RINGKASAN RAMAYANA DAN MAHABHARATA
AWATARA KETUJUH – RAMA AWATARA
Nama lain : Ramachandra, Ramawijaya, Sri Rama, Maryada Purushottama, Yama (Myanmar)
Arti Nama : Yang Ditinggikan (Rama), Manusia Sempurna (Maryada Purushottama)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu).
Masa Kemunculan : Treta Yuga.
Senjata : Busur Kodandam / Kokanda, Brahmastra
Pasangan : Sinta / Sita
Anak : Kusa dan Lawa
Profesi : Pangeran Kosala => Raja Kosala (Ayodhya).
Lawan Utama : Rahwana dan Kumbakarna.
Halo Fantasianers, jumpa lagi di sesi Pantheon Explorer untuk membahas lagi soal Awatara Wisnu. Semoga belum bosen ya. Hehehehe, kalau bosen silakan kasih komentar di bagian bawah post ini dan usulin mau minta Admin bahas apa . Baiklah kali ini kita akan membahas Awatara Wisnu yang ketujuh yaitu : RAMA. Rama di sini adalah protagonis dalam epos Ramayana dan merupakan Awatara Wisnu pertama yang digambarkan punya kulit kebiruan seperti kulit asli Wisnu.
==KELAHIRAN==
Ada seorang raja bernama Dasarata, penguasa wilayah Kosala, dari Dinasti Surya (dinasti yang diturunkan dari Batara Surya). Dasarata ini memiliki tiga orang permaisuri yakni : Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Dalam suatu medan laga, Dasarata terluka parah dan tiba-tiba saja permaisuri ketiganya – Kekayi – nekat maju sendirian ke medan laga dan membantu Dasarata melarikan diri dari kejaran musuh-musuhnya. Atas keberanian Kekayi itu, Dasarata bersumpah akan mengabulkan dua keinginan Kekayi tapi sampai waktu cukup lama Kekayi tidak meminta apa-apa. Kekayi pun dijanjikan bahwa jika Kosalya dan Sumitra tidak jua memiliki anak, maka putra Kekayi akan dijadikan yuwaraja – putra mahkota – oleh Dasarata.
Ternyata Kosalya dan Sumitra akhirnya hamil. Kosalya melahirkan lebih dahulu seorang putra bernama Rama, sementara Sumitra melahirkan dua putra kembar bernama Laksmana dan Satrugna. Kekayi? Dia melahirkan paling belakang. Putranya diberi nama Bharata.
==BERGURU PADA WISWAMITRA==
Saat Rama dan Laksmana beranjak remaja, ada seorang Rsi bernama Wiswamitra – salah satu dari Tujuh Sapta Rsi yang berkunjung kepada Dasarata. Wiswamitra punya reputasi buruk sebagai rsi berangasan, nyaris sejajar dengan Parasurama (Awatara Wisnu ke-6) dan Rsi Durwasa (Awatara Siwa). Tolak keinginannya maka musibah besar sudah pasti menantimu .
Dasarata bicara dengan sangat hati-hati dan mempersilakan Sang Rsi untuk meminta apa saja selama ia dapat mengabulkannya. Dasarata berpikir Rsi itu minta sumbangan atau tanah, tapi ternyata Wiswamitra justru meminta Rama dan Laksmana ikut dengannya untuk membantai beberapa raksasa pengganggu pertapaan. Dasarata sempat protes dengan permintaan Sang Rsi tapi dengan reputasinya sebagai ‘mantan raja’dan ‘keahlian diplomasinya’ (baca : reputasi kutukannya), Wiswamitra berhasil meyakinkan Dasarata untuk mempercayakan Rama dan Laksmana padanya.
Rama dan Laksmana pun dibawa ke hutan, hidup di antara para Rsi dan Wiswamitra mengajari Rama segala teknik beladiri dan penggunaan astra. Rama sendiri kemudian mengajari Laksmana segala pengetahuan yang ia dapat dari Wiswamitra (karena Laksmana agak ‘lambat’ belajarnya plus agak gampang naik darah).
Tugas sehari-hari Rama dan Laksmana adalah mengusir para raksasa yang ‘cari makan’ atau ‘main-main’ ke pertapaan para Rsi. Rama terhitung mengalahkan tiga raksasa yakni : Tataka (dibunuh), Marica (diampuni), Subahu (dibunuh). Marica dan Subahu adalah raksasa yang suka sekali melempari sesajen para Rsi dengan darah dan daging mentah, sementara Tataka suka membunuhi para Rsi.
==SAYEMBARA DI MITHILA DAN PERTEMUAN DENGAN PARASURAMA==
Beberapa saat setelah Rama dan Laksmana kembali ke istana, Wiswamitra mampir lagi dan mengajak dua muridnya itu ke Mithila karena di sana ada sayembara untuk memperebutkan Dewi Sinta, anak angkat Raja Janaka Mithila. Rama dan Laksmana pun berangkat ke Mithila.
Di Mithila, sayembara yang harus mereka lakukan adalah mengangkat sebuah busur bernama Haradhanu (Busur Siwa). Busur itu super berat. Tak ada satupun peserta yang mampu mengangkatnya, tapi Janaka sengaja memberi sayembara seperti itu karena Sinta saja – meski dia wanita – bisa mengangkat busur itu seolah-olah busur itu enteng.
Peserta lain sudah mulai ribut dan menuduh Janaka mengajukan syarat yang mustahil sampai Rama maju dan mengangkat busur itu dengan entengnya lalu merentangkan talinya. Tampaknya Rama menggunakan kekuatan yang agak berlebihan dalam menarik Haradhanu karena setelah itu Haradhanu tiba-tiba malah patah jadi dua, menimbulkan suara guntur menggelegar yang terdengar sampai pertapaan Parasurama.
Rama akhirnya mendapatkan Sinta dan Dasarata pun datang ke Mithila untuk menghadiri upacara pernikahan putranya. Saat pesta usai, rombongan dari Kosala memboyong pasangan ini pulang ke Kosala dengan didampingi Wiswamitra dan Wasistha (anggota Sapta Rsi yang lain), tapi tengah jalan mereka dicegat oleh Parasurama. Wiswamitra yang biasanya ‘sangar’ dan Wasistha yang biasanya tenang langsung gugup setengah mati dan meminta koleganya sesama Sapta Rsi itu kembali ke pertapaan, tapi Parasurama bergeming. Ia malah menantang Rama untuk merentangkanWisnudhanu (Busur Wisnu) miliknya kepada Rama. Busur ini konon tidak bisa digunakan siapapun kecuali Parasurama dan para Awatara Wisnu. Saat Rama dengan mudahnya membengkokkan busur itu, ia mengancam Parasurama, “Waisnawa ini harus mendapatkan mangsa. Apa yang Tuan (Parasurama) pilih untuk dihancurkan panah ini? Kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?”
Parasurama memilih supaya busur itu menghancurkan hasil tapanya (yang akhirnya membuat Parasurama harus mengulangi tapanya dari awal dan kekuatannya jauh berkurang di zaman para Pandawa) lalu mundur kembali ke dalam hutan untuk mengasingkan diri.
==PENGUSIRAN RAMA==
Rama dan Sinta hidup bahagia selama beberapa tahun di Ayodhya, ibukota Kosala, sampai suatu hari Dasarata yang telah menua mengemukakan rencananya kepada para permaisuri untuk mengangkat Rama sebagai Yuwaraja (putra mahkota) sekaligus pelaksana tugas harian kerajaan karena sebentar lagi ia hendak mengundurkan diri. Pada awalnya ketiga permaisurinya setuju saja. Tapi seorang dayang Kekayi yang bernama Mantara, mengemukakan pendapatnya bahwa Bharata kelak bisa saja disingkirkan oleh Rama kalau Rama menjadi raja, sebab Dasarata dulu pernah berjanji bahwa putra Kekayilah yang akan menjadi raja. Rama pasti ingat akan janji itu dan pasti akan menghabisi atau mengasingkan Bharata dan Kekayi nantinya.
Terhasut oleh kata-kata Mantara, Kekayi menggunakan dua hak istimewanya yang tidak pernah ia pakai itu. Pertama ia meminta agar bukan Rama yang menjadi Yuwaraja melainkan Bharata. Yang kedua ia meminta agar Rama dibuang ke hutan selama 14 tahun. Dasarata langsung tergoncang mendengar permintaan Kekayi tapi karena ia sudah terlanjur janji dan melanggar janji pada masa itu bisa dibilang sama saja mencoreng harga diri, maka dengan berat hati ia mengabulkan permohonan Kekayi.
Apa tanggapan rakyat Kosala? Mereka memprotes keputusan Raja. Mereka menghujat Dasarata dan Bharata, terlebih ketika Rama dan Sinta meninggalkan istana tanpa pakaian kebesaran, hanya mengenakan pakaian kulit pohon ala para pertapa. Laksmana yang paling emosi. Ia sempat minta izin Rama untuk memimpin pemberontakan kepada ayah mereka sendiri tapi Rama mencegahnya. Pada akhirnya Laksmana memilih ikut dengan Rama karena dia tidak mau ‘dekat-dekat’ dengan Bharata.
Dasarata meninggal tak lama setelah Rama pergi. Sementara itu saudara kembar Laksmana, Satrugna, memilih tinggal di Ayodhya sampai Bharata pulang dari negeri seberang. Ketika Bharata kembali, dia langsung gempar mendengar cerita Satrugna bahwa Rama telah pergi dan cerita ibunya bahwa Dasarata telah meninggal dan kini ialah yang menjadi raja. Langsung saja ia menyusul Rama ke hutan dan memintanya kembali tapi Rama menolak karena kalau ia kembali berarti ia akan mempermalukan nama ayahnya sepanjang masa (Mereka yang melanggar sumpah di masa ini, namanya akan tercoreng dan jadi bahan hujatan meski sudah mati). Bharata akhirnya menyerah dan meminta kasut Rama.
Ketika Bharata kembali ke Ayodhya, ia mengumumkan dua maklumat :
1. Dia tidak lagi mengakui wanita bernama Kekayi sebagai ibunya karena tindakan jahatnya yang mengusir Rama dengan menggunakan janji Dasarata bertahun-tahun yang lalu.
2. Bharata tidak akan memerintah Ayodhya dan seluruh Kosala sebagai raja, melainkan hanya sebagai wali raja. Raja Ayodhya dan seluruh Kosala tetaplah Rama dan kasut Rama akan ia letakkan di singgasana sebagai tanda bahwa Rama kelak akan kembali sebagai raja.
Hubungan Bharata dan Kekayi tidak pernah sama lagi setelah itu.
==PENCULIKAN SINTA OLEH RAHWANA==
Rama menghabiskan 12 tahun pengasingannya di antara para Rsi yang mengasingkan diri. Terkadang ia bertemu dengan Wiswamitra yang sekali lagi ngasih Rama dan Laksmana ‘kerjaan sambilan’ mengusir raksasa. Terkadang ada juga Rsi lain yang minta tolong langsung pada Rama untuk mengusir raksasa.
Di tahun ke 13, Rama dan Sinta kedatangan tamu. Cewek cantik yang terang-terangan menggoda Rama bernama Surpanaka. Ia hendak membunuh Sinta supaya bisa merebut Rama, tapi Laksmana yang baru kembali dari mencari kayu langsung mengusir Surpanaka. Surpanaka akhirnya kembali pada sosok semulanya yakni raksasi (raksasa wanita) dan menghajar Laksmana. Tapi Laksmana justru malah memotong dan mencederai hidung dan kuku-kuku Surpanaka lalu mengusirnya dari area tempat tinggal Rama.
Surpanaka yang sakit hati dikalahkan, mengadu pada kakaknya, yakni Kara. Kara dan pasukannya langsung menggempur rumah Rama namun Rama dan Laksmana berhasil menghabisi seluruh pasukan itu. sulunya, Rahwana, atas kelancangan Rama dan Laksmana. Rahwana langsung turun langsung ke lapangan, mengintai rumah Rama. Tapi ketika melihat sosok Sinta, dirinya langsung menginginkan wanita itu menjadi istrinya (meski dia sudah punya banyak istri sebelumnya ).
Ia kemudian menyuruh Marica mengubah dirinya menjadi kijang emas. Sinta yang melihat kijang itu langsung meminta agar Rama memburunya. Rama akhirnya meninggalkan Sinta di pondok dengan pengawasan Laksmana. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Ketika Rama memanahnya, hewan tersebut berubah kembali menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sinta menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan. Pada mulanya Laksamana menolak, namun karena Sita bersikeras (bahkan sampai menuduh Laksmana berniat merebut dirinya dari Rama), Laksmana meninggalkan Sinta. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sinta sehingga Sinta keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Rama ke hutan, Rama terkejut karena Laksmana melapor bahwa ia meninggal Sinta sendirian di dalam pondok. Ketika mereka berdua pulang, Sinta sudah tidak ada.
==LAPORAN JATAYU DAN PERTEMUAN DENGAN HANOMAN==
Dasarata pernah menjalin hubungan akrab dengan Jatayu – raja para burung Garuda. Saat Rama dalam masa pembuangan, Jatayu sering menemui Rama dan kadang mengusulkan tempat tinggal yang layak bagi Rama. Saat Rama dan Laksmana menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai, mereka menemukan tempat yang penuh ceceran darah dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir bahwa itu adalah pertempuran antar raksasa yang memperebutkan Sita, dan tak lama kemudian mereka menemukan Jatayu yang sekarat. Dari penjelasan Jatayu Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu menghembuskan napas terakhirnya. Rama dan Laksmana kemudian mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi Jatayu.
Seorang dewa bernama Kabanda menemui Rama dan Laksmana dan menyarankan mereka menemui seorang wanara bernama Sugriwa karena Sugriwa mungkin saja bisa membantu Rama menemukan Sinta.
