MITOSPEDIA - MITOLOGI VEDA / VEDIC / INDIA
RINGKASAN RAMAYANA DAN MAHABHARATA

AWATARA KETUJUH – RAMA AWATARA
Nama lain : Ramachandra, Ramawijaya, Sri Rama, Maryada Purushottama, Yama (Myanmar)
Arti Nama : Yang Ditinggikan (Rama), Manusia Sempurna (Maryada Purushottama)
Ras : Manusia Awatara (Awatara Wisnu).
Masa Kemunculan : Treta Yuga.
Senjata : Busur Kodandam / Kokanda, Brahmastra
Pasangan : Sinta / Sita
Anak : Kusa dan Lawa
Profesi : Pangeran Kosala => Raja Kosala (Ayodhya).
Lawan Utama : Rahwana dan Kumbakarna.
Halo Fantasianers, jumpa lagi di sesi Pantheon Explorer untuk membahas
lagi soal Awatara Wisnu. Semoga belum bosen ya. Hehehehe, kalau bosen
silakan kasih komentar di bagian bawah post ini dan usulin mau minta
Admin bahas apa .
Baiklah kali ini kita akan membahas Awatara Wisnu yang ketujuh yaitu :
RAMA. Rama di sini adalah protagonis dalam epos Ramayana dan merupakan
Awatara Wisnu pertama yang digambarkan punya kulit kebiruan seperti
kulit asli Wisnu.
==KELAHIRAN==
Ada seorang raja bernama
Dasarata, penguasa wilayah Kosala, dari Dinasti Surya (dinasti yang
diturunkan dari Batara Surya). Dasarata ini memiliki tiga orang
permaisuri yakni : Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Dalam suatu medan laga,
Dasarata terluka parah dan tiba-tiba saja permaisuri ketiganya – Kekayi
– nekat maju sendirian ke medan laga dan membantu Dasarata melarikan
diri dari kejaran musuh-musuhnya. Atas keberanian Kekayi itu, Dasarata
bersumpah akan mengabulkan dua keinginan Kekayi tapi sampai waktu cukup
lama Kekayi tidak meminta apa-apa. Kekayi pun dijanjikan bahwa jika
Kosalya dan Sumitra tidak jua memiliki anak, maka putra Kekayi akan
dijadikan yuwaraja – putra mahkota – oleh Dasarata.
Ternyata
Kosalya dan Sumitra akhirnya hamil. Kosalya melahirkan lebih dahulu
seorang putra bernama Rama, sementara Sumitra melahirkan dua putra
kembar bernama Laksmana dan Satrugna. Kekayi? Dia melahirkan paling
belakang. Putranya diberi nama Bharata.
==BERGURU PADA WISWAMITRA==
Saat Rama dan Laksmana beranjak remaja, ada seorang Rsi bernama
Wiswamitra – salah satu dari Tujuh Sapta Rsi yang berkunjung kepada
Dasarata. Wiswamitra punya reputasi buruk sebagai rsi berangasan, nyaris
sejajar dengan Parasurama (Awatara Wisnu ke-6) dan Rsi Durwasa (Awatara
Siwa). Tolak keinginannya maka musibah besar sudah pasti menantimu .
Dasarata bicara dengan sangat hati-hati dan mempersilakan Sang Rsi
untuk meminta apa saja selama ia dapat mengabulkannya. Dasarata berpikir
Rsi itu minta sumbangan atau tanah, tapi ternyata Wiswamitra justru
meminta Rama dan Laksmana ikut dengannya untuk membantai beberapa
raksasa pengganggu pertapaan. Dasarata sempat protes dengan permintaan
Sang Rsi tapi dengan reputasinya sebagai ‘mantan raja’dan ‘keahlian
diplomasinya’ (baca : reputasi kutukannya), Wiswamitra berhasil
meyakinkan Dasarata untuk mempercayakan Rama dan Laksmana padanya.
