 |
It's Hailstorm in Hell |
Badai Es Melanda Neraka
Review Sang Musafir
Novel Vandaria Saga – Hailstorm
Karya Fachrul R. U. N.
Penerbit: Gramedia Pustaka
Utama, 3 Juni 2012
Genre: Dark Fantasy, Survival,
Thriller, Suspense
Tipe Cetakan: Paperback, 436 halaman
ISBN: 9789792285 (ISBN13:
9789792285253)
Sinopsis:
Ambisi.... Kekuasaan....
Kekuatan....
Ketiganya berpusar bagai badai, terpusat pada satu keluarga: Hailstorm. Bahkan
sosok digdaya, Raja Deimos Amurdad, menerjang ke dalam pusaran badai lewat
tawarannya yang terlalu menggiurkan untuk ditolak: Kekuatan penakluk segala!
Mereka yang menginginkan anugerah itu harus mengatasi tantangan maha dahsyat di
tempat maha berbahaya: Reigner, alam kematian.
Semua berlomba mendapatkan kekuatan itu. Jika berhasil, mereka akan mempunyai
senjata untuk menumbangkan Sang Raja Tunggal. Jika gagal, kematian menjadi hal
yang tak terelakkan. Segala cara untuk mengumpulkan pasukan hebat ditempuh
Hailstorm. Bahkan cara kotor. Menyandera keluarga kesatria veteran Lavinia,
yang sesungguhnya ia tak ingin kembali mengangkat pedang.
Mungkinkah Lavinia berhasil menyelamatkan keluarganya? Atau... malah menjadi
tumbal ambisi keluarga Hailstorm? Ini adalah kisah tentang Sang Badai dan
Penunggangnya.
“Tak perlu mengenal Vandaria untuk membaca kisah ini. Namun, bisa dipastikan,
Anda akan mengakhiri buku ini dengan rasa haus yang luar biasa terhadap
kedahsyatan Vandaria. Buku yang sangat powerful. Dante’s Inferno in Vandaria
style!”
— Kris Antoni Hadiputra Nurwono, CEO & Co-Founder Toge Productions; Jakarta
Chapter Coordinator of International Game Developer Association (IDGA)
“Seperti masuk dalam selimut ajaib, dan mendapati kisah seru sebelum tidur!”
— Yudhi Herwibowo, Penulis Mata Air Air Mata Kumari, Untung Surapati, dan
beberapa buku lainnya.
“Sekali lagi masuki dunia Vandaria melalui kisah pertualangan yang penuh
misteri, intrik, dan pertarungan seru—yang siap menjerat pembaca untuk setia
hingga halaman terakhirnya.... Hailstorm sungguh dahsyat!”
— Harry K. Peterson, Penulis Trilogi Aggelos
Baru saja Sang Musafir kembali
ke “markas”-nya, duduk-duduk sambil mengemil roti kurma, datanglah rekannya
sesama pejalan cakrawala. Kali ini, pria yang menjuluki dirinya “God Emperor of Awesome” ini malah
menyampaikan tantangan.
“Sudah pernah ke nerakanya
Vandaria?” ujar Fachraz, pejalan cakrawala itu.
“Reigner? Belum. Apa bedanya
dengan di dunia-dunia lain? Bukankah itu alam kematian, negeri para pemihak
kegelapan?”
“Yeah. Berani pergi ke sana? Ada petualangan awesome, lho! Sebagai penggemar kisah-kisah penuh aksi, plus nuansa
dark fantasy, aku jamin kau pasti
akan terbawa ketegangan sampai ketagihan, susah menaruh buku sampai begadang
segala.”
Mata Sang Musafir berbinar.
“Tentu saja aku berani, tunggu apa lagi? Jarang sekali ada novelis fantasi Indonesia
yang merambah sampai ke dunia bawah.”
Maka, kedua pejalan cakrawala,
Fachraz dan Sang Musafir menyusup sebagai prajurit keluarga Hailstorm. Lalu, bersama
para jagoan ternama yang direkrut Hailstorm dengan menghalalkan segala cara,
mereka berangkat ke Reigner.
Di antara para jagoan itu adalah:
- Iridio
Hailstorm: Sosok ambisius yang penuh percaya diri, mengira ia dapat
meraih apapun juga dengan kekuatan, kekuasaan dan kekayaannya. Repotnya,
ia sering dikecewakan dan malah menghalalkan segala cara untuk menebus
kekecewaan itu.
- Santorius
Hailstorm: Pria yang memendam rasa iri dan dengki pada saudaranya yang
lebih superior. Sepak terjangnya
cenderung ditujukan untuk membuktikan diri bahwa ia cukup mampu jadi
pemimpin marga bila Iridio tewas di Reigner.
- Tsujikaze: Ronin
(pendekar pengelana) dari Rho’vell yang ingin membuktikan diri sebagai
pendekar terbaik di Vandaria, tak hanya di negeri asalnya sendiri.