Saat mereka memasuki daerah para wanara, mereka ditemui sesosok brahmana yang tak lain adalah Awatara Siwa, Hanoman. Ketika dua awatara Trimurti ini sudah saling mengenali, Hanoman mengantarkan Rama pada Sugriwa. Sugriwa pun berjanji akan membantu Rama menyerbu Alengka asal Rama mau membantunya mengalahkan kakaknya, Subali, guna menempatkannya di tahta Kiskenda. Rama setuju dan ketika Subali dan Sugriwa bertarung, Rama memanah Subali dari belakang dan mengakhiri riwayat Subali. Beberapa saat setelah penobatan Sugriwa, Sugriwa mengirimkan tim pencari beranggotakan Anggada (putra Subali), Hanoman, dan Jambawan untuk mencari jalur menuju Alengka.
==BERSETERU DENGAN BARUNA DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN RAMASETU==
Di tahun ke-14 pengasingannya, Hanoman dan tim pencari lainnya kembali dan menceritakan soal medan Alengka pada Subali dan Rama. Rama pun segera berangkat diiringi Laksmana para wanara Kiskenda. Ketika mereka sudah mencapai pantai yang memisahkan Kiskenda dengan Alengka, seorang raksasa bernama Wibisana datang menghadap Rama bersama dua raksasa lainnya. Ia mengaku akan berpihak pada Rama.
Lalu masalah baru menghadang. Di pasukan Rama yang bisa terbang / lompat melintasi lautan cuma :
• Anggada
• Hanoman
• Rama
• Laksmana
• Wibisana dan para pengawalnya
Yang lain tidak dan lautan terlalu deras untuk dilalui dengan berenang. Akhirnya Rama bersemedi kepada Baruna untuk memohon supaya Sang Dewa Lautan membukakan laut (baca : mengeringkan laut) bagi pasukannya. Tiga hari bersemedi, Baruna diam saja. Rama kesal dan langsung menarik busurnya dan bersiap meluncurkan Brahmastra ke lautan.
Baruna yang ketakutan akhirnya langsung muncul dan berkata bahwa dia tidak bisa mengabulkan permohonan Rama sebab lautan tidak mungkin dan tidak boleh terbelah (Hal ini menjadikan hanya Musa satu-satunya orang yang bisa membelah lautan ). Ia akhirnya menyarankan Rama membangun jembatan saja.
==MENGGEMPUR ALENGKA==
Seorang wanara bernama Nila ditunjuk menjadi mandor jembatan. Ketika jembatan itu selesai, jembatan itu diberi nama Ramasetu. Dengan jembatan itulah para wanara beranjak merangsek ke Alengka.
Alengka digempur selama berhari-hari. Dalam pertempuran ini konon Indra, sang raja kahyangan, dan Garuda, wahana Wisnu, juga turut serta. Sehari menjelang pertempuran terakhir, Rahwana memanggil adiknya Kumbakarna dan menyuruhnya maju menghadapi Rama.
Kumbakarna sebenarnya tidak setuju dengan tindakan Rahwana yang main ambil istri orang. Tapi karena menghormati kakaknya sebagai raja, ia akhirnya maju perang juga. Kumbakarna menghabisi peleton yang dipimpin Anggada dan Nila sebelum Rama menyelamatkan Anggada dan Nila dengan memanah kedua tangan Kumbakarna. Dalam keadaan tangan buntung, Kumbakarna tetap mengamuk menggunakan kakinya, Rama pun memanah kedua kaki Kumbakarna. Kumbakarna pun masih melawan dengan mengguling-gulingkan tubuhnya sampai akhirnya Rama memenggal kepala Kumbakarna.
Sepeninggal anak-anak dan saudara-saudaranya, akhirnya Rahwana sendiri maju perang di hari terakhir. Rama dan Rahwana akhirnya saling baku hantam selama berjam-jam sampai akhirnya Rama memenggal satu demi satu kepala Rahwana. Tapi setiap kepala yang terpenggal selalu tumbuh kembali. Rama mencoba menghancurkan seluruhnya secara bersamaan dan hasilnya sama saja. Kepala Rahwana tumbuh lagi.
Indra menganalisa kekuatan Rahwana lalu memberitahu Rama bahwa dahulu Rahwana pernah diberi Tirta Amerta. Meski tidak bisa menelannya, Rahwana menyimpan kendi berisi air abadi itu di dalam perutnya. Rama harus menghancurkan kendi itu kalau ingin menghabisi Rahwana. Rama pun akhirnya memanggil Brahmastra dan menghancurkan kendi berisi Tirta Amerta di dalam tubuh Rahwana. Rahwana pun tewas beberapa jam setelah itu.
==RAGU AKAN KESUCIAN SINTA==
Sinta dikurung di Alengka selama 1 tahun penuh, tapi meski raksasa, Rahwana masih tahu adat-istiadat dan tidak memperkosa Sinta. Ia mengurung Sinta di sebuah taman sampai Sinta bersedia menjadi istrinya. Tapi Rama sendiri jadi ragu akan kesucian Sinta karena itu ia mengutus Laksmana yang menjemput Sinta dari taman kurungannya.
Ketika Laksmana kembali, Rama memberinya perintah kedua yang mengejutkan. Ia minta Laksmana membuatkan tempat pembakaran diri bagi Sinta karena Rama ingin tahu apakah Sinta masih suci atau tidak.
Laksmana protes dan mengomel tapi akhirnya ia membuatkan juga tempat itu. Api dinyalakan dan setelah beberapa saat, Batara Agni keluar dari dalam api dengan membopong tubuh Sinta sambil memarahi Rama karena meragukan kesucian Sinta.
==KEMBALI KE AYODHYA==
Rama menyerahkan tahta Alengka pada Wibisana lalu memulai perjalanannya pulang kembali ke Kosala. Rama dan Sinta sendiri kembali ke Ayodhya di akhir tahun ke-14 pengasingannya. Bharat dan Kekayi menyambut mereka lalu menobatkan Rama menjadi raja Ayodhya. Rama konon memerintah selama 11.000 tahun dan memiliki dua anak kembar yakni Kusa dan Lawa. Kosala sendiri kemudian menjalin hubungan erat dengan Kiskenda, kerajaan para wanara.
==AKHIR HAYAT==
Sinta adalah putri Dewi Bumi. Suatu ketika ia menghilang ke dalam bumi, kembali ke pelukan ibunya. Rama sendiri bersama Satrugna dan Bharata kemudian pergi ke Sungai Sarayu (Serayu) dan ketiganya moksha bersama-sama, bersatu membentuk sosok Wisnu.
==TRIVIA==
• Laksmana tidak tinggal bersama Rama lagi saat akhir hayatnya. Karena pernah tanpa sengaja terpaksa melanggar peraturan saat Rama tengah berbincang dengan Batara Yama, Laksmana diasingkan dan akhirnya menjadi pertapa di akhir hayatnya. Laksmana juga akhirnya moksha dan kembali menjadi sosok naga Ananta Sesa.
• Ada Awatara Wisnu lain yang menggunakan nama ‘Rama’ yakni Parasurama. Rama pada saat itu memang menjadi nama yang sangat populer.
• Dalam kehidupan awatara berikutnya sebagai Kresna, Wisnu memiliki saudara lelaki yang juga bernama Rama, tepatnya Balarama / Baladewa.
• Setelah Rama moksha, kedua putra kembarnya memerintah secara bersama-sama.
• Dalam pewayangan Jawa, senjata yang digunakan Rama untuk mengalahkan Rama disebut Kyai Dangu dan Rahwana sebenarnya tidak langsung mati melainkan terluka dan bersembunyi di antara dua gunung yakni Sondara dan Sondari. Dua gunung itu kemudian perlahan-lahan menghimpit Rahwana dan mengurung sang raja Alengka di sana.
• Ramayana adalah kisah yang populer di Asia Tenggara, utamanya di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Laos. Sementara di Indonesia sendiri meski Ramayana populer tapi tetap kalah populer dibanding Mahabaratha.
• Raja-raja Thailand di era modern memakai nama ‘Rama’ sebagai gelar mereka saat bertahta. Raja Thailand saat ini bergelar Rama IX.
• Komikus Indonesia,Is Yuniarto , mengadaptasi kisah Ramayana dalam komik berjudul ‘Grand Legend Ramayana’. Dalam versi ini, senjata Rama bukan Kodandam melainkan Agniastra.
Nama lain : Ramachandra, Ramawijaya, Sri Rama, Maryada Purushottama, Yama (Myanmar)
Arti Nama : Yang Ditinggikan (Rama), Manusia Sempurna (Maryada Purushottama)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu).
Masa Kemunculan : Treta Yuga.
Senjata : Busur Kodandam / Kokanda, Brahmastra
Pasangan : Sinta / Sita
Anak : Kusa dan Lawa
Profesi : Pangeran Kosala => Raja Kosala (Ayodhya).
Lawan Utama : Rahwana dan Kumbakarna.
Halo Fantasianers, jumpa lagi di sesi Pantheon Explorer untuk membahas lagi soal Awatara Wisnu. Semoga belum bosen ya. Hehehehe, kalau bosen silakan kasih komentar di bagian bawah post ini dan usulin mau minta Admin bahas apa . Baiklah kali ini kita akan membahas Awatara Wisnu yang ketujuh yaitu : RAMA. Rama di sini adalah protagonis dalam epos Ramayana dan merupakan Awatara Wisnu pertama yang digambarkan punya kulit kebiruan seperti kulit asli Wisnu.
==KELAHIRAN==
Ada seorang raja bernama Dasarata, penguasa wilayah Kosala, dari Dinasti Surya (dinasti yang diturunkan dari Batara Surya). Dasarata ini memiliki tiga orang permaisuri yakni : Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Dalam suatu medan laga, Dasarata terluka parah dan tiba-tiba saja permaisuri ketiganya – Kekayi – nekat maju sendirian ke medan laga dan membantu Dasarata melarikan diri dari kejaran musuh-musuhnya. Atas keberanian Kekayi itu, Dasarata bersumpah akan mengabulkan dua keinginan Kekayi tapi sampai waktu cukup lama Kekayi tidak meminta apa-apa. Kekayi pun dijanjikan bahwa jika Kosalya dan Sumitra tidak jua memiliki anak, maka putra Kekayi akan dijadikan yuwaraja – putra mahkota – oleh Dasarata.
Ternyata Kosalya dan Sumitra akhirnya hamil. Kosalya melahirkan lebih dahulu seorang putra bernama Rama, sementara Sumitra melahirkan dua putra kembar bernama Laksmana dan Satrugna. Kekayi? Dia melahirkan paling belakang. Putranya diberi nama Bharata.
==BERGURU PADA WISWAMITRA==
Saat Rama dan Laksmana beranjak remaja, ada seorang Rsi bernama Wiswamitra – salah satu dari Tujuh Sapta Rsi yang berkunjung kepada Dasarata. Wiswamitra punya reputasi buruk sebagai rsi berangasan, nyaris sejajar dengan Parasurama (Awatara Wisnu ke-6) dan Rsi Durwasa (Awatara Siwa). Tolak keinginannya maka musibah besar sudah pasti menantimu .
Dasarata bicara dengan sangat hati-hati dan mempersilakan Sang Rsi untuk meminta apa saja selama ia dapat mengabulkannya. Dasarata berpikir Rsi itu minta sumbangan atau tanah, tapi ternyata Wiswamitra justru meminta Rama dan Laksmana ikut dengannya untuk membantai beberapa raksasa pengganggu pertapaan. Dasarata sempat protes dengan permintaan Sang Rsi tapi dengan reputasinya sebagai ‘mantan raja’dan ‘keahlian diplomasinya’ (baca : reputasi kutukannya), Wiswamitra berhasil meyakinkan Dasarata untuk mempercayakan Rama dan Laksmana padanya.
Rama dan Laksmana pun dibawa ke hutan, hidup di antara para Rsi dan Wiswamitra mengajari Rama segala teknik beladiri dan penggunaan astra. Rama sendiri kemudian mengajari Laksmana segala pengetahuan yang ia dapat dari Wiswamitra (karena Laksmana agak ‘lambat’ belajarnya plus agak gampang naik darah).
Tugas sehari-hari Rama dan Laksmana adalah mengusir para raksasa yang ‘cari makan’ atau ‘main-main’ ke pertapaan para Rsi. Rama terhitung mengalahkan tiga raksasa yakni : Tataka (dibunuh), Marica (diampuni), Subahu (dibunuh). Marica dan Subahu adalah raksasa yang suka sekali melempari sesajen para Rsi dengan darah dan daging mentah, sementara Tataka suka membunuhi para Rsi.
==SAYEMBARA DI MITHILA DAN PERTEMUAN DENGAN PARASURAMA==
Beberapa saat setelah Rama dan Laksmana kembali ke istana, Wiswamitra mampir lagi dan mengajak dua muridnya itu ke Mithila karena di sana ada sayembara untuk memperebutkan Dewi Sinta, anak angkat Raja Janaka Mithila. Rama dan Laksmana pun berangkat ke Mithila.
Di Mithila, sayembara yang harus mereka lakukan adalah mengangkat sebuah busur bernama Haradhanu (Busur Siwa). Busur itu super berat. Tak ada satupun peserta yang mampu mengangkatnya, tapi Janaka sengaja memberi sayembara seperti itu karena Sinta saja – meski dia wanita – bisa mengangkat busur itu seolah-olah busur itu enteng.
Peserta lain sudah mulai ribut dan menuduh Janaka mengajukan syarat yang mustahil sampai Rama maju dan mengangkat busur itu dengan entengnya lalu merentangkan talinya. Tampaknya Rama menggunakan kekuatan yang agak berlebihan dalam menarik Haradhanu karena setelah itu Haradhanu tiba-tiba malah patah jadi dua, menimbulkan suara guntur menggelegar yang terdengar sampai pertapaan Parasurama.