Rama dan Laksmana pun dibawa ke hutan, hidup di antara para Rsi dan
Wiswamitra mengajari Rama segala teknik beladiri dan penggunaan astra.
Rama sendiri kemudian mengajari Laksmana segala pengetahuan yang ia
dapat dari Wiswamitra (karena Laksmana agak ‘lambat’ belajarnya plus agak gampang naik darah).
Tugas sehari-hari Rama dan Laksmana adalah mengusir para raksasa yang
‘cari makan’ atau ‘main-main’ ke pertapaan para Rsi. Rama terhitung
mengalahkan tiga raksasa yakni : Tataka (dibunuh), Marica (diampuni),
Subahu (dibunuh). Marica dan Subahu adalah raksasa yang suka sekali
melempari sesajen para Rsi dengan darah dan daging mentah, sementara
Tataka suka membunuhi para Rsi.
==SAYEMBARA DI MITHILA DAN PERTEMUAN DENGAN PARASURAMA==
Beberapa saat setelah Rama dan Laksmana kembali ke istana, Wiswamitra
mampir lagi dan mengajak dua muridnya itu ke Mithila karena di sana ada
sayembara untuk memperebutkan Dewi Sinta, anak angkat Raja Janaka
Mithila. Rama dan Laksmana pun berangkat ke Mithila.
Di
Mithila, sayembara yang harus mereka lakukan adalah mengangkat sebuah
busur bernama Haradhanu (Busur Siwa). Busur itu super berat. Tak ada
satupun peserta yang mampu mengangkatnya, tapi Janaka sengaja memberi
sayembara seperti itu karena Sinta saja – meski dia wanita – bisa
mengangkat busur itu seolah-olah busur itu enteng.
Peserta
lain sudah mulai ribut dan menuduh Janaka mengajukan syarat yang
mustahil sampai Rama maju dan mengangkat busur itu dengan entengnya lalu
merentangkan talinya. Tampaknya Rama menggunakan kekuatan yang agak
berlebihan dalam menarik Haradhanu karena setelah itu Haradhanu
tiba-tiba malah patah jadi dua, menimbulkan suara guntur menggelegar
yang terdengar sampai pertapaan Parasurama.
Rama akhirnya
mendapatkan Sinta dan Dasarata pun datang ke Mithila untuk menghadiri
upacara pernikahan putranya. Saat pesta usai, rombongan dari Kosala
memboyong pasangan ini pulang ke Kosala dengan didampingi Wiswamitra dan
Wasistha (anggota Sapta Rsi yang lain), tapi tengah jalan mereka
dicegat oleh Parasurama. Wiswamitra yang biasanya ‘sangar’ dan Wasistha
yang biasanya tenang langsung gugup setengah mati dan meminta koleganya
sesama Sapta Rsi itu kembali ke pertapaan, tapi Parasurama bergeming. Ia
malah menantang Rama untuk merentangkanWisnudhanu (Busur Wisnu)
miliknya kepada Rama. Busur ini konon tidak bisa digunakan siapapun
kecuali Parasurama dan para Awatara Wisnu. Saat Rama dengan mudahnya
membengkokkan busur itu, ia mengancam Parasurama, “Waisnawa ini harus
mendapatkan mangsa. Apa yang Tuan (Parasurama) pilih untuk dihancurkan
panah ini? Kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?”
Parasurama
memilih supaya busur itu menghancurkan hasil tapanya (yang akhirnya
membuat Parasurama harus mengulangi tapanya dari awal dan kekuatannya
jauh berkurang di zaman para Pandawa) lalu mundur kembali ke dalam hutan
untuk mengasingkan diri.
