kartikeya adalah sebuah tongkat lembing yang di daerah Tamil disebut Vel.
• Kartikeya konon lebih kuat fisiknya daripada Ganesa tapi Ganesa lebih pintar daripada Kartikeya.
• Perkawinan Devasena dengan Kartikeya adalah perkawinan politik.
REFERENSI :
Mohapatra, Saurav dkk. 2007. India Authentic: Kartikeya. Virgin Comics : Broadway NY
http://www.babadbali.com/
http://
http://www.boldsky.com/
https://
http://en.wikipedia.org/
Sumber artikel ini:
Le Chateau de Phantasm page di Facebook
No comments:
Post a Comment