Rama akhirnya mendapatkan Sinta dan Dasarata pun datang ke Mithila untuk menghadiri upacara pernikahan putranya. Saat pesta usai, rombongan dari Kosala memboyong pasangan ini pulang ke Kosala dengan didampingi Wiswamitra dan Wasistha (anggota Sapta Rsi yang lain), tapi tengah jalan mereka dicegat oleh Parasurama. Wiswamitra yang biasanya ‘sangar’ dan Wasistha yang biasanya tenang langsung gugup setengah mati dan meminta koleganya sesama Sapta Rsi itu kembali ke pertapaan, tapi Parasurama bergeming. Ia malah menantang Rama untuk merentangkanWisnudhanu (Busur Wisnu) miliknya kepada Rama. Busur ini konon tidak bisa digunakan siapapun kecuali Parasurama dan para Awatara Wisnu. Saat Rama dengan mudahnya membengkokkan busur itu, ia mengancam Parasurama, “Waisnawa ini harus mendapatkan mangsa. Apa yang Tuan (Parasurama) pilih untuk dihancurkan panah ini? Kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?”
Parasurama memilih supaya busur itu menghancurkan hasil tapanya (yang akhirnya membuat Parasurama harus mengulangi tapanya dari awal dan kekuatannya jauh berkurang di zaman para Pandawa) lalu mundur kembali ke dalam hutan untuk mengasingkan diri.
==PENGUSIRAN RAMA==
Rama dan Sinta hidup bahagia selama beberapa tahun di Ayodhya, ibukota Kosala, sampai suatu hari Dasarata yang telah menua mengemukakan rencananya kepada para permaisuri untuk mengangkat Rama sebagai Yuwaraja (putra mahkota) sekaligus pelaksana tugas harian kerajaan karena sebentar lagi ia hendak mengundurkan diri. Pada awalnya ketiga permaisurinya setuju saja. Tapi seorang dayang Kekayi yang bernama Mantara, mengemukakan pendapatnya bahwa Bharata kelak bisa saja disingkirkan oleh Rama kalau Rama menjadi raja, sebab Dasarata dulu pernah berjanji bahwa putra Kekayilah yang akan menjadi raja. Rama pasti ingat akan janji itu dan pasti akan menghabisi atau mengasingkan Bharata dan Kekayi nantinya.
Terhasut oleh kata-kata Mantara, Kekayi menggunakan dua hak istimewanya yang tidak pernah ia pakai itu. Pertama ia meminta agar bukan Rama yang menjadi Yuwaraja melainkan Bharata. Yang kedua ia meminta agar Rama dibuang ke hutan selama 14 tahun. Dasarata langsung tergoncang mendengar permintaan Kekayi tapi karena ia sudah terlanjur janji dan melanggar janji pada masa itu bisa dibilang sama saja mencoreng harga diri, maka dengan berat hati ia mengabulkan permohonan Kekayi.
Apa tanggapan rakyat Kosala? Mereka memprotes keputusan Raja. Mereka menghujat Dasarata dan Bharata, terlebih ketika Rama dan Sinta meninggalkan istana tanpa pakaian kebesaran, hanya mengenakan pakaian kulit pohon ala para pertapa. Laksmana yang paling emosi. Ia sempat minta izin Rama untuk memimpin pemberontakan kepada ayah mereka sendiri tapi Rama mencegahnya. Pada akhirnya Laksmana memilih ikut dengan Rama karena dia tidak mau ‘dekat-dekat’ dengan Bharata.
Dasarata meninggal tak lama setelah Rama pergi. Sementara itu saudara kembar Laksmana, Satrugna, memilih tinggal di Ayodhya sampai Bharata pulang dari negeri seberang. Ketika Bharata kembali, dia langsung gempar mendengar cerita Satrugna bahwa Rama telah pergi dan cerita ibunya bahwa Dasarata telah meninggal dan kini ialah yang menjadi raja. Langsung saja ia menyusul Rama ke hutan dan memintanya kembali tapi Rama menolak karena kalau ia kembali berarti ia akan mempermalukan nama ayahnya sepanjang masa (Mereka yang melanggar sumpah di masa ini, namanya akan tercoreng dan jadi bahan hujatan meski sudah mati). Bharata akhirnya menyerah dan meminta kasut Rama.
Ketika Bharata kembali ke Ayodhya, ia mengumumkan dua maklumat :
1. Dia tidak lagi mengakui wanita bernama Kekayi sebagai ibunya karena tindakan jahatnya yang mengusir Rama dengan menggunakan janji Dasarata bertahun-tahun yang lalu.
2. Bharata tidak akan memerintah Ayodhya dan seluruh Kosala sebagai raja, melainkan hanya sebagai wali raja. Raja Ayodhya dan seluruh Kosala tetaplah Rama dan kasut Rama akan ia letakkan di singgasana sebagai tanda bahwa Rama kelak akan kembali sebagai raja.
Hubungan Bharata dan Kekayi tidak pernah sama lagi setelah itu.
==PENCULIKAN SINTA OLEH RAHWANA==
Rama menghabiskan 12 tahun pengasingannya di antara para Rsi yang mengasingkan diri. Terkadang ia bertemu dengan Wiswamitra yang sekali lagi ngasih Rama dan Laksmana ‘kerjaan sambilan’ mengusir raksasa. Terkadang ada juga Rsi lain yang minta tolong langsung pada Rama untuk mengusir raksasa.
Di tahun ke 13, Rama dan Sinta kedatangan tamu. Cewek cantik yang terang-terangan menggoda Rama bernama Surpanaka. Ia hendak membunuh Sinta supaya bisa merebut Rama, tapi Laksmana yang baru kembali dari mencari kayu langsung mengusir Surpanaka. Surpanaka akhirnya kembali pada sosok semulanya yakni raksasi (raksasa wanita) dan menghajar Laksmana. Tapi Laksmana justru malah memotong dan mencederai hidung dan kuku-kuku Surpanaka lalu mengusirnya dari area tempat tinggal Rama.
Surpanaka yang sakit hati dikalahkan, mengadu pada kakaknya, yakni Kara. Kara dan pasukannya langsung menggempur rumah Rama namun Rama dan Laksmana berhasil menghabisi seluruh pasukan itu. sulunya, Rahwana, atas kelancangan Rama dan Laksmana. Rahwana langsung turun langsung ke lapangan, mengintai rumah Rama. Tapi ketika melihat sosok Sinta, dirinya langsung menginginkan wanita itu menjadi istrinya (meski dia sudah punya banyak istri sebelumnya ).
Ia kemudian menyuruh Marica mengubah dirinya menjadi kijang emas. Sinta yang melihat kijang itu langsung meminta agar Rama memburunya. Rama akhirnya meninggalkan Sinta di pondok dengan pengawasan Laksmana. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Ketika Rama memanahnya, hewan tersebut berubah kembali menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sinta menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan. Pada mulanya Laksamana menolak, namun karena Sita bersikeras (bahkan sampai menuduh Laksmana berniat merebut dirinya dari Rama), Laksmana meninggalkan Sinta. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sinta sehingga Sinta keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Rama ke hutan, Rama terkejut karena Laksmana melapor bahwa ia meninggal Sinta sendirian di dalam pondok. Ketika mereka berdua pulang, Sinta sudah tidak ada.
==LAPORAN JATAYU DAN PERTEMUAN DENGAN HANOMAN==
Dasarata pernah menjalin hubungan akrab dengan Jatayu – raja para burung Garuda. Saat Rama dalam masa pembuangan, Jatayu sering menemui Rama dan kadang mengusulkan tempat tinggal yang layak bagi Rama. Saat Rama dan Laksmana menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai, mereka menemukan tempat yang penuh ceceran darah dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir bahwa itu adalah pertempuran antar raksasa yang memperebutkan Sita, dan tak lama kemudian mereka menemukan Jatayu yang sekarat. Dari penjelasan Jatayu Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu menghembuskan napas terakhirnya. Rama dan Laksmana kemudian mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi Jatayu.
Seorang dewa bernama Kabanda menemui Rama dan Laksmana dan menyarankan mereka menemui seorang wanara bernama Sugriwa karena Sugriwa mungkin saja bisa membantu Rama menemukan Sinta.
Saat mereka memasuki daerah para wanara, mereka ditemui sesosok brahmana yang tak lain adalah Awatara Siwa, Hanoman. Ketika dua awatara Trimurti ini sudah saling mengenali, Hanoman mengantarkan Rama pada Sugriwa. Sugriwa pun berjanji akan membantu Rama menyerbu Alengka asal Rama mau membantunya mengalahkan kakaknya, Subali, guna menempatkannya di tahta Kiskenda. Rama setuju dan ketika Subali dan Sugriwa bertarung, Rama memanah Subali dari belakang dan mengakhiri riwayat Subali. Beberapa saat setelah penobatan Sugriwa, Sugriwa mengirimkan tim pencari beranggotakan Anggada (putra Subali), Hanoman, dan Jambawan untuk mencari jalur menuju Alengka.
==BERSETERU DENGAN BARUNA DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN RAMASETU==
Di tahun ke-14 pengasingannya, Hanoman dan tim pencari lainnya kembali dan menceritakan soal medan Alengka pada Subali dan Rama. Rama pun segera berangkat diiringi Laksmana para wanara Kiskenda. Ketika mereka sudah mencapai pantai yang memisahkan Kiskenda dengan Alengka, seorang raksasa bernama Wibisana datang menghadap Rama bersama dua raksasa lainnya. Ia mengaku akan berpihak pada Rama.
Lalu masalah baru menghadang. Di pasukan Rama yang bisa terbang / lompat melintasi lautan cuma :
• Anggada
• Hanoman
• Rama
• Laksmana
• Wibisana dan para pengawalnya
Yang lain tidak dan lautan terlalu deras untuk dilalui dengan berenang. Akhirnya Rama bersemedi kepada Baruna untuk memohon supaya Sang Dewa Lautan membukakan laut (baca : mengeringkan laut) bagi pasukannya. Tiga hari bersemedi, Baruna diam saja. Rama kesal dan langsung menarik busurnya dan bersiap meluncurkan Brahmastra ke lautan.
Baruna yang ketakutan akhirnya langsung muncul dan berkata bahwa dia tidak bisa mengabulkan permohonan Rama sebab lautan tidak mungkin dan tidak boleh terbelah (Hal ini menjadikan hanya Musa satu-satunya orang yang bisa membelah lautan ). Ia akhirnya menyarankan Rama membangun jembatan saja.
==MENGGEMPUR ALENGKA==
Seorang wanara bernama Nila ditunjuk menjadi mandor jembatan. Ketika jembatan itu selesai, jembatan itu diberi nama Ramasetu. Dengan jembatan itulah para wanara beranjak merangsek ke Alengka.
Alengka digempur selama berhari-hari. Dalam pertempuran ini konon Indra, sang raja kahyangan, dan Garuda, wahana Wisnu, juga turut serta. Sehari menjelang pertempuran terakhir, Rahwana memanggil adiknya Kumbakarna dan menyuruhnya maju menghadapi Rama.
Kumbakarna sebenarnya tidak setuju dengan tindakan Rahwana yang main ambil istri orang. Tapi karena menghormati kakaknya sebagai raja, ia akhirnya maju perang juga. Kumbakarna menghabisi peleton yang dipimpin Anggada dan Nila sebelum Rama menyelamatkan Anggada dan Nila dengan memanah kedua tangan Kumbakarna. Dalam keadaan tangan buntung, Kumbakarna tetap mengamuk menggunakan kakinya, Rama pun memanah kedua kaki Kumbakarna. Kumbakarna pun masih melawan dengan mengguling-gulingkan tubuhnya sampai akhirnya Rama memenggal kepala Kumbakarna.
Sepeninggal anak-anak dan saudara-saudaranya, akhirnya Rahwana sendiri maju perang di hari terakhir. Rama dan Rahwana akhirnya saling baku hantam selama berjam-jam sampai akhirnya Rama memenggal satu demi satu kepala Rahwana. Tapi setiap kepala yang terpenggal selalu tumbuh kembali. Rama mencoba menghancurkan seluruhnya secara bersamaan dan hasilnya sama saja. Kepala Rahwana tumbuh lagi.
Indra menganalisa kekuatan Rahwana lalu memberitahu Rama bahwa dahulu Rahwana pernah diberi Tirta Amerta. Meski tidak bisa menelannya, Rahwana menyimpan kendi berisi air abadi itu di dalam perutnya. Rama harus menghancurkan kendi itu kalau ingin menghabisi Rahwana. Rama pun akhirnya memanggil Brahmastra dan menghancurkan kendi berisi Tirta Amerta di dalam tubuh Rahwana. Rahwana pun tewas beberapa jam setelah itu.
==RAGU AKAN KESUCIAN SINTA==
Sinta dikurung di Alengka selama 1 tahun penuh, tapi meski raksasa, Rahwana masih tahu adat-istiadat dan tidak memperkosa Sinta. Ia mengurung Sinta di sebuah taman sampai Sinta bersedia menjadi istrinya. Tapi Rama sendiri jadi ragu akan kesucian Sinta karena itu ia mengutus Laksmana yang menjemput Sinta dari taman kurungannya.
Ketika Laksmana kembali, Rama memberinya perintah kedua yang mengejutkan. Ia minta Laksmana membuatkan tempat pembakaran diri bagi Sinta karena Rama ingin tahu apakah Sinta masih suci atau tidak.
Laksmana protes dan mengomel tapi akhirnya ia membuatkan juga tempat itu. Api dinyalakan dan setelah beberapa saat, Batara Agni keluar dari dalam api dengan membopong tubuh Sinta sambil memarahi Rama karena meragukan kesucian Sinta.