==PENGUSIRAN RAMA==
Rama dan
Sinta hidup bahagia selama beberapa tahun di Ayodhya, ibukota Kosala,
sampai suatu hari Dasarata yang telah menua mengemukakan rencananya
kepada para permaisuri untuk mengangkat Rama sebagai Yuwaraja (putra
mahkota) sekaligus pelaksana tugas harian kerajaan karena sebentar lagi
ia hendak mengundurkan diri. Pada awalnya ketiga permaisurinya setuju
saja. Tapi seorang dayang Kekayi yang bernama Mantara, mengemukakan
pendapatnya bahwa Bharata kelak bisa saja disingkirkan oleh Rama kalau
Rama menjadi raja, sebab Dasarata dulu pernah berjanji bahwa putra
Kekayilah yang akan menjadi raja. Rama pasti ingat akan janji itu dan
pasti akan menghabisi atau mengasingkan Bharata dan Kekayi nantinya.
Terhasut oleh kata-kata Mantara, Kekayi menggunakan dua hak istimewanya
yang tidak pernah ia pakai itu. Pertama ia meminta agar bukan Rama yang
menjadi Yuwaraja melainkan Bharata. Yang kedua ia meminta agar Rama
dibuang ke hutan selama 14 tahun. Dasarata langsung tergoncang mendengar
permintaan Kekayi tapi karena ia sudah terlanjur janji dan melanggar
janji pada masa itu bisa dibilang sama saja mencoreng harga diri, maka
dengan berat hati ia mengabulkan permohonan Kekayi.
Apa
tanggapan rakyat Kosala? Mereka memprotes keputusan Raja. Mereka
menghujat Dasarata dan Bharata, terlebih ketika Rama dan Sinta
meninggalkan istana tanpa pakaian kebesaran, hanya mengenakan pakaian
kulit pohon ala para pertapa. Laksmana yang paling emosi. Ia sempat
minta izin Rama untuk memimpin pemberontakan kepada ayah mereka sendiri
tapi Rama mencegahnya. Pada akhirnya Laksmana memilih ikut dengan Rama
karena dia tidak mau ‘dekat-dekat’ dengan Bharata.
Dasarata
meninggal tak lama setelah Rama pergi. Sementara itu saudara kembar
Laksmana, Satrugna, memilih tinggal di Ayodhya sampai Bharata pulang
dari negeri seberang. Ketika Bharata kembali, dia langsung gempar
mendengar cerita Satrugna bahwa Rama telah pergi dan cerita ibunya bahwa
Dasarata telah meninggal dan kini ialah yang menjadi raja. Langsung
saja ia menyusul Rama ke hutan dan memintanya kembali tapi Rama menolak
karena kalau ia kembali berarti ia akan mempermalukan nama ayahnya
sepanjang masa (Mereka yang melanggar sumpah di masa ini, namanya akan
tercoreng dan jadi bahan hujatan meski sudah mati). Bharata akhirnya
menyerah dan meminta kasut Rama.
Ketika Bharata kembali ke Ayodhya, ia mengumumkan dua maklumat :
1. Dia tidak lagi mengakui wanita bernama Kekayi sebagai ibunya karena
tindakan jahatnya yang mengusir Rama dengan menggunakan janji Dasarata
bertahun-tahun yang lalu.
2. Bharata tidak akan memerintah Ayodhya
dan seluruh Kosala sebagai raja, melainkan hanya sebagai wali raja. Raja
Ayodhya dan seluruh Kosala tetaplah Rama dan kasut Rama akan ia
letakkan di singgasana sebagai tanda bahwa Rama kelak akan kembali
sebagai raja.
Hubungan Bharata dan Kekayi tidak pernah sama lagi setelah itu.
==PENCULIKAN SINTA OLEH RAHWANA==
Rama menghabiskan 12 tahun pengasingannya di antara para Rsi yang
mengasingkan diri. Terkadang ia bertemu dengan Wiswamitra yang sekali
lagi ngasih Rama dan Laksmana ‘kerjaan sambilan’ mengusir raksasa.
Terkadang ada juga Rsi lain yang minta tolong langsung pada Rama untuk
mengusir raksasa.
Di tahun ke 13, Rama dan Sinta kedatangan
tamu. Cewek cantik yang terang-terangan menggoda Rama bernama Surpanaka.