Sikapnya sering serampangan dan cenderung oportunis.
- Amir
Al-Tatum: Pria bertubuh sangat besar dari Isfaris ini adalah seorang
pendekar frustrasi. Ia ingin mencari cara untuk mati yang sesempurna
mungkin hingga ia selalu terjun dalam petualangan-petualangan berbahaya –
yang lucunya selalu ia lalui dengan selamat.
- Merryweather:
Peran karakternya sebenarnya adalah comic relief dan pendamai. Sesuai namanya, ia bagai angin
sejuk, cuaca cerah (merry weather) di
tengah badai. Namun, di balik keceriaan gadis manis ini, ada rasa “tak
berharga” yang selalu dipendamnya. Ia selalu menganggap dirinya sendiri
hanya sekedar “alat pembunuh”, bukan manusia seutuhnya. Justru sikap
periangnya jadi topeng, yang jadi perisainya menghadapi kebejatan dunia.
- Edric dan
Fleta: Suami-istri pendekar-pemanah piawai, yang menganggap misi
keluarga Hailstorm ini sebagai kesempatan emas, pintu menuju kehidupan
yang lebih baik bagi keluarga dan anak-anak.
- Lavinia: Wanita
ksatria frustrasi yang terkenal dengan julukan “Pedang Cepat” ini perlahan-lahan
sedang menyusun kembali puing-puing kehidupannya dengan bantuan anak dan
adiknya. Lalu datang lagi si “badai”, menjebaknya dalam situasi
serba-salah bak buah simalakama, dalam mission
impossible ini. Pendirian Lavinia seteguh karang, tak tergoyahkan oleh
apapun. Namun ia tetaplah manusia yang punya kelemahan. Walau demikian, ia
harus tetap bertahan hidup agar dapat melindungi orang-orang yang
dikasihinya. Selama ia masih bernapas, selalu ada harapan, sekecil apapun
harapan itu.
 |
Lavinia si Pedang Secepat Kilat - fan art by vadis |
Nah, sebab dan latar belakang
misi ini sudah dijelaskan dalam sinopsis, yaitu tantangan Amurdad, Bapa Orang
Murtad, si Raja Deimos, penguasa Reigner dengan hadiah kekuatan tak terbatas
untuk menandingi Raja Tunggal (hey!). Makanya berangkatlah pasukan Hailstorm
melanda Reigner.
Menapaki dunia penuh darah, api
dan tubuh-tubuh hangus membusuk ini, Sang Musafir merasa nyawanya bisa melayang
setiap saat. Bagaimana tidak, ini dunia yang sangat asing baginya, bahkan bagi
keluarga Hailstorm dan orang Vandaria sekalipun. Segala kejutan mengintai dari
segala sudut, termasuk serangan-serangan mendadak dari para “penduduk asli”.
Sang Musafir menepuk dahi. “Oh
iya, aku ini ‘kan
pejalan cakrawala, yang notabene adalah pembaca. Yah, kurasa kesempatanku hidup
jauuuh lebih besar dari mereka ini.”
Fachraz mengangguk. “Yap. Lebih baik kita berfokus pada kedelapan jagoan tadi.
Silakan berpenasaran dan bertebak-tebakan ria, siapa dari mereka yang paling
cepat ‘tereliminasi’ dan siapa yang pada akhirnya bakal keluar dari Reigner
hidup-hidup.”
“Hmm, Raz. Kalau boleh tahu, apa
dan siapa saja yang kira-kira bakal kita hadapi di dunia kematian ini?”
Si “pemandu” menjelaskan, selain
monster-monster Deimos yang brutal, ada beberapa tokoh antagonis yang makin
mempertegang suasana. Di antaranya:
- Amurdad: Raja
dunia bawah, penguasa para Deimos. Ia sedang menyusun suatu rencana besar,
dan kebetulan Keluarga Hailstorm juga berupaya untuk “mendekati” alam
Reigner. Maka ia melontarkan tantangan, ujian, untuk menyeleksi dan
menempa seorang calon duta-nya yang akan mengemban kekuatan tak terbatas. Barulah
setelah itu tahap kedua rencananya bisa dimulai.
- Reedra:
Berperan sebagai “pemandu lokal” di Reigner, Deimos wanita ini layak
mendapatkan Piala Oscar sebagai aktris yang sangat meyakinkan.
- Aurelio
Luvareth: Berhubung salah satu ujian para “peserta” adalah berhadapan
dengan ketakutannya yang terdalam, nemesis
dari masa lalu Lavinia inilah yang memberikan perlawanan terdahsyat.
Hati-hati dengan kesumat arwah penasaran.
 |
Aurelio Luvareth, arwah dendam kesumat - fan art by vadis |
|
Salah satu nilai tambah dalam
kisah ini adalah tokoh-tokohnya yang sangat “manusiawi”. Beberapa bahkan punya
tendensi brutal, “gila”, hilang ingatan dan memiliki kelainan mental tertentu. Masing-masing
tokoh punya kelemahan, masa lalu, ketakutan-ketakutan yang justru malah
dimanfaatkan antek-antek Reigner sebagai batu ujian mereka yang terberat.