==KEMBALI KE AYODHYA==
Rama menyerahkan tahta Alengka pada Wibisana lalu memulai perjalanannya pulang kembali ke Kosala. Rama dan Sinta sendiri kembali ke Ayodhya di akhir tahun ke-14 pengasingannya. Bharat dan Kekayi menyambut mereka lalu menobatkan Rama menjadi raja Ayodhya. Rama konon memerintah selama 11.000 tahun dan memiliki dua anak kembar yakni Kusa dan Lawa. Kosala sendiri kemudian menjalin hubungan erat dengan Kiskenda, kerajaan para wanara.
==AKHIR HAYAT==
Sinta adalah putri Dewi Bumi. Suatu ketika ia menghilang ke dalam bumi, kembali ke pelukan ibunya. Rama sendiri bersama Satrugna dan Bharata kemudian pergi ke Sungai Sarayu (Serayu) dan ketiganya moksha bersama-sama, bersatu membentuk sosok Wisnu.
==TRIVIA==
• Laksmana tidak tinggal bersama Rama lagi saat akhir hayatnya. Karena pernah tanpa sengaja terpaksa melanggar peraturan saat Rama tengah berbincang dengan Batara Yama, Laksmana diasingkan dan akhirnya menjadi pertapa di akhir hayatnya. Laksmana juga akhirnya moksha dan kembali menjadi sosok naga Ananta Sesa.
• Ada Awatara Wisnu lain yang menggunakan nama ‘Rama’ yakni Parasurama. Rama pada saat itu memang menjadi nama yang sangat populer.
• Dalam kehidupan awatara berikutnya sebagai Kresna, Wisnu memiliki saudara lelaki yang juga bernama Rama, tepatnya Balarama / Baladewa.
• Setelah Rama moksha, kedua putra kembarnya memerintah secara bersama-sama.
• Dalam pewayangan Jawa, senjata yang digunakan Rama untuk mengalahkan Rama disebut Kyai Dangu dan Rahwana sebenarnya tidak langsung mati melainkan terluka dan bersembunyi di antara dua gunung yakni Sondara dan Sondari. Dua gunung itu kemudian perlahan-lahan menghimpit Rahwana dan mengurung sang raja Alengka di sana.
• Ramayana adalah kisah yang populer di Asia Tenggara, utamanya di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Laos. Sementara di Indonesia sendiri meski Ramayana populer tapi tetap kalah populer dibanding Mahabaratha.
• Raja-raja Thailand di era modern memakai nama ‘Rama’ sebagai gelar mereka saat bertahta. Raja Thailand saat ini bergelar Rama IX.
• Komikus Indonesia,Is Yuniarto , mengadaptasi kisah Ramayana dalam komik berjudul ‘Grand Legend Ramayana’. Dalam versi ini, senjata Rama bukan Kodandam melainkan Agniastra.
AWATARA KEDELAPAN – KRESNA AWATARA
Nama lain : Sri Kresna, Krisna, Krishna, Govinda, Maha Awatara, Achala, Dwarakadish, Jagannatha.
Arti Nama : Hitam / Gelap / Biru Tua (Kresna), Penggembala Sapi (Govinda), Yang Tak Pernah Gagal (Achala), Raja Dwaraka (Dwarakadish), Penguasa Segala Tempat (Jagannatha)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu), Kaum Yadu
Masa Kemunculan : Dwapara Yuga (Zaman Ketiga).
Senjata : Cakra Sudarsana
Pasangan : Radha, Rukmini, Satyabama, Jambawati, dan 16.104 istri lainnya
Anak : Pradyumna, Samba, Narakasura, dan masih banyak lagi.
Profesi : Gembala Sapi => Pangeran Mathura => Raja Dwaraka, Penasehat Perang Pandawa
Lawan Utama : Indra, Kaliya, Kangsa (Kamsa), Sisupala, Seratus Perkasa Keturunan Wangsa Kuru (Kurawa).
==========================================
“Apapun yang dilakukan orang besar akan diikuti masyarakatnya. Teladan apapun yang ia berikan akan ditiru seluruh dunia.”
-Kresna-
Halo Fantasianers, kita ketemu lagi di sesi Pantheon Explorer. Setelah kemarin kita sempat maju sebentar untuk membahas Kashyapa, kali ini kita akan membahas kembali mengenai Awatara Wisnu. Kali ini kita akan membahas Kresna Awatara, awatara Wisnu yang paling populer dan *uhuk* satu-satunya awatara Wisnu yang melakukan poligami sampai tahap ekstrem . Kebanyakan dari kita hanya tahu peran Kresna saat dia sudah menjadi raja dan diminta para Pandawa untuk menjadi penasehat perang mereka, tapi peran Kresna di zaman Dwapara Yuga jauh lebih besar daripada yang sering kita dengar.
Kresna sendiri adalah Awatara Wisnu yang paling ‘usil’, humoris, tapi juga punya kemampuan berpolitik yang handal. Ia bijak sekaligus licik, ramah sekaligus berbahaya, sederhana namun juga kompleks. Kresna juga memiliki semua ingatannya sebagai awatara-awatara yang terdahulu, berbeda saat ia menjelma sebagai Rama atau Buddha.
==KELAHIRAN==
Menurut kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan astronomi Hindu, hari kelahiran Kresna yang dikenal sebagai Janmashtami, jatuh pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.
Ada sebuah kerajaan bernama Mathura. Kerajaan ini dikuasai oleh seorang Raja bernama Surasena. Tapi suatu ketika sang putra mahkota bernama Kamsa memberontak dan menggulingkan Surasena, lalu memenjarakan sang raja, ayahnya sendiri, di penjara. Lalu Kamsa mendengar bahwa seorang putra Dewaki – istri adiknya Basudewa – kelak akan membunuhnya. Ia berniat membunuh Dewaki, namun suaminya – Basudewa – mencegahnya. Basudewa kemudian berjanji bahwa mereka bersedia dikurung dan akan menyerahkan setiap putra mereka yang baru lahir untuk dibunuh.
Setelah enam putranya terbunuh, Dewaki dan Basudewa kemudian melakukan tapa, dan janin putra ketujuh mereka dipindah secara gaib ke tempat lain, yakni ke rahim Rohini – istri lain Basudewa. Putra ketujuhnya ini kelak akan dinamai Baladewa. Ketika putra kedelapan mereka lahir, Basudewa menyelinap keluar dari penjara dan menitipkan putra kedelapannya ini kepada Nanda dan Yasoda, sahabatnya di Vrindavan. Putra kedelapannya ini dinamai Kresna.
==MASA KANAK-KANAK==
“Kalian lihat bukit itu? Bukit Govardhana itu? Dari situlah hujan turun. Pujalah bukit itu daripada memuja Indra, niscaya desa kita akan tetap mendapatkan hujan. Sebab rejeki seseorang tidak diatur oleh dewa-dewa melainkan oleh karma orang itu dalam hidupnya.”
-Kresna-
Di Vrindavan Kresna tidak sendirian, kakaknya Baladewa (atau Balarama) juga turut tinggal di sana, pasca lahir via rahim Rohini. Duo Kresna – Baladewa ini sering ‘buat ulah’ di Vrindavan, misalnya menggoda gadis-gadis sebaya mereka, mencuri mentega (Vrindavan adalah bukit tempat menggembalakan sapi sehingga kaum wanitanya sering membuat mentega dari susu sapi), dan ulah ‘aneh-aneh’ lainnya.
Tapi di balik semua ulahnya itu, ia dan Baladewa juga berperan sebagai pelindung penggembala sapi di Vrindavan. Ia dan Baladewa mengalahkan Asura Putana dan Trinavarta yang dikirim Kangsa ke Vrindavan untuk membunuh Kresna. Ia juga menjinakkan Naga Kaliya yang sehari-hari tinggal di Sungai Yamuna dan hobi mengeluarkan racun sehingga sapi dan penduduk yang minum air Sungai Yamuna menjadi mati keracunan. Kaliya sendiri tidak bisa dijangkau oleh Garuda (yang tugas kesehariannya adalah mengawasi para naga) karena ada Rsi yang memasang ‘lingkaran pelindung’ di seputaran Vrindavan supaya Garuda tidak bisa masuk.
Pada masa ini sendiri pemujaan dewa-dewa Veda (terutama pada Aditya, terlebih lagi pada Indra) sangat intens. Sebuah desa bisa saja menggunakan seluruh harta dan hasil panen mereka selama setahun hanya untuk upacara tahunan kepada Indra supaya raja dewa itu mau menurunkan hujan. Kresna tidak setuju dengan cara pemujaan (yagya) seperti itu. Ia mendebat para penduduk desa dan mengatakan bahwa Indra dan dewa-dewa lainnya tidak perlu persembahan yang sebegitu besar dan mewah. Akan jauh lebih baik para penduduk itu menggunakan semua sarana persembahan itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka (karena mereka sendiri sebenarnya berkekurangan) daripada memberikan semuanya kepada Indra. Ketika penduduk masih keras kepala, Kresna menunjuk sebuah bukit bernama Govardhana, tempat awan hujan biasanya muncul dan menyuruh penduduk memuja bukit Govardhana saja daripada memuja Indra
Indra langsung marah begitu tahu bahwa tahun ini penduduk Vrindavan tidak melakukan upacara persembahan hanya karena hasutan seorang bocah bernama Kresna. Ia langsung menurunkan hujan badai ke Vrindavan tapi Kresna dengan santainya malah mengangkat bukit Govardhana dan menyuruh semua penduduk Vrindavan masuk ke kolong bukit yang dia angkat itu. Hujan badai itu berlangsung selama tujuh hari lebih dan pada hari ketujuh Indra dibuat terbengong-bengong karena ada seorang Rsi bernama Agatsya yang minum seluruh air hujan yang ia turunkan ke Vrindavan. Indra juga dibuat bengong melihat masyarakat Vrindavan yang keluar dari kolong bukit tanpa kurang suatu apapun. Pada akhirnya Indra mundur kembali ke kahyangan dan tidak pernah lagi mengusik penduduk Vrindavan. Dan mulai saat itulah pemujaan terhadap Aditya mulai beralih kepada para Trimurti.
Di Vrindavan ini pulalah, Kresna mendapatkan istri pertamanya yakni Radha, seorang putri penggembala.
==MENGALAHKAN KAMSA==
Kekuatan Kresna yang di luar nalar manusia, membuat para tetua Vrindavan menanyai ayah angkatnya yakni Nanda tentang identitas sejati Kresna. Pada awalnya Nanda berkelit dan mengatakan bahwa Kresna hanya anak yang kebetulan lahir di ‘waktu yang tepat’ guna membawa kejayaan pada penduduk Vrindavan. Tapi seiring bertumbuhnya Kresna, Kamsa yang sudah ‘bosan’ prajuritnya tidak pernah kembali setelah bertemu Kresna mengundang Kresna dan Baladewa ke Mathura.
Di sana dua bersaudara itu ditantang ikut dalam pertandingan gulat. Kresna dan Baladewa mengalahkan para pegulat Kamsa lalu menantang sang raja sendiri untuk adu otot di ring. Kamsa sendiri akhirnya tewas di tangan Kresna.
Kresna kemudian memaklumkan pada rakyat Mathura bahwa Ugrasena – kakeknya kembali menjadi raja Mathura. Ugrasena sendiri kemudian mengangkat Kresna dan Baladewa menjadi pangeran Mathura di mana Kresna menjadi ketua dewan penasihat raja sekaligus yuwaraja (putra mahkota). Baladewa sendiri tidak terlalu berminat menjadi raja.
Ada satu versi yang mengatakan bahwa Kresna tidak lama berada di Mathura karena serangan musuh Mathura bernama Jarasanda dengan dibantu Kalayawana. Para Yadawa pun diungsikan ke daerah pantai bernama Dwaraka di mana wilayah itu kemudian diklaim sebagai wilayah Kresna. Kresna sendiri maju sendirian menantang Kalayawana tapi malah kemudian pura-pura kabur ke sebuah gua. Kalayawana kemudian ikut masuk dan di sana ia melihat seorang pria tengah tidur di lantai gua. Mengira pria itu adalah Kresna, ia menendang orang itu kuat-kuat sampai orang itu terjungkal. Salah besar! Alih-alih Kresna, ia justru menendang mantan panglima kahyangan bernama Mucukunda yang sedang tidur panjang (hibernasi). Marah karena ada asura kurang ajar yang mengganggu tidurnya, Mucukunda menatap Kalyawana dengan dua matanya dan terbakarlah Kalayawana menjadi setumpuk abu.
Tapi Kresna tidak bisa langsung mengalahkan Jarasanda. Ia baru bisa mengalahkan Jarasanda sesudah meminta bantuan dari anak-anak Kunti.
==BERTEMU PARA PANDAWA==
Dalam suatu peristiwa, Kresna dan Baladewa bertemu Kunti, adik ayah mereka – Basudewa – dan berkenalan dengan Pandawa. Pertemuan ini konon terjadi pasca Bale Sigolo-golo (rumah damar yang dibakar oleh suruhan Kurawa supaya Pandawa tewas). Kresna dan Baladewa sempat menampung Kunti dan Pandawa untuk beberapa saat sebelum Kresna meminta bantuan pada Bima dan Arjuna untuk membantunya mengalahkan Jarasanda (Yudhistira tidak ikut karena tidak bisa diandalkan ).
Kresna, Arjuna, dan Bima kemudian menyaru sebagai brahmana dan masuk ke istana Jarasanda. Menurut adat-istiadat pada masa itu, seorang raja harus memenuhi permintaan para brahmana untuk mendapatkan berkat dari para brahmana (sebab jika tidak memberi berkat, brahmana pasti menaruh kutuk ). Kresna mengatakan bahwa sang raja wajib menantang salah satu dari 3 brahmana ini. Jarasanda pun pikir-pikir dan akhirnya memilih Bima sebagai lawan tandingnya.