Ia hendak membunuh Sinta supaya bisa merebut Rama, tapi Laksmana yang
baru kembali dari mencari kayu langsung mengusir Surpanaka. Surpanaka
akhirnya kembali pada sosok semulanya yakni raksasi (raksasa wanita) dan
menghajar Laksmana. Tapi Laksmana justru malah memotong dan mencederai
hidung dan kuku-kuku Surpanaka lalu mengusirnya dari area tempat tinggal
Rama.
Surpanaka yang sakit hati dikalahkan, mengadu pada
kakaknya, yakni Kara. Kara dan pasukannya langsung menggempur rumah Rama
namun Rama dan Laksmana berhasil menghabisi seluruh pasukan itu.
sulunya, Rahwana, atas kelancangan Rama dan Laksmana. Rahwana langsung
turun langsung ke lapangan, mengintai rumah Rama. Tapi ketika melihat
sosok Sinta, dirinya langsung menginginkan wanita itu menjadi istrinya
(meski dia sudah punya banyak istri sebelumnya ).
Ia kemudian menyuruh Marica mengubah dirinya menjadi kijang emas. Sinta
yang melihat kijang itu langsung meminta agar Rama memburunya. Rama
akhirnya meninggalkan Sinta di pondok dengan pengawasan Laksmana. Kijang
yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Ketika Rama
memanahnya, hewan tersebut berubah kembali menjadi Marica, patih Sang
Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan
suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya,
Sinta menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan. Pada mulanya
Laksamana menolak, namun karena Sita bersikeras (bahkan sampai menuduh
Laksmana berniat merebut dirinya dari Rama), Laksmana meninggalkan
Sinta. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada
orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai
brahmana, menipu Sinta sehingga Sinta keluar dari lingkaran pelindung
dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Rama ke hutan, Rama
terkejut karena Laksmana melapor bahwa ia meninggal Sinta sendirian di
dalam pondok. Ketika mereka berdua pulang, Sinta sudah tidak ada.
==LAPORAN JATAYU DAN PERTEMUAN DENGAN HANOMAN==
Dasarata pernah menjalin hubungan akrab dengan Jatayu – raja para
burung Garuda. Saat Rama dalam masa pembuangan, Jatayu sering menemui
Rama dan kadang mengusulkan tempat tinggal yang layak bagi Rama. Saat
Rama dan Laksmana menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai,
mereka menemukan tempat yang penuh ceceran darah dan pecahan-pecahan
kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir bahwa itu
adalah pertempuran antar raksasa yang memperebutkan Sita, dan tak lama
kemudian mereka menemukan Jatayu yang sekarat. Dari penjelasan Jatayu
Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu
menghembuskan napas terakhirnya. Rama dan Laksmana kemudian mengadakan
upacara pembakaran jenazah bagi Jatayu.
Seorang dewa bernama
Kabanda menemui Rama dan Laksmana dan menyarankan mereka menemui seorang
wanara bernama Sugriwa karena Sugriwa mungkin saja bisa membantu Rama
menemukan Sinta.
Saat mereka memasuki daerah para wanara,
mereka ditemui sesosok brahmana yang tak lain adalah Awatara Siwa,
Hanoman. Ketika dua awatara Trimurti ini sudah saling mengenali, Hanoman
mengantarkan Rama pada Sugriwa. Sugriwa pun berjanji akan membantu Rama
menyerbu Alengka asal Rama mau membantunya mengalahkan kakaknya,
Subali, guna menempatkannya di tahta Kiskenda. Rama setuju dan ketika
Subali dan Sugriwa bertarung, Rama memanah Subali dari belakang dan
mengakhiri riwayat Subali. Beberapa saat setelah penobatan Sugriwa,
Sugriwa mengirimkan tim pencari beranggotakan Anggada (putra Subali),
Hanoman, dan Jambawan untuk mencari jalur menuju Alengka.
