Kiri-kanan: Karin, Fukhoy'ri, Certeus, Saeliya, Karnthe
Vandaria Saga: Harta Vaeran by
Pratama Wirya AtmajaMy rating:
4 of 5 starsVandaria Saga - Harta Vaeran
Penulis: Pratama Wirya Atmaja
Pencipta Hikayat Vandaria: Ami Raditya
Jumlah halaman isi: 517
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Vaeran Iervaanah Menyambut Sang Musafir di Jagad Vandaria
Review oleh: Andry Chang
Nah, untuk penjelajahan kali ini, Sang Musafir dari Everna memilih ke Dunia Vandaria dan mulai dari kisah Harta Vaeran ini.
Mengapa Vandaria? Perlu dicatat, selama ini brand universe-saga ini dikenal cukup luas di Indonesia, walau sebatas kalangan pemerhati role-playing novel di forum online dan kalangan pemain adu kartu koleksi (trading card game). Namun secara kumulatif Vandaria telah memiliki fan base yg luas, solid, berpopulasi besar bahkan terorganisir.
Dan kini bagai sebuah dunia adidaya mereka "berekspansi" ke segmen-segmen pasar fantasi lainnya, dalam hal ini pembaca novel cetakan dan penggemar game elektronik.
Tentu saja kalangan umum baik penggemar novel fantasi atau bukan, termasuk pula Sang Musafir akan bertanya, "Apa itu Vandaria? Dunia fantasi macam apa itu? Dari mana kami para musafir harus mulai untuk mengenal dunia itu?" Selain website resmi www.vandaria.com, novel Harta Vaeran ini adalah jawabannya.
Mengapa Vaeran? Sebagai "orang asing" yang baru pertamakali datang di ranah fantasi yang kompleks dan penuh hikayat ini, novel ini bisa menjadi acuan perkenalan awal yang cukup informatif, dengan balutan cerita yang ringan dan menghibur.
Membuka halaman pertama cerita Harta Vaeran ini, Sang Musafir seakan diajak terbang oleh "pemandu interaktif" untuk sedikit tur perkenalan Dunia Vandaria. Masuk ke cerita, si "paparazzi antar dunia" ini diam-diam mengikuti perjalanan seorang pemburu harta karun bernama Karnthe Jahlnow untuk mencari Harta Vaeran yang konon sangat berharga, misterius dan berkekuatan gaib tiada tara.
Sekilas Karnthe nampak seperti tipikal remaja yang lugu, kurang pengalaman dan tidak terlalu cerdas. Namun seiring perjalanan cerita akan nampak kelebihannya yang utama, yaitu keberanian dan semangat kepemimpinan yang mampu mempersatukan tim. Ada juga kelebihan lainnya yaitu naluri – intuisi pencarian harta karun yang lebih ditonjolkan dalam tindakan-tindakan spontan yang di luar dugaan.
Lalu, alur perjalanan yang penuh bahaya dan pencarian petunjuk itu mengalir dengan gaya RolePlayLicious (Role Playing Novel): Mencari petunjuk, menghadapi bahaya, merekrut teman seperjalanan, melawan musuh tangguh dan mendapat barang bagus sebagai hadiahnya.
“Karnthe si Gila” ini tentu saja dibantu empat teman seperjalanan lainnya yang memiliki kemampuan yang saling mendukung satu sama lain, yaitu:
- Saeliya Aerankah: gadis penyihir tempur dari ras frameless (manusia gaib) yang emosian, blak-blakan dan cenderung agresif. Seolah segala sesuatu di dunia itu adalah medan perang yang harus dimenangkan.
- Fukhoy'ri (Ah Fuk – panggilan akrab dari Sang Musafir): pria setengah frameless yang berprofesi sebagai penyihir-pelindung dan pengumpul pengetahuan. Dia ini karakter favorit Sang Musafir karena memang tujuan beliau mengunjungi Vandaria sama-sama untuk mengumpulkan "pengetahuan". Asyiknya bertemu teman seprofesi...
- Certeus Kateriol: pria yang berprofesi sebagai pengelabu mata yang bermulut pedas. Segala keahliannya itu tampaknya bertolak belakang dari postur tubuhnya yang besar dan tampak kuat.
- Za'zestay Karin: wanita pedagang-pendekar yang cukup banyak akal dan keterampilan berpedang yang mumpuni. Tipikal wanita "gaul" yang gemar bicara ini-itu, ahli negosiasi.