Bima dan Jarasanda bertarung selama 27 hari. Kresna mengobservasi pertarungan Bima dan Jarasanda lalu di hari ke 27, ia mengambil sehelai daun dan merobeknya menjadi dua bagian lalu melemparkannnya ke arah yang berlawanan. Bima paham apa maksud Kresna, ia pun menarik kaki Jarasanda, menariknya ke dua arah yang berbeda sampai tubuh Jarasanda robek jadi dua bagian lalu melemparnya ke arah yang berlawanan.
Mathura pun bebas, namun Kresna terlanjur senang menjadi raja di Dwaraka sehingga tahta Mathura ia berikan pada Baladewa.
==16.100 ISTRI KRESNA ==
Ada seorang raja bernama Narakasura yang wataknya kurang lebih sama seperti Jarasanda – suka menginvasi negeri lain. Indra sempat mencoba menghentikan raja ini tapi gagal, karena itu Indra kembali menemui bocah yang dulu sempat mempermalukannya di Vrindavan dan mengatakan bahwa ada raja ‘tukang cari masalah’ yang perlu dihentikan.
Kresna dan angkatan perangnya pun menggempur kerajaan milik Narakasura dan setelah menaklukkan kota itu, para prajuritnya mendapati ada 16.100 wanita yang menjadi tawanan di penjara Narakasura. 16.100 wanita ini dalam adat masa itu sudah tidak punya pilihan apa-apa selain :
• Bakar diri
• Mengasingkan diri ke dalam hutan.
Sebab wanita yang sudah pernah menjadi tawanan akan ditolak masyarakat, dianggap ternoda dan tak lagi suci, para pria pun tak ada yang mau menikahi mereka. Kresna pun mengambil solusi instan bagi 16.100 wanita ini, yakni menjadikan mereka semua gundiknya , supaya mereka masih punya harga diri untuk tampil di masyarakat.
Kresna sendiri saat itu sudah memiliki dua permaisuri yakni Radha dan Rukmini, dan enam istri lainnya (enam istri ini adalah hasil dari perkawinan politik atau putri brahmana).
==RAJASUYA==
Pandawa saat itu bertahta di Indraprastha. Pada saat itu Dwaraka – Indraprastha – Mathura adalah trio kerajaan paling kuat dan makmur, sejajar dengan Hastina sebenarnya. Di masa itu ada sebuah adat yang menyatakan bahwa raja yang telah mencapai derajat kemakmuran tertinggi dibandingkan raja-raja lain sebaiknya mengadakan sebuah upacara bernama Rajasuya. Rajasuya sendiri adalah upacara yang memakan banyaaak sekali biaya. Sebab upacara ini mengharuskan seorang raja membuat gunungan permata dan memperbolehkan siapapun mengambil permata sebanyak-banyaknya mereka mau. Itu belum termasuk menyediakan jamuan untuk ratusan raja yang diundang.
Yudhistira sendiri hendak mengadakan Rajasuya untuk mendoakan arwah ayah ‘sah’nya yakni Pandu serta untuk mengucapkan syukur pada Dewata atas kemakmuran Indraprastha. Dalam Rajasuya ini, ia harus memberikan hadiah pada raja utama – yakni raja yang dianggap paling berjasa bagi Indraprastha. Bisma mengusulkan Kresna dan Yudhistira pun memberikan penghargaan itu pada Kresna.
Tapi ada seorang raja dari Cedi bernama Sisupala yang tidak suka Kresna diberi gelar raja utama. Ia menyinggung masa lalu Kresna sebagai Waisya (penggembala sapi), status orangtuanya yang tidak jelas (sayang waktu itu belum ada tes DNA ), serta ambisinya menjadikan Yudhistira raja boneka (tuduhan palsu yang dibuat-buat). Kresna bersabar karena ia sudah bersumpah pada ibu Sisupala bahwa ia takkan membunuh Sisupala asalkan Sisupala tidak menghinanya sampai 100 kali. Setelah mulut Sisupala mengucapkan hinaan yang keseratus, Kresna langsung mengambil cakram Sudarsana miliknya dan memenggal kepala Sisupala.
==KRESNA DUTA==
Duryodhyana: “Tak satupun yang tahu siapa orangtuamu sebenarnya. Andaikan Nanda Baba dan Yashoda adalah orangtuamu, lantas kenapa kamu berkulit hitam?”
Kresna : “Kulitku hitam (kaalaa) karena Aku datang sebagai akhir hidupmu (kaal)!”
Pasca upacara Rajasuya, Kurawa berhasil menjebak Pandawa melalui permainan dadu dan membuang Pandawa selama 14 tahun ke dalam hutan. Pasca 14 tahun, Pandawa kemudian berdiam Wirata dan Kresna pun diminta oleh Pandawa untuk mewakili mereka menemui Kurawa guna merundingkan kembali penyerahan Indraprastha kepada Pandawa.
Kresna pun berangkat ke Hastina tapi sesampainya di sana ia dapat perlakuan yang tidak menyenangkan berupa :
• Para Kurawa yang ribut saat dirinya berbicara di depan Duryodhana sehingga ucapannya menjadi agak terganggu.
• Duryodhana yang cuek-bebek dengan kedatangannya dan hanya menyambut Kresna dengan sambutan alakadarnya.
• Duryodhana mengorek-ngorek lagi soal asal-usulnya.
Kresna kesal bukan main lalu di akhir pertemuan terjadi dialog seperti ini :
Duryodhyana: “Tak satupun yang tahu siapa orangtuamu sebenarnya. Andaikan Nanda Baba dan Yashoda adalah orangtuamu, lantas kenapa kamu berkulit hitam?”
Kresna : “Kulitku hitam (kaalaa) karena Aku datang sebagai akhir hidupmu (kaal)!”
Dalam pewayangan Nusantara, Kresna lalu keluar dari balairung Hastina dan langsung bertiwikrama – merubah dirinya menjadi sosok raksasa dan hendak menghancurkan Hastina hari itu juga. Tapi niatnya itu dicegah oleh Batara Dharma.
==PERSIAPAN BHARATAYUDHA==
“Selama manusia masih hidup, damainya hanya di bibir saja.”
-Kresna kepada Rukmini, pasca kepulangannya dari Hastina-
Kresna pulang kembali ke Dwaraka dan dari sana ia mengirim surat pada Pandawa dan Kurawa. Isinya mengatakan, “Siapapun di antara kalian, Kurawa maupun Pandawa, boleh meminta bantuan Dwaraka. Aku menawarkan dua bentuk bantuan yakni diriku sendiri atau Narayani Sena(pasukan elit Dwaraka, berjumlah kecil dibandingkan pasukan kerajaan lain namun sangat tangguh dan susah untuk dikalahkan).”
Arjuna dan Duryodhana berangkat ke kediaman Kresna. Di sana Arjuna memilih Kresna dan Duryodhana memilih Narayani Sena. Kresna sendiri kemudian beranjak menuju Wirata dan dari sana mulai mengkoordinasikan pengiriman surat kepada raja-raja sekutunya. Perjanjian pun dibuat antara kedua belah pihak (Kurawa dan Pandawa) di mana Kurawa mensyaratkan Kresna takkan diperbolehkan turut campur / bertempur, ia hanya sebagai penasehat perang saja. Kresna setuju dengan syarat itu dan kemudian berangkat terlebih dahulu ke Padang Kuruksethra.
Di versi pewayangan Jawa, sebelum ke Padang Kuruksethra, Kresna mencegah kedatangan kakaknya, Baladewa, ke Kuruksethra. Sebab Baladewa akan memihak Kurawa dan akan tewas di tangan Antareja jika nekat ke Kuruksethra. Kresna sendiri kemudian juga menyiapkan muslihat untuk melenyapkan satu per satu ‘ancaman’ dari pihak Pandawa. Ia melenyapkan Antareja, Antasena, dan Wisanggeni sebelum perang besar ini dimulai.
==BHAGAWAD GITA ==
“Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang benar dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.”
(Bhagawad Gītā, 4.7-8)
Menjelang hari-H, Arjuna dan Kresna mengunjungi garis depan dan melihat sendiri babar perang dari pihak Kurawa. Di saat itulah Arjuna merasa ragu untuk berperang karena ia melihat sosok Bisma yang sudah jadi sosok ayah pengganti bagi dirinya dan keempat saudaranya ada di sana. Ia juga melihat Drona, yang pernah menyatakan bahwa Arjuna adalah muridnya yang paling utama. Ia juga ngeri membayangkan nasib anak-istri Kurawa nantinya, sebab bagaimanapun juga Kurawa masihlah saudara sepupu mereka.
Di saat inilah Kresna dan Arjuna berdialog. Dialog ini lazim disebut sebagai Bhagawad Gita, yang secara harafiah artinya Kidung Ilahi atau Nyanyian Tuhan. Kitab ini adalah ringkasan pembicaraan antara Kresna dengan Arjuna mengenai berbagai hal, terutama mengenai kewajiban melakukan dharma (kebajikan) dan bagaimana seharusnya dharma tetap ditegakkan walau kepada saudara terdekat sekalipun.
Dalam peristiwa ini, Kresna menampakkan wujudnya sebagai 7 Awatara sebelumnya, mulai dari Matsya hingga Ramachandra. Ia juga menampakkan wujudnya sebagai Batara Wisnu selama beberapa saat kepada Arjuna. Petikan dialog berikut ini:
“Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang-orang benar dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.”
Juga berasal dari Bhagawad Gita.
Pasca dialog itu selesai, Arjuna pun kembali mengangkat busurnya dan menyatakan diri siap memerangi Hastina, memerangi guru dan saudara-saudaranya.
==BHARATAYUDHA==
Dalam versi aslinya, Kresna adalah satu-satunya penasehat militer Pandawa, tapi di versi Jawa ia didampingi juga oleh Semar. Yang jelas dalam Bharatayudha ia sempat membuat beberapa keputusan kontroversial seperti :
• Menyuruh Gatotkaca memancing amarah Adipati Karna sehingga ia akan melepaskan Kontawijayandanu (atau Shakti Astra atau Vasavi Shakti) sehingga saat bertarung dengan Arjuna nanti, Karna tidak lagi memiliki senjata berbahaya itu. Hasilnya? Gatotkaca tewas dan Arimbi – ibunya – langsung bakar diri bersama jenazah anaknya.
• Menyuruh Abimanyu menembus formasi Cakravyahu yang dikomandoi Rsi Drona dan Duryodhana supaya pasukan Pandawa tidak terus didesak. Abimanyu sukses memasuki formasi itu tapi putra Arjuna itu kemudian terkepung dan tak dapat melarikan diri. Abimanyu pun kemudian tewas tertembus anak-anak panah pasukan Kurawa (atau karena pukulan gada Jayadratha).
• Meminta Arjuna menolong Satyaki, patih / punggawa Kresna, yang kelelahan dan terdesak musuh. Aturan saat itu menyatakan bahwa setiap 1 musuh harus melawan 1 musuh, tapi Kresna melanggarnya.
• Turun dari keretanya lalu mencopot rodanya dan memutarnya seperti cakra dan hendak ia lemparkan kepada Bhisma karena Arjuna ragu-ragu untuk melawan Bhisma. Jika Kresna benar melakukan ini, ia sudah melanggar janjinya yang ia buat sendiri di awal perang. Arjuna akhirnya menghentikan Kresna dan berjanji akan melawan Bhisma dengan serius.
• Meminta Yudhistira berbohong kepada Drona dengan mengatakan bahwa Aswathama – putra Drona sudah tewas. Drona pun jadi langsung lemas lunglai ketika mengira anaknya tewas, akhirnya Drona menjatuhkan senjatanya di medan perang dan kepalanya langsung ditebas oleh Drestadyumna.
• Kresna menyuruh Arjuna tetap memanah Karna yang keretanya terperosok dalam lumpur padahal Karna saat itu tidak bersenjata dan menurut aturan musuh yang tak bersenjata pantang diserang apalagi dibunuh.
• Saat Kurawa hanya tersisa Duryodhana seorang, Kresna yang tahu bahwa Gandari diberi berkah untuk menganugerahkan kekebalan pada orang yang ia tatap dengan kedua matanya, langsung mencegat Duryodhana yang hendak menghadap ibunya – Gandari – dalam keadaan telanjang (bulat) dan mengejeknya sebagai raja yang berperilaku tidak senonoh. Duryodhana yang malu akan perkataan Kresna langsung menutupi bagian pribadinya dengan sehelai daun, dan saat Gandari menganugerahkan kekebalan padanya, Gandari terkejut karena ada bagian tubuh Duryodhana yang tertutup. Bagian yang tertutup itu tidak akan kebal senjata.
• Ketika Duryodhana dan Bima bertarung pada hari terakhir Bharatayudha, Kresna menyuruh Arjuna memberi isyarat pada Bima untuk memukul pangkal paha Duryodhana. Bima langsung paham isyarat Arjuna dan Duryodhana pun tewas. Baladewa yang jadi juri adu gada itu langsung menuding Bima melanggar aturan (karena memukul bagian bawah perut sangat dilarang dalam adu gada saat itu) dan hendak membunuh Bima, tapi Kresna menenangkan kakaknya itu dan Baladewa pun urung membunuh Bima.
Pasca perang ini usai, Kresna segera menuju Hastina untuk melaporkan kemenangan ini pada Raja Destarata – ayah para Kurawa. Tapi tanpa ia sadari, perkemahan para Pandawa diserang oleh Aswathama – putra Rsi Drona. Pancawala – putra Yudhistira dengan Dropadi, Drestayumna – kakak Dropadi, dan Srikandi – saudari Dropadi, tewas dalam serangan itu.