Jadi, survival game ini bukan hanya urusan adu kekuatan saja, tapi juga
adalah perang urat saraf yang terus-menerus dan konstan. Makin teguh si
peserta, jalan yang seperti mendaki gunung makin terjal dan batu ujiannya makin
berat saja.
Akan tampak orang yang lulus uji
adalah yang mampu mengangkat batu itu sampai di garis akhir, mengatasi lawan
terberat yang adalah dirinya sendiri.
Dalam novel penuh aksi ini,
kalaupun ada sepercik drama, itu tak jauh dari kehidupan Lavinia dan
Merryweather. Pergolakan antara cinta dan prinsip, kehormatan dan rasa tak
berharga, hingga menyangkut harapan melawan kenyataan.
Kalaupun ada twist, satu-satunya
“bocoran” adalah: Saat situasi tampak tanpa harapan sama sekali, selama ada
yang masih bernapas, selalu ada harapan dan peluang, sekecil apapun itu.
Kuncinya adalah memperluas pemikiran (out-of-the-box) dan melakukan
improvisasi.
Sisanya adalah ketegangan
(suspens) dan alur logika yang membuat para pembaca makin penasaran dan
menebak-nebak:
-
Akankah tokoh utama “dimatikan” atau
“berkorban”?
-
Akankah hasil akhirnya jadi kegagalan total,
dengan Amurdad menari-nari penuh kemenangan sambil menangis karena rencananya
niscaya tertunda?
-
Siapa sajakah yang akan bertahan dalam The Hellstorm Game ini dan keluar dari
Reigner dalam keadaan masih bernapas? Dan siapa yang mendapat “hadiah” dari
panitia merangkap juri, Mr. Amurtad? (Ralat: Amurdad).
-
Dan banyak variasi tebakan lainnya. Silakan baca
sampai tuntas, lihatlah segala teka-tekinya terpecahkan satu demi satu.
Di akhir segala akhir, Fachraz
mengantar Sang Musafir beristirahat sejenak sambil minum meadar di Rumah Minum Beautram del
Porto, mengurai segala ketegangan sepanjang
perjalanan tadi.
“Bagaimana, bung? Mau coba lagi
ke Reigner?” ujar Fachraz menggoda.
“Cukup baca ‘Hailstorm’ saja,
kurasa,” jawab Sang Musafir. “Tanpa aksi, tantangan dan ketegangan ekstra, it’ll be boring like hell. Reigner jelas
bukan tempat wisata atau real estate yang
direkomendasikan di Vandaria.”
“Haha, bisa saja. Tapi serius,
bagaimana kesimpulanmu setelah aksi gila-gilaan tadi?”
“Buat sebagian orang yang lebih
suka memandang kisah-kisah fantasi dari sudut keindahan yang membuai perasaan,
baik pemaparan, background dan rangkaian kata-katanya, Hailstorm mungkin bukan
pemuas selera yang ideal. Namun bagi penyuka aksi, ketegangan yang kadarnya sekelas
‘Game of Thrones’ – George R. R. Martin, ‘Inferno’ – Dante Alighieri, dan game
‘Diablo’ keluaran Blizzard, bisa jadi mereka akan membaca tanpa bisa berhenti,
lalu, cepat atau lambat, baca lagi untuk mencari-cari kali saja ada detail yang
terlewat.”
Dan Sang Musafir bukan
mengada-ada.
Kalaupun ada yang perlu dipoles
lagi dalam “Hailstorm” ini, mungkin adalah penambahan daftar istilah di bagian
akhir novel, beserta penjelasan seperlunya tentang hierarki para Deimos di alam
Reigner. Hal ini akan lebih membantu para musafir yang baru pertamakali
menginjakkan kaki di alam Vandaria, apalagi yang langsung ke akhiratnya, untuk
lebih menyerap cerita ini dan makna ketakterbatasan Vandaria secara
keseluruhan.
Kesimpulan akhir, “Vandaria Saga
– Hailstorm” karya Fachrul R.U.N. adalah contoh yang sangat gamblang mengenai
pihak-pihak tertentu yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan “kunci”
menuju ketakterbatasan dan malah menerima lawan dari kekuatan itu, yaitu
kekuatan serba keterbatasan yang diwakili oleh Deimos.
Dan inilah salah satu peristiwa
dalam sejarah Hikayat Vandaria di Era Kristal Merah, persamaan derajat antara
frameless dan manusia ini, yang juga menyambungkan benang merah dengan zaman
selanjutnya, yaitu Era Invasi Kegelapan.
Seteguh gunung, segarang badai
Dahsyat nan digdaya, bagai badai es melanda neraka
Untuk keterangan lebih lanjut
tentang Hailstorm dan Vandaria Saga, kunjungilah:
Twitter: Follow @vandariasaga