==BERSETERU DENGAN BARUNA DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN RAMASETU==
Di tahun ke-14 pengasingannya, Hanoman dan tim pencari lainnya kembali
dan menceritakan soal medan Alengka pada Subali dan Rama. Rama pun
segera berangkat diiringi Laksmana para wanara Kiskenda. Ketika mereka
sudah mencapai pantai yang memisahkan Kiskenda dengan Alengka, seorang
raksasa bernama Wibisana datang menghadap Rama bersama dua raksasa
lainnya. Ia mengaku akan berpihak pada Rama.
Lalu masalah baru menghadang. Di pasukan Rama yang bisa terbang / lompat melintasi lautan cuma :
• Anggada
• Hanoman
• Rama
• Laksmana
• Wibisana dan para pengawalnya
Yang lain tidak dan lautan terlalu deras untuk dilalui dengan berenang.
Akhirnya Rama bersemedi kepada Baruna untuk memohon supaya Sang Dewa
Lautan membukakan laut (baca : mengeringkan laut) bagi pasukannya. Tiga
hari bersemedi, Baruna diam saja. Rama kesal dan langsung menarik
busurnya dan bersiap meluncurkan Brahmastra ke lautan.
Baruna
yang ketakutan akhirnya langsung muncul dan berkata bahwa dia tidak bisa
mengabulkan permohonan Rama sebab lautan tidak mungkin dan tidak boleh
terbelah (Hal ini menjadikan hanya Musa satu-satunya orang yang bisa
membelah lautan ). Ia akhirnya menyarankan Rama membangun jembatan saja.
==MENGGEMPUR ALENGKA==
Seorang wanara bernama Nila ditunjuk menjadi mandor jembatan. Ketika
jembatan itu selesai, jembatan itu diberi nama Ramasetu. Dengan jembatan
itulah para wanara beranjak merangsek ke Alengka.
Alengka
digempur selama berhari-hari. Dalam pertempuran ini konon Indra, sang
raja kahyangan, dan Garuda, wahana Wisnu, juga turut serta. Sehari
menjelang pertempuran terakhir, Rahwana memanggil adiknya Kumbakarna dan
menyuruhnya maju menghadapi Rama.
Kumbakarna sebenarnya tidak
setuju dengan tindakan Rahwana yang main ambil istri orang. Tapi karena
menghormati kakaknya sebagai raja, ia akhirnya maju perang juga.
Kumbakarna menghabisi peleton yang dipimpin Anggada dan Nila sebelum
Rama menyelamatkan Anggada dan Nila dengan memanah kedua tangan
Kumbakarna. Dalam keadaan tangan buntung, Kumbakarna tetap mengamuk
menggunakan kakinya, Rama pun memanah kedua kaki Kumbakarna. Kumbakarna
pun masih melawan dengan mengguling-gulingkan tubuhnya sampai akhirnya
Rama memenggal kepala Kumbakarna.
Sepeninggal anak-anak dan
saudara-saudaranya, akhirnya Rahwana sendiri maju perang di hari
terakhir. Rama dan Rahwana akhirnya saling baku hantam selama berjam-jam
sampai akhirnya Rama memenggal satu demi satu kepala Rahwana. Tapi
setiap kepala yang terpenggal selalu tumbuh kembali. Rama mencoba
menghancurkan seluruhnya secara bersamaan dan hasilnya sama saja. Kepala
Rahwana tumbuh lagi.
Indra menganalisa kekuatan Rahwana lalu
memberitahu Rama bahwa dahulu Rahwana pernah diberi Tirta Amerta. Meski
tidak bisa menelannya, Rahwana menyimpan kendi berisi air abadi itu di
dalam perutnya. Rama harus menghancurkan kendi itu kalau ingin
menghabisi Rahwana. Rama pun akhirnya memanggil Brahmastra dan
menghancurkan kendi berisi Tirta Amerta di dalam tubuh Rahwana. Rahwana
pun tewas beberapa jam setelah itu.