==MENGUTUK ASWATHAMA DAN KUTUKAN GANDARI==
Gandari : “Seperti halnya anggota keluargaku mengalami kehancuran dihadapan mataku sendiri demikianlah hendaknya anggota keluarga Paduka mengalami kehancuran dihadapan mata Paduka sendiri!”
Kresna : “Semoga demikian.”
Sekembalinya ia ke perkemahan Pandawa, Kresna dibuat kaget oleh serangan Aswathama itu. Bersama dengan Pandawa, Kresna mengejar Aswathama ke dalam hutan. Ketika Aswathama dan Pandawa bertemu ada dua versi kisah :
• Versi India mengisahkan Aswathama melepaskan Brahmastra (senjata destruktif hasil karya Brahma ) yang dibalas Arjuna dengan melepaskan senjata yang sama. Benturan dua senjata ini membuat lautan bergejolak dan mengering, Rsi Byasa pun turun tangan menghentikan dua astra ini lalu meminta kedua kesatria itu menarik lagi astra mereka. Arjuna bisa melakukannya, tapi Aswathama tidak. Ia pun melepaskan Brahmastra ke kandungan istri Abimanyu – Uttara. Bayi dalam kandungan itupun tewas tapi Kresna menolong sang bayi dan menghidupkannya kembali. Versi lain menyatakan Kresna menangkis Brahmastra itu sebelum mengenai rahim Uttara. Bayi ini sendiri kelak diberi nama Parikesit. Aswathama kemudian dikutuk Kresna untuk selamanya terkena koreng dan kudis, dan selamanya akan mengembara di muka bumi sampai akhir Kali Yuga (akhir zaman).
• Versi Wayang Golek dan Jawa menyatakan Aswathama dibunuh oleh Arjuna dan sukmanya dikutuk untuk mengembara di bumi selama 3000 tahun.
Kresna sendiri kemudian membawa Pandawa kembali ke Hastina dan di sana ia kembali menyelamatkan Bima yang nyaris dibuat jadi abu oleh Destarata. Destarata mendendam pada Bima karena Bima-lah yang menghabisi dua Kurawa terakhir yakni Dursasana dan Duryodhana. Pasca menyelamatkan Bima, Gandari – ibu para Kurawa – muncul dan mengutuk Kresna supaya Kresna menyaksikan anak keturunannya saling menghabisi. Kresna tidak marah, ia hanya tersenyum dan mengaminkan supaya kutukan Gandari itu terjadi.
==MUSNAHNYA RAS YADU DAN YADAWA==
“Dwaraka diciptakan untuk Sri Kresna, dan hanya untuk Sri Kresna.”
-Indra-
36 tahun setelah peristiwa Bharatayudha, Kresna melihat tanda-tanda alam bahwa Dwaraka akan musnah ditelan gelombang laut (tsunami). Di versi lain diceritakan Batara Indralah yang memberitahu soal kedatangan tsunami itu. Kresna pun bersiap mengungsikan seluruh ras Yadu dan Yadawa – penduduk Dwaraka dan Mathura – bersama dengan Baladewa. Tapi di saat ini, perbuatan anaknya Samba mulai mendatangkan efek tidak mengenakkan.
Dahulu, Narada beserta beberapa rsi sempat berkunjung ke Dwaraka. Beberapa pemuda yang jahil merencanakan sesuatu untuk mempermainkan para resi. Mereka mendandani Samba (putera Kresna dan Jembawati) dengan busana wanita dan diarak keliling kota lalu dihadapkan kepada para rsi yang mengunjungi Dwaraka. Kemudian salah satu dari mereka berkata, "Orang ini adalah permaisuri Sang Babhru yang terkenal dengan kesaktiannya. Kalian adalah para rsi yang pintar dan memiliki pengetahuan tinggi. Dapatkah kalian mengetahui, apa yang akan dilahirkannya? Bayi laki-laki atau perempuan?". Para rsi yang tahu sedang dipermainkan menjadi marah dan berkata, "Orang ini adalah Sang Samba, keturunan Basudewa. Ia tidak akan melahirkan bayi laki-laki ataupun perempuan, melainkan senjata mosala (gada) yang akan memusnahkan kamu semua!"
Begitu Samba membuka busana wanitanya, sebuah gada terjatuh di hadapannya. Karena ketakutan, para pemuda jahil itu langsung menghadap Kresna dan minta saran. Kresna pun menyuruh gada itu dihancurkan sampai benar-benar jadi serpihan dan ditebarkan ke laut. Bubuk itu kemudian hanyut dan tumbuh menjadi sebuah padang rumput eruka.
Saat rombongan Kresna dari Dwaraka melintasi padang eruka itu, beberapa orang menggelar pesta minuman keras – meski Baladewa dan Kresna sudah melarang mereka. Dalam pesta itu mereka mulai saling mengejek dan mulailah terjadi pertengkaran. Tangan masing-masing orang kemudian memegang rumput eruka dan rumput itupun berubah menjadi gada. Adu gada antar ras paling tangguh di dunia saat itupun terjadi. Ketika Kresna dan Baladewa kembali nyaris tak ada satupun yang tersisa dari kaum Yadu dan Yadawa. Baladewa kemudian bersemadi dan kembali menjadi naga Adisesa sementara Kresna meninggalkan padang itu dan bersemedi di dalam hutan.
==AKHIR HAYAT==
Dalam wujudnya sebagai Rama Awatara, Wisnu pernah secara curang membunuh Subali dari belakang dan Subali pun memprotes tindakan Rama yang tidak kesatria itu. Rama pun menyatakan bahwa Subali boleh menuntut balas padanya di kehidupan selanjutnya. Dan itu terjadi. Seorang pemburu bernama Jara, reinkarnasi Subali, tanpa sengaja memanah kaki Kresna dan saat ia buru-buru minta maaf atas tindakannya itu Kresna mengatakan bahwa Jara hanya memenuhi janjinya yang terdahulu. Ia berterima kasih pada Jara dan menyuruh Jara pergi. Kresna mangkat beberapa saat kemudian. Ia mangkat dalam usia 125 tahun.
Jenazahnya diperabukan oleh para Pandawa di Hastina dan sepeninggal Kresna, Pandawa pun undur diri dari kehidupan duniawi. Mereka, didampingi Dropadi, kemudian memanjat Gunung Mahameru dan satu demi satu wafat di sana.
==HUBUNGAN KELUARGA==
Ayah Kresna adalah Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa, sehingga Krishna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.
==TRIVIA==
• Meskipun secara terang-terangan mengaku sebagai Awatara Wisnu, hanya Pandawa, Baladewa, Bisma, Krepa, Adipati Karna, dan Widura semata yang mengakui Kresna sebagai Awatara Wisnu.
• Kresna adalah awatara Wisnu yang paling populer.
• Ada sebuah sub-sekte Waisnawa yang bernama Hare Krishna (Bhakti Pada Krishna) yang sangat populer di dunia barat dan Indonesia akhir-akhir ini.
• Kresna adalah satu-satunya awatara Wisnu yang berpoligami.
• Dalam versi India, Kresna tidak memanggil Baladewa dengan sebutan Kangmas / Kakak / Mas / Abang, hanya ‘Balarama / Baladewa’ saja.
• Sisupala konon pernah ‘naksir’ Rukmini, permaisuri kedua Kresna. Tapi Rukmini sudah terlanjur dibawa kawin lari oleh Kresna saat Sisupala hendak melamarnya. Itulah mengapa Sisupala sangat benci pada Kresna.
• Dalam satu versi, konon dalam kunjungannya sebagai duta Pandawa, Kresna didampingi oleh Satyaki. Satyaki sempat geram dan ingin membunuh Duryodhana saat itu juga namun dicegah Kresna.
• Ada versi yang menyatakan bahwa Baladewa tidak langsung pergi meninggalkan dunia ini saat ras Yadawa musnah melainkan tinggal dan mendampingi Parikesit.
• Ras Yadu dan Yadawa juga merupakan ras yang dibawahi Arjunasasrabahu.
• Sketsa Kresna dengan pensil di bagian kanan merupakan buah karya Pak Adi Suta (https://www.facebook.com/artadisuta), ilustrator dari Yogyakarta.
Nama lain : Sri Kresna, Krisna, Krishna, Govinda, Maha Awatara, Achala, Dwarakadish, Jagannatha.
Arti Nama : Hitam / Gelap / Biru Tua (Kresna), Penggembala Sapi (Govinda), Yang Tak Pernah Gagal (Achala), Raja Dwaraka (Dwarakadish), Penguasa Segala Tempat (Jagannatha)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu), Kaum Yadu
Masa Kemunculan : Dwapara Yuga (Zaman Ketiga).
Senjata : Cakra Sudarsana
Pasangan : Radha, Rukmini, Satyabama, Jambawati, dan 16.104 istri lainnya
Anak : Pradyumna, Samba, Narakasura, dan masih banyak lagi.
Profesi : Gembala Sapi => Pangeran Mathura => Raja Dwaraka, Penasehat Perang Pandawa
Lawan Utama : Indra, Kaliya, Kangsa (Kamsa), Sisupala, Seratus Perkasa Keturunan Wangsa Kuru (Kurawa).
==========================================
“Apapun yang dilakukan orang besar akan diikuti masyarakatnya. Teladan apapun yang ia berikan akan ditiru seluruh dunia.”
-Kresna-
Halo Fantasianers, kita ketemu lagi di sesi Pantheon Explorer. Setelah kemarin kita sempat maju sebentar untuk membahas Kashyapa, kali ini kita akan membahas kembali mengenai Awatara Wisnu. Kali ini kita akan membahas Kresna Awatara, awatara Wisnu yang paling populer dan *uhuk* satu-satunya awatara Wisnu yang melakukan poligami sampai tahap ekstrem . Kebanyakan dari kita hanya tahu peran Kresna saat dia sudah menjadi raja dan diminta para Pandawa untuk menjadi penasehat perang mereka, tapi peran Kresna di zaman Dwapara Yuga jauh lebih besar daripada yang sering kita dengar.
Kresna sendiri adalah Awatara Wisnu yang paling ‘usil’, humoris, tapi juga punya kemampuan berpolitik yang handal. Ia bijak sekaligus licik, ramah sekaligus berbahaya, sederhana namun juga kompleks. Kresna juga memiliki semua ingatannya sebagai awatara-awatara yang terdahulu, berbeda saat ia menjelma sebagai Rama atau Buddha.
==KELAHIRAN==
Menurut kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan astronomi Hindu, hari kelahiran Kresna yang dikenal sebagai Janmashtami, jatuh pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.
Ada sebuah kerajaan bernama Mathura. Kerajaan ini dikuasai oleh seorang Raja bernama Surasena. Tapi suatu ketika sang putra mahkota bernama Kamsa memberontak dan menggulingkan Surasena, lalu memenjarakan sang raja, ayahnya sendiri, di penjara. Lalu Kamsa mendengar bahwa seorang putra Dewaki – istri adiknya Basudewa – kelak akan membunuhnya. Ia berniat membunuh Dewaki, namun suaminya – Basudewa – mencegahnya. Basudewa kemudian berjanji bahwa mereka bersedia dikurung dan akan menyerahkan setiap putra mereka yang baru lahir untuk dibunuh.
Setelah enam putranya terbunuh, Dewaki dan Basudewa kemudian melakukan tapa, dan janin putra ketujuh mereka dipindah secara gaib ke tempat lain, yakni ke rahim Rohini – istri lain Basudewa. Putra ketujuhnya ini kelak akan dinamai Baladewa. Ketika putra kedelapan mereka lahir, Basudewa menyelinap keluar dari penjara dan menitipkan putra kedelapannya ini kepada Nanda dan Yasoda, sahabatnya di Vrindavan. Putra kedelapannya ini dinamai Kresna.
==MASA KANAK-KANAK==
“Kalian lihat bukit itu? Bukit Govardhana itu? Dari situlah hujan turun. Pujalah bukit itu daripada memuja Indra, niscaya desa kita akan tetap mendapatkan hujan. Sebab rejeki seseorang tidak diatur oleh dewa-dewa melainkan oleh karma orang itu dalam hidupnya.”
-Kresna-
Di Vrindavan Kresna tidak sendirian, kakaknya Baladewa (atau Balarama) juga turut tinggal di sana, pasca lahir via rahim Rohini. Duo Kresna – Baladewa ini sering ‘buat ulah’ di Vrindavan, misalnya menggoda gadis-gadis sebaya mereka, mencuri mentega (Vrindavan adalah bukit tempat menggembalakan sapi sehingga kaum wanitanya sering membuat mentega dari susu sapi), dan ulah ‘aneh-aneh’ lainnya.
Tapi di balik semua ulahnya itu, ia dan Baladewa juga berperan sebagai pelindung penggembala sapi di Vrindavan. Ia dan Baladewa mengalahkan Asura Putana dan Trinavarta yang dikirim Kangsa ke Vrindavan untuk membunuh Kresna. Ia juga menjinakkan Naga Kaliya yang sehari-hari tinggal di Sungai Yamuna dan hobi mengeluarkan racun sehingga sapi dan penduduk yang minum air Sungai Yamuna menjadi mati keracunan. Kaliya sendiri tidak bisa dijangkau oleh Garuda (yang tugas kesehariannya adalah mengawasi para naga) karena ada Rsi yang memasang ‘lingkaran pelindung’ di seputaran Vrindavan supaya Garuda tidak bisa masuk.