Yah, karena ketahuan Certeus, akhirnya Musafir mengakui misi rahasianya itu. Sempat hampir disembah-sembah pula karena disangka Vanadis (dewa politheisme di Vandaria) – gara-gara “nickname” Musafir adalah Vadis… ayayayay…Yah, jadilah Musafir anggota ketujuh Tim Karnthe yang bertugas sebagai reporter dan penikmat. Lantas siapa si “anggota keenam”? Sang Musafir akan mengungkap si “Mr. O” itu di bawah.
Sepanjang petualangan ini, ada beberapa hal yang jadi catatan penting Sang Musafir, yang diarahkan untuk diklasifikasikan sebagai berikut:
Hal-hal yang Sang Musafir sukai dari Harta Vaeran:
Ilustrasi bergaya sketchy, enak dilihat dan sangat membantu “penyerapan” cerita. Ini termasuk penggambaran para karakter utama yang “hidup” dan menonjolkan sifat masing-masing.
Plotnya yang sederhana, mengalir dan fokus ke satu misi utama menjadikan kisah ini jadi enak dibaca. Tidak perlu dibesar-besarkan sampai level “menyelamatkan dunia” atau “menentukan aliran sejarah” dan sebagainya. Tak perlu pula melibatkan para penguasa negara, cukup sampai level walikota dan tetua lokal saja. Konsistensi konsep inilah yang patut diacungi dua jempol.
Disisipkannya gaya “semi-interaktif” dengan keberadaan satu “narator”, “sang maha tahu” atau “Mr. Omniscient” yang bertugas menjadi pemandu, menjabarkan flashback, berdialog dengan pembaca yang mungkin akan bertanya-tanya, “Mengapa bisa begini? Mengapa bisa begitu?” supaya suatu kejadian tampak lebih masuk akal bagi Sang Musafir itu sungguh asyik, membantu dan cukup unik. Walau mungkin ada pula dari kalangan pembaca umum yang malah tersandung-sandung saat mengarungi arus cerita yang maju-mundur seperti ini. Yah, kembali lagi ke masalah selera umum yang coba diwakili Sang Musafir…
Hal-hal yang mengganjal Sang Musafir dari Harta Vaeran:
Tokoh Za’zestay Karin sempat membuat Sang Musafir bingung. Karin mengaku berasal dari Kerajaan Ardelkay yang notabene, menurut footnotenya condong ke Ras Asia. Warna kulit Karin yang agak gelap mungkin saja sesuai dengan ciri Asia, namun namanya, wajah, penampilan serta gaya berpakaiannya lebih mirip ke gaya Conquistador atau penjelajah ala Spanyol. Mungkin ia adalah imigran yang tinggal di Ardelkay sebagai pedagang? Atau lebih bagusnya si Ah Fuk jadi dari Ardelkay dan si Karin dari kerajaan yang mirip Spanyol ala Vandaria? Yah, Musafir hanya bisa mengangguk dan ikutan saja.
Para pemburu harta karun lain mungkin akan iri melihat Karnthe yang beruntung (atau lebih tepatnya, berintuisi kuat). Ia berjodoh dengan para pendekar handal dengan keterampilan yang “lengkap” sesuai profesi mereka. Sekilas tim Karnthe ini jadi kelihatan “sempurna” dan “Dream Team”, padahal dalam ceritanya tak jarang mereka juga sering menemukan jalan buntu. Yah, berhubung Sang Musafir pernah membuat cerita yang segenre dengan tim yang bisa dibilang “sempurna” pula, beliau justru sangat memaklumi hal ini.
Lantas muncul ganjalan berikutnya, yaitu cara menemukan para anggota tim ini. Nampaknya mereka nyaris selalu muncul pertama kali di waktu yang tepat, tempat yang tepat dan kebutuhan yang tepat pula. Misalnya Ah Fuk muncul saat Karn perlu “ekstra otak” untuk menterjemahkan batu petunjuk. Lalu si Saeliya pas sekali pernah menjadi rekan Certeus yang kebetulan ada di kota tempat ia diperlukan. Dan si Karin yang muncul saat tim Karnthe menemukan jalan buntu. Untunglah ganjalan ini diredakan dengan penjelasan bahwa si Karn punya intuisi yang bagus dalam mengenali bakat dan isi hati seseorang. Selebihnya, tinggal ikuti ceritanya.