==RAGU AKAN KESUCIAN SINTA==
Sinta dikurung di Alengka selama 1 tahun penuh, tapi meski raksasa,
Rahwana masih tahu adat-istiadat dan tidak memperkosa Sinta. Ia
mengurung Sinta di sebuah taman sampai Sinta bersedia menjadi istrinya.
Tapi Rama sendiri jadi ragu akan kesucian Sinta karena itu ia mengutus
Laksmana yang menjemput Sinta dari taman kurungannya.
Ketika
Laksmana kembali, Rama memberinya perintah kedua yang mengejutkan. Ia
minta Laksmana membuatkan tempat pembakaran diri bagi Sinta karena Rama
ingin tahu apakah Sinta masih suci atau tidak.
Laksmana protes
dan mengomel tapi akhirnya ia membuatkan juga tempat itu. Api dinyalakan
dan setelah beberapa saat, Batara Agni keluar dari dalam api dengan
membopong tubuh Sinta sambil memarahi Rama karena meragukan kesucian
Sinta.
==KEMBALI KE AYODHYA==
Rama menyerahkan tahta
Alengka pada Wibisana lalu memulai perjalanannya pulang kembali ke
Kosala. Rama dan Sinta sendiri kembali ke Ayodhya di akhir tahun ke-14
pengasingannya. Bharat dan Kekayi menyambut mereka lalu menobatkan Rama
menjadi raja Ayodhya. Rama konon memerintah selama 11.000 tahun dan
memiliki dua anak kembar yakni Kusa dan Lawa. Kosala sendiri kemudian
menjalin hubungan erat dengan Kiskenda, kerajaan para wanara.
==AKHIR HAYAT==
Sinta adalah putri Dewi Bumi. Suatu ketika ia menghilang ke dalam bumi,
kembali ke pelukan ibunya. Rama sendiri bersama Satrugna dan Bharata
kemudian pergi ke Sungai Sarayu (Serayu) dan ketiganya moksha
bersama-sama, bersatu membentuk sosok Wisnu.
==TRIVIA==
•
Laksmana tidak tinggal bersama Rama lagi saat akhir hayatnya. Karena
pernah tanpa sengaja terpaksa melanggar peraturan saat Rama tengah
berbincang dengan Batara Yama, Laksmana diasingkan dan akhirnya menjadi
pertapa di akhir hayatnya. Laksmana juga akhirnya moksha dan kembali
menjadi sosok naga Ananta Sesa.
• Ada Awatara Wisnu lain yang
menggunakan nama ‘Rama’ yakni Parasurama. Rama pada saat itu memang
menjadi nama yang sangat populer.
• Dalam kehidupan awatara
berikutnya sebagai Kresna, Wisnu memiliki saudara lelaki yang juga
bernama Rama, tepatnya Balarama / Baladewa.
• Setelah Rama moksha, kedua putra kembarnya memerintah secara bersama-sama.
• Dalam pewayangan Jawa, senjata yang digunakan Rama untuk mengalahkan
Rama disebut Kyai Dangu dan Rahwana sebenarnya tidak langsung mati
melainkan terluka dan bersembunyi di antara dua gunung yakni Sondara dan
Sondari. Dua gunung itu kemudian perlahan-lahan menghimpit Rahwana dan
mengurung sang raja Alengka di sana.
• Ramayana adalah kisah yang
populer di Asia Tenggara, utamanya di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan
Laos. Sementara di Indonesia sendiri meski Ramayana populer tapi tetap
kalah populer dibanding Mahabaratha.
• Raja-raja Thailand di era
modern memakai nama ‘Rama’ sebagai gelar mereka saat bertahta. Raja
Thailand saat ini bergelar Rama IX.
• Komikus Indonesia,Is Yuniarto ,
mengadaptasi kisah Ramayana dalam komik berjudul ‘Grand Legend
Ramayana’. Dalam versi ini, senjata Rama bukan Kodandam melainkan
Agniastra.