Pada masa ini sendiri pemujaan dewa-dewa Veda (terutama pada Aditya, terlebih lagi pada Indra) sangat intens. Sebuah desa bisa saja menggunakan seluruh harta dan hasil panen mereka selama setahun hanya untuk upacara tahunan kepada Indra supaya raja dewa itu mau menurunkan hujan. Kresna tidak setuju dengan cara pemujaan (yagya) seperti itu. Ia mendebat para penduduk desa dan mengatakan bahwa Indra dan dewa-dewa lainnya tidak perlu persembahan yang sebegitu besar dan mewah. Akan jauh lebih baik para penduduk itu menggunakan semua sarana persembahan itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka (karena mereka sendiri sebenarnya berkekurangan) daripada memberikan semuanya kepada Indra. Ketika penduduk masih keras kepala, Kresna menunjuk sebuah bukit bernama Govardhana, tempat awan hujan biasanya muncul dan menyuruh penduduk memuja bukit Govardhana saja daripada memuja Indra
Indra langsung marah begitu tahu bahwa tahun ini penduduk Vrindavan tidak melakukan upacara persembahan hanya karena hasutan seorang bocah bernama Kresna. Ia langsung menurunkan hujan badai ke Vrindavan tapi Kresna dengan santainya malah mengangkat bukit Govardhana dan menyuruh semua penduduk Vrindavan masuk ke kolong bukit yang dia angkat itu. Hujan badai itu berlangsung selama tujuh hari lebih dan pada hari ketujuh Indra dibuat terbengong-bengong karena ada seorang Rsi bernama Agatsya yang minum seluruh air hujan yang ia turunkan ke Vrindavan. Indra juga dibuat bengong melihat masyarakat Vrindavan yang keluar dari kolong bukit tanpa kurang suatu apapun. Pada akhirnya Indra mundur kembali ke kahyangan dan tidak pernah lagi mengusik penduduk Vrindavan. Dan mulai saat itulah pemujaan terhadap Aditya mulai beralih kepada para Trimurti.
Di Vrindavan ini pulalah, Kresna mendapatkan istri pertamanya yakni Radha, seorang putri penggembala.
==MENGALAHKAN KAMSA==
Kekuatan Kresna yang di luar nalar manusia, membuat para tetua Vrindavan menanyai ayah angkatnya yakni Nanda tentang identitas sejati Kresna. Pada awalnya Nanda berkelit dan mengatakan bahwa Kresna hanya anak yang kebetulan lahir di ‘waktu yang tepat’ guna membawa kejayaan pada penduduk Vrindavan. Tapi seiring bertumbuhnya Kresna, Kamsa yang sudah ‘bosan’ prajuritnya tidak pernah kembali setelah bertemu Kresna mengundang Kresna dan Baladewa ke Mathura.
Di sana dua bersaudara itu ditantang ikut dalam pertandingan gulat. Kresna dan Baladewa mengalahkan para pegulat Kamsa lalu menantang sang raja sendiri untuk adu otot di ring. Kamsa sendiri akhirnya tewas di tangan Kresna.
Kresna kemudian memaklumkan pada rakyat Mathura bahwa Ugrasena – kakeknya kembali menjadi raja Mathura. Ugrasena sendiri kemudian mengangkat Kresna dan Baladewa menjadi pangeran Mathura di mana Kresna menjadi ketua dewan penasihat raja sekaligus yuwaraja (putra mahkota). Baladewa sendiri tidak terlalu berminat menjadi raja.
Ada satu versi yang mengatakan bahwa Kresna tidak lama berada di Mathura karena serangan musuh Mathura bernama Jarasanda dengan dibantu Kalayawana. Para Yadawa pun diungsikan ke daerah pantai bernama Dwaraka di mana wilayah itu kemudian diklaim sebagai wilayah Kresna. Kresna sendiri maju sendirian menantang Kalayawana tapi malah kemudian pura-pura kabur ke sebuah gua. Kalayawana kemudian ikut masuk dan di sana ia melihat seorang pria tengah tidur di lantai gua. Mengira pria itu adalah Kresna, ia menendang orang itu kuat-kuat sampai orang itu terjungkal. Salah besar! Alih-alih Kresna, ia justru menendang mantan panglima kahyangan bernama Mucukunda yang sedang tidur panjang (hibernasi). Marah karena ada asura kurang ajar yang mengganggu tidurnya, Mucukunda menatap Kalyawana dengan dua matanya dan terbakarlah Kalayawana menjadi setumpuk abu.
Tapi Kresna tidak bisa langsung mengalahkan Jarasanda. Ia baru bisa mengalahkan Jarasanda sesudah meminta bantuan dari anak-anak Kunti.
==BERTEMU PARA PANDAWA==
Dalam suatu peristiwa, Kresna dan Baladewa bertemu Kunti, adik ayah mereka – Basudewa – dan berkenalan dengan Pandawa. Pertemuan ini konon terjadi pasca Bale Sigolo-golo (rumah damar yang dibakar oleh suruhan Kurawa supaya Pandawa tewas). Kresna dan Baladewa sempat menampung Kunti dan Pandawa untuk beberapa saat sebelum Kresna meminta bantuan pada Bima dan Arjuna untuk membantunya mengalahkan Jarasanda (Yudhistira tidak ikut karena tidak bisa diandalkan ).
Kresna, Arjuna, dan Bima kemudian menyaru sebagai brahmana dan masuk ke istana Jarasanda. Menurut adat-istiadat pada masa itu, seorang raja harus memenuhi permintaan para brahmana untuk mendapatkan berkat dari para brahmana (sebab jika tidak memberi berkat, brahmana pasti menaruh kutuk ). Kresna mengatakan bahwa sang raja wajib menantang salah satu dari 3 brahmana ini. Jarasanda pun pikir-pikir dan akhirnya memilih Bima sebagai lawan tandingnya.
Bima dan Jarasanda bertarung selama 27 hari. Kresna mengobservasi pertarungan Bima dan Jarasanda lalu di hari ke 27, ia mengambil sehelai daun dan merobeknya menjadi dua bagian lalu melemparkannnya ke arah yang berlawanan. Bima paham apa maksud Kresna, ia pun menarik kaki Jarasanda, menariknya ke dua arah yang berbeda sampai tubuh Jarasanda robek jadi dua bagian lalu melemparnya ke arah yang berlawanan.
Mathura pun bebas, namun Kresna terlanjur senang menjadi raja di Dwaraka sehingga tahta Mathura ia berikan pada Baladewa.
==16.100 ISTRI KRESNA ==
Ada seorang raja bernama Narakasura yang wataknya kurang lebih sama seperti Jarasanda – suka menginvasi negeri lain. Indra sempat mencoba menghentikan raja ini tapi gagal, karena itu Indra kembali menemui bocah yang dulu sempat mempermalukannya di Vrindavan dan mengatakan bahwa ada raja ‘tukang cari masalah’ yang perlu dihentikan.
Kresna dan angkatan perangnya pun menggempur kerajaan milik Narakasura dan setelah menaklukkan kota itu, para prajuritnya mendapati ada 16.100 wanita yang menjadi tawanan di penjara Narakasura. 16.100 wanita ini dalam adat masa itu sudah tidak punya pilihan apa-apa selain :
• Bakar diri
• Mengasingkan diri ke dalam hutan.
Sebab wanita yang sudah pernah menjadi tawanan akan ditolak masyarakat, dianggap ternoda dan tak lagi suci, para pria pun tak ada yang mau menikahi mereka. Kresna pun mengambil solusi instan bagi 16.100 wanita ini, yakni menjadikan mereka semua gundiknya , supaya mereka masih punya harga diri untuk tampil di masyarakat.
Kresna sendiri saat itu sudah memiliki dua permaisuri yakni Radha dan Rukmini, dan enam istri lainnya (enam istri ini adalah hasil dari perkawinan politik atau putri brahmana).
==RAJASUYA==
Pandawa saat itu bertahta di Indraprastha. Pada saat itu Dwaraka – Indraprastha – Mathura adalah trio kerajaan paling kuat dan makmur, sejajar dengan Hastina sebenarnya. Di masa itu ada sebuah adat yang menyatakan bahwa raja yang telah mencapai derajat kemakmuran tertinggi dibandingkan raja-raja lain sebaiknya mengadakan sebuah upacara bernama Rajasuya. Rajasuya sendiri adalah upacara yang memakan banyaaak sekali biaya. Sebab upacara ini mengharuskan seorang raja membuat gunungan permata dan memperbolehkan siapapun mengambil permata sebanyak-banyaknya mereka mau. Itu belum termasuk menyediakan jamuan untuk ratusan raja yang diundang.
Yudhistira sendiri hendak mengadakan Rajasuya untuk mendoakan arwah ayah ‘sah’nya yakni Pandu serta untuk mengucapkan syukur pada Dewata atas kemakmuran Indraprastha. Dalam Rajasuya ini, ia harus memberikan hadiah pada raja utama – yakni raja yang dianggap paling berjasa bagi Indraprastha. Bisma mengusulkan Kresna dan Yudhistira pun memberikan penghargaan itu pada Kresna.
Tapi ada seorang raja dari Cedi bernama Sisupala yang tidak suka Kresna diberi gelar raja utama. Ia menyinggung masa lalu Kresna sebagai Waisya (penggembala sapi), status orangtuanya yang tidak jelas (sayang waktu itu belum ada tes DNA ), serta ambisinya menjadikan Yudhistira raja boneka (tuduhan palsu yang dibuat-buat). Kresna bersabar karena ia sudah bersumpah pada ibu Sisupala bahwa ia takkan membunuh Sisupala asalkan Sisupala tidak menghinanya sampai 100 kali. Setelah mulut Sisupala mengucapkan hinaan yang keseratus, Kresna langsung mengambil cakram Sudarsana miliknya dan memenggal kepala Sisupala.
==KRESNA DUTA==
Duryodhyana: “Tak satupun yang tahu siapa orangtuamu sebenarnya. Andaikan Nanda Baba dan Yashoda adalah orangtuamu, lantas kenapa kamu berkulit hitam?”
Kresna : “Kulitku hitam (kaalaa) karena Aku datang sebagai akhir hidupmu (kaal)!”
Pasca upacara Rajasuya, Kurawa berhasil menjebak Pandawa melalui permainan dadu dan membuang Pandawa selama 14 tahun ke dalam hutan. Pasca 14 tahun, Pandawa kemudian berdiam Wirata dan Kresna pun diminta oleh Pandawa untuk mewakili mereka menemui Kurawa guna merundingkan kembali penyerahan Indraprastha kepada Pandawa.
Kresna pun berangkat ke Hastina tapi sesampainya di sana ia dapat perlakuan yang tidak menyenangkan berupa :
• Para Kurawa yang ribut saat dirinya berbicara di depan Duryodhana sehingga ucapannya menjadi agak terganggu.
• Duryodhana yang cuek-bebek dengan kedatangannya dan hanya menyambut Kresna dengan sambutan alakadarnya.
• Duryodhana mengorek-ngorek lagi soal asal-usulnya.
Kresna kesal bukan main lalu di akhir pertemuan terjadi dialog seperti ini :
Duryodhyana: “Tak satupun yang tahu siapa orangtuamu sebenarnya. Andaikan Nanda Baba dan Yashoda adalah orangtuamu, lantas kenapa kamu berkulit hitam?”
Kresna : “Kulitku hitam (kaalaa) karena Aku datang sebagai akhir hidupmu (kaal)!”
Dalam pewayangan Nusantara, Kresna lalu keluar dari balairung Hastina dan langsung bertiwikrama – merubah dirinya menjadi sosok raksasa dan hendak menghancurkan Hastina hari itu juga. Tapi niatnya itu dicegah oleh Batara Dharma.
==PERSIAPAN BHARATAYUDHA==
“Selama manusia masih hidup, damainya hanya di bibir saja.”
-Kresna kepada Rukmini, pasca kepulangannya dari Hastina-
Kresna pulang kembali ke Dwaraka dan dari sana ia mengirim surat pada Pandawa dan Kurawa. Isinya mengatakan, “Siapapun di antara kalian, Kurawa maupun Pandawa, boleh meminta bantuan Dwaraka. Aku menawarkan dua bentuk bantuan yakni diriku sendiri atau Narayani Sena(pasukan elit Dwaraka, berjumlah kecil dibandingkan pasukan kerajaan lain namun sangat tangguh dan susah untuk dikalahkan).”
Arjuna dan Duryodhana berangkat ke kediaman Kresna. Di sana Arjuna memilih Kresna dan Duryodhana memilih Narayani Sena. Kresna sendiri kemudian beranjak menuju Wirata dan dari sana mulai mengkoordinasikan pengiriman surat kepada raja-raja sekutunya. Perjanjian pun dibuat antara kedua belah pihak (Kurawa dan Pandawa) di mana Kurawa mensyaratkan Kresna takkan diperbolehkan turut campur / bertempur, ia hanya sebagai penasehat perang saja. Kresna setuju dengan syarat itu dan kemudian berangkat terlebih dahulu ke Padang Kuruksethra.
Di versi pewayangan Jawa, sebelum ke Padang Kuruksethra, Kresna mencegah kedatangan kakaknya, Baladewa, ke Kuruksethra. Sebab Baladewa akan memihak Kurawa dan akan tewas di tangan Antareja jika nekat ke Kuruksethra. Kresna sendiri kemudian juga menyiapkan muslihat untuk melenyapkan satu per satu ‘ancaman’ dari pihak Pandawa. Ia melenyapkan Antareja, Antasena, dan Wisanggeni sebelum perang besar ini dimulai.
==BHAGAWAD GITA ==
“Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang benar dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.”
(Bhagawad Gītā, 4.7-8)
Menjelang hari-H, Arjuna dan Kresna mengunjungi garis depan dan melihat sendiri babar perang dari pihak Kurawa. Di saat itulah Arjuna merasa ragu untuk berperang karena ia melihat sosok Bisma yang sudah jadi sosok ayah pengganti bagi dirinya dan keempat saudaranya ada di sana. Ia juga melihat Drona, yang pernah menyatakan bahwa Arjuna adalah muridnya yang paling utama. Ia juga ngeri membayangkan nasib anak-istri Kurawa nantinya, sebab bagaimanapun juga Kurawa masihlah saudara sepupu mereka.
Di saat inilah Kresna dan Arjuna berdialog. Dialog ini lazim disebut sebagai Bhagawad Gita, yang secara harafiah artinya Kidung Ilahi atau Nyanyian Tuhan. Kitab ini adalah ringkasan pembicaraan antara Kresna dengan Arjuna mengenai berbagai hal, terutama mengenai kewajiban melakukan dharma (kebajikan) dan bagaimana seharusnya dharma tetap ditegakkan walau kepada saudara terdekat sekalipun.
Dalam peristiwa ini, Kresna menampakkan wujudnya sebagai 7 Awatara sebelumnya, mulai dari Matsya hingga Ramachandra. Ia juga menampakkan wujudnya sebagai Batara Wisnu selama beberapa saat kepada Arjuna. Petikan dialog berikut ini:
“Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang-orang benar dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.”
Juga berasal dari Bhagawad Gita.
Pasca dialog itu selesai, Arjuna pun kembali mengangkat busurnya dan menyatakan diri siap memerangi Hastina, memerangi guru dan saudara-saudaranya.
==BHARATAYUDHA==
Dalam versi aslinya, Kresna adalah satu-satunya penasehat militer Pandawa, tapi di versi Jawa ia didampingi juga oleh Semar. Yang jelas dalam Bharatayudha ia sempat membuat beberapa keputusan kontroversial seperti :
• Menyuruh Gatotkaca memancing amarah Adipati Karna sehingga ia akan melepaskan Kontawijayandanu (atau Shakti Astra atau Vasavi Shakti) sehingga saat bertarung dengan Arjuna nanti, Karna tidak lagi memiliki senjata berbahaya itu. Hasilnya? Gatotkaca tewas dan Arimbi – ibunya – langsung bakar diri bersama jenazah anaknya.
• Menyuruh Abimanyu menembus formasi Cakravyahu yang dikomandoi Rsi Drona dan Duryodhana supaya pasukan Pandawa tidak terus didesak. Abimanyu sukses memasuki formasi itu tapi putra Arjuna itu kemudian terkepung dan tak dapat melarikan diri. Abimanyu pun kemudian tewas tertembus anak-anak panah pasukan Kurawa (atau karena pukulan gada Jayadratha).
• Meminta Arjuna menolong Satyaki, patih / punggawa Kresna, yang kelelahan dan terdesak musuh. Aturan saat itu menyatakan bahwa setiap 1 musuh harus melawan 1 musuh, tapi Kresna melanggarnya.
• Turun dari keretanya lalu mencopot rodanya dan memutarnya seperti cakra dan hendak ia lemparkan kepada Bhisma karena Arjuna ragu-ragu untuk melawan Bhisma. Jika Kresna benar melakukan ini, ia sudah melanggar janjinya yang ia buat sendiri di awal perang. Arjuna akhirnya menghentikan Kresna dan berjanji akan melawan Bhisma dengan serius.
• Meminta Yudhistira berbohong kepada Drona dengan mengatakan bahwa Aswathama – putra Drona sudah tewas. Drona pun jadi langsung lemas lunglai ketika mengira anaknya tewas, akhirnya Drona menjatuhkan senjatanya di medan perang dan kepalanya langsung ditebas oleh Drestadyumna.
• Kresna menyuruh Arjuna tetap memanah Karna yang keretanya terperosok dalam lumpur padahal Karna saat itu tidak bersenjata dan menurut aturan musuh yang tak bersenjata pantang diserang apalagi dibunuh.
• Saat Kurawa hanya tersisa Duryodhana seorang, Kresna yang tahu bahwa Gandari diberi berkah untuk menganugerahkan kekebalan pada orang yang ia tatap dengan kedua matanya, langsung mencegat Duryodhana yang hendak menghadap ibunya – Gandari – dalam keadaan telanjang (bulat) dan mengejeknya sebagai raja yang berperilaku tidak senonoh. Duryodhana yang malu akan perkataan Kresna langsung menutupi bagian pribadinya dengan sehelai daun, dan saat Gandari menganugerahkan kekebalan padanya, Gandari terkejut karena ada bagian tubuh Duryodhana yang tertutup. Bagian yang tertutup itu tidak akan kebal senjata.
• Ketika Duryodhana dan Bima bertarung pada hari terakhir Bharatayudha, Kresna menyuruh Arjuna memberi isyarat pada Bima untuk memukul pangkal paha Duryodhana. Bima langsung paham isyarat Arjuna dan Duryodhana pun tewas. Baladewa yang jadi juri adu gada itu langsung menuding Bima melanggar aturan (karena memukul bagian bawah perut sangat dilarang dalam adu gada saat itu) dan hendak membunuh Bima, tapi Kresna menenangkan kakaknya itu dan Baladewa pun urung membunuh Bima.
Pasca perang ini usai, Kresna segera menuju Hastina untuk melaporkan kemenangan ini pada Raja Destarata – ayah para Kurawa. Tapi tanpa ia sadari, perkemahan para Pandawa diserang oleh Aswathama – putra Rsi Drona. Pancawala – putra Yudhistira dengan Dropadi, Drestayumna – kakak Dropadi, dan Srikandi – saudari Dropadi, tewas dalam serangan itu.
==MENGUTUK ASWATHAMA DAN KUTUKAN GANDARI==
Gandari : “Seperti halnya anggota keluargaku mengalami kehancuran dihadapan mataku sendiri demikianlah hendaknya anggota keluarga Paduka mengalami kehancuran dihadapan mata Paduka sendiri!”
Kresna : “Semoga demikian.”
Sekembalinya ia ke perkemahan Pandawa, Kresna dibuat kaget oleh serangan Aswathama itu. Bersama dengan Pandawa, Kresna mengejar Aswathama ke dalam hutan. Ketika Aswathama dan Pandawa bertemu ada dua versi kisah :
• Versi India mengisahkan Aswathama melepaskan Brahmastra (senjata destruktif hasil karya Brahma ) yang dibalas Arjuna dengan melepaskan senjata yang sama. Benturan dua senjata ini membuat lautan bergejolak dan mengering, Rsi Byasa pun turun tangan menghentikan dua astra ini lalu meminta kedua kesatria itu menarik lagi astra mereka. Arjuna bisa melakukannya, tapi Aswathama tidak. Ia pun melepaskan Brahmastra ke kandungan istri Abimanyu – Uttara. Bayi dalam kandungan itupun tewas tapi Kresna menolong sang bayi dan menghidupkannya kembali. Versi lain menyatakan Kresna menangkis Brahmastra itu sebelum mengenai rahim Uttara. Bayi ini sendiri kelak diberi nama Parikesit. Aswathama kemudian dikutuk Kresna untuk selamanya terkena koreng dan kudis, dan selamanya akan mengembara di muka bumi sampai akhir Kali Yuga (akhir zaman).
• Versi Wayang Golek dan Jawa menyatakan Aswathama dibunuh oleh Arjuna dan sukmanya dikutuk untuk mengembara di bumi selama 3000 tahun.
Kresna sendiri kemudian membawa Pandawa kembali ke Hastina dan di sana ia kembali menyelamatkan Bima yang nyaris dibuat jadi abu oleh Destarata. Destarata mendendam pada Bima karena Bima-lah yang menghabisi dua Kurawa terakhir yakni Dursasana dan Duryodhana. Pasca menyelamatkan Bima, Gandari – ibu para Kurawa – muncul dan mengutuk Kresna supaya Kresna menyaksikan anak keturunannya saling menghabisi. Kresna tidak marah, ia hanya tersenyum dan mengaminkan supaya kutukan Gandari itu terjadi.
==MUSNAHNYA RAS YADU DAN YADAWA==
“Dwaraka diciptakan untuk Sri Kresna, dan hanya untuk Sri Kresna.”
-Indra-
36 tahun setelah peristiwa Bharatayudha, Kresna melihat tanda-tanda alam bahwa Dwaraka akan musnah ditelan gelombang laut (tsunami). Di versi lain diceritakan Batara Indralah yang memberitahu soal kedatangan tsunami itu. Kresna pun bersiap mengungsikan seluruh ras Yadu dan Yadawa – penduduk Dwaraka dan Mathura – bersama dengan Baladewa. Tapi di saat ini, perbuatan anaknya Samba mulai mendatangkan efek tidak mengenakkan.
Dahulu, Narada beserta beberapa rsi sempat berkunjung ke Dwaraka. Beberapa pemuda yang jahil merencanakan sesuatu untuk mempermainkan para resi. Mereka mendandani Samba (putera Kresna dan Jembawati) dengan busana wanita dan diarak keliling kota lalu dihadapkan kepada para rsi yang mengunjungi Dwaraka. Kemudian salah satu dari mereka berkata, "Orang ini adalah permaisuri Sang Babhru yang terkenal dengan kesaktiannya. Kalian adalah para rsi yang pintar dan memiliki pengetahuan tinggi. Dapatkah kalian mengetahui, apa yang akan dilahirkannya? Bayi laki-laki atau perempuan?". Para rsi yang tahu sedang dipermainkan menjadi marah dan berkata, "Orang ini adalah Sang Samba, keturunan Basudewa. Ia tidak akan melahirkan bayi laki-laki ataupun perempuan, melainkan senjata mosala (gada) yang akan memusnahkan kamu semua!"
Begitu Samba membuka busana wanitanya, sebuah gada terjatuh di hadapannya. Karena ketakutan, para pemuda jahil itu langsung menghadap Kresna dan minta saran. Kresna pun menyuruh gada itu dihancurkan sampai benar-benar jadi serpihan dan ditebarkan ke laut. Bubuk itu kemudian hanyut dan tumbuh menjadi sebuah padang rumput eruka.
Saat rombongan Kresna dari Dwaraka melintasi padang eruka itu, beberapa orang menggelar pesta minuman keras – meski Baladewa dan Kresna sudah melarang mereka. Dalam pesta itu mereka mulai saling mengejek dan mulailah terjadi pertengkaran. Tangan masing-masing orang kemudian memegang rumput eruka dan rumput itupun berubah menjadi gada. Adu gada antar ras paling tangguh di dunia saat itupun terjadi. Ketika Kresna dan Baladewa kembali nyaris tak ada satupun yang tersisa dari kaum Yadu dan Yadawa. Baladewa kemudian bersemadi dan kembali menjadi naga Adisesa sementara Kresna meninggalkan padang itu dan bersemedi di dalam hutan.
==AKHIR HAYAT==
Dalam wujudnya sebagai Rama Awatara, Wisnu pernah secara curang membunuh Subali dari belakang dan Subali pun memprotes tindakan Rama yang tidak kesatria itu. Rama pun menyatakan bahwa Subali boleh menuntut balas padanya di kehidupan selanjutnya. Dan itu terjadi. Seorang pemburu bernama Jara, reinkarnasi Subali, tanpa sengaja memanah kaki Kresna dan saat ia buru-buru minta maaf atas tindakannya itu Kresna mengatakan bahwa Jara hanya memenuhi janjinya yang terdahulu. Ia berterima kasih pada Jara dan menyuruh Jara pergi. Kresna mangkat beberapa saat kemudian. Ia mangkat dalam usia 125 tahun.
Jenazahnya diperabukan oleh para Pandawa di Hastina dan sepeninggal Kresna, Pandawa pun undur diri dari kehidupan duniawi. Mereka, didampingi Dropadi, kemudian memanjat Gunung Mahameru dan satu demi satu wafat di sana.
==HUBUNGAN KELUARGA==
Ayah Kresna adalah Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa, sehingga Krishna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.
==TRIVIA==
• Meskipun secara terang-terangan mengaku sebagai Awatara Wisnu, hanya Pandawa, Baladewa, Bisma, Krepa, Adipati Karna, dan Widura semata yang mengakui Kresna sebagai Awatara Wisnu.
• Kresna adalah awatara Wisnu yang paling populer.
• Ada sebuah sub-sekte Waisnawa yang bernama Hare Krishna (Bhakti Pada Krishna) yang sangat populer di dunia barat dan Indonesia akhir-akhir ini.
• Kresna adalah satu-satunya awatara Wisnu yang berpoligami.
• Dalam versi India, Kresna tidak memanggil Baladewa dengan sebutan Kangmas / Kakak / Mas / Abang, hanya ‘Balarama / Baladewa’ saja.
• Sisupala konon pernah ‘naksir’ Rukmini, permaisuri kedua Kresna. Tapi Rukmini sudah terlanjur dibawa kawin lari oleh Kresna saat Sisupala hendak melamarnya. Itulah mengapa Sisupala sangat benci pada Kresna.
• Dalam satu versi, konon dalam kunjungannya sebagai duta Pandawa, Kresna didampingi oleh Satyaki. Satyaki sempat geram dan ingin membunuh Duryodhana saat itu juga namun dicegah Kresna.
• Ada versi yang menyatakan bahwa Baladewa tidak langsung pergi meninggalkan dunia ini saat ras Yadawa musnah melainkan tinggal dan mendampingi Parikesit.
• Ras Yadu dan Yadawa juga merupakan ras yang dibawahi Arjunasasrabahu.
• Sketsa Kresna dengan pensil di bagian kanan merupakan buah karya Pak Adi Suta (https://www.facebook.com/artadisuta), ilustrator dari Yogyakarta.
----------------------------------------------
CATATAN PENTING:
Mengingat "sensitifnya" artikel ini, maka untuk tahu lebih banyak tentang Avatar (Awatara) Kesembilan, Buddha silakan kunjungi artikelnya langsung di link ini.
Semua artikel ini bersumber dari:
Le Chateau de Phantasm - Official Facebook Page
No comments:
Post a Comment