Sepanjang cerita, Sang Musafir selalu bertanya-tanya, siapa itu Vaeran Iervaanah? Sesakti apakah frameless yang satu itu? Apa saja sepak terjangnya selama ini? Apa saja dan seberapa besarkah jasanya bagi Dunia Vandaria hingga ia layak menyandang gelar “legendaris”? Dan apakah beliau punya andil dalam salah satu kisah epik Vandaria lainnya? Satu-persatu pertanyaan itu dijawab seiring perkembangan cerita, kecuali mungkin untuk pertanyaan terakhir yang mungkin sudah dijabarkan oleh penulis tapi entah terlewatkan atau terlupakan oleh Sang Musafir ini. Glossary, please!
Adegan-adegan yang paling Sang Musafir kenang dari Harta Vaeran:
Di Bab 20, taktik menghadapi frameless dengan kata-kata “tidak” atau bernada negatif adalah solusi brilyan yang memanfaatkan sifat dasar frameless yang angkuh dan pantang ditolak, dikritik atau disanggah.
Solusi di Bab 11 yang sengaja “menambahkan” satu hutan ajaib yang penuh pohon berdaun merah-hijau-biru, dimana daun-daun itu bisa jadi bahan peledak bisa jadi adalah berkah dari Wirya, Sang Vanadis Keempatbelas. Kadang perlu solusi “luar biasa” atau “ajaib” untuk meledakkan jalan buntu dalam masalah luar biasa pula. Dalam ranah fantasi, ajaib itu halal, toh?
Di Bab 14 ada pertarungan yang cukup seru dengan “si penyair baik”. Lebih lagi saat si penyair itu bercerita tentang bakatnya yang tak dihargai umum tapi sangat dihargai oleh Vaeran (walau akhirnya “dikerjai” pula jadi arwah penasaran). Rasanya enak kalau ada yang menghargai karya kita yang kadang tidak ikut selera “mainstream”, tapi tetap saja kita harus berhati-hati pada sanjungan siapapun.
Hal-hal yang Sang Musafir usulkan untuk Vaeran Iervanaah dan hartanya:
Dari cerita memang sudah mantap, namun akan lebih keren bila Harta Vaeran dibuat terdiri dari satu set, yang terdiri dari perlengkapan perang Vaeran: pedang, tongkat sihir, kalung, buku sihir dan sabuk. Kelima relikui itulah yang disebar ke tempat-tempat rahasia, yang rupanya harus dilengkapi sebagai kunci dan petunjuk untuk mendapatkan relikui Genggaman Vaeran, batu bertuah yang jadi harta keenam. Jadi tim Karnthe tidak melulu menemukan “batu petunjuk” (atau sesekali harta kekayaan) saja. Bisa jadi batu-batu petunjuk itu ditemukan bersama dengan kelima relikui kunci itu.
Yah, mungkin ini akan terdengar lebih berbau RPGlicious, tapi setidaknya setiap sepak terjang, setiap tahapan yang dilalui tim Karnthe itu membuahkan sesuatu yang lebih “value-added”. Misalnya bisa diatur Karnthe dapat kalung, Saeliya tongkat sihir, Ah Fuk buku, Karin kalung dan Certeus sabuk sepanjang perjalanan – bukan diberikan sekaligus di babak akhir cerita.
Jadi, “Perburuan Pedang” di Bab 17 bisa dimodifikasi sebenarnya adalah untuk salah satu dari set Harta Vaeran itu, tidak terkesan “numpang lewat asal Karnthe dapat modal”. Pedang pertama si Karin sebenarnya sudah bagus, kok, tapi mungkin kurang ampuh untuk melawan naga.
Bagus, tak masalah dan tak selalu perlu ada adegan “cin-lok” (cinta bersemi di lokasi), jodoh-jodohan dan romansa dalam kisah yang satu ini. Walaupun kelihatannya Certeus dan Karin bisa jadi pasangan serasi… (Jitak Sang Musafir! Memangnya saya ini paparazzi buat infotainment antar-duniakah? Fan service untuk pembaca wanita?)
Hal-hal yang Sang Musafir usulkan untuk penulis dan proyek Vandaria pada umumnya:
Seperti pengalaman Sang Musafir sendiri, mungkin cukup sulit untuk menambahkan peta dunia yang rinci dalam novel, komik, dan sebagainya. Ini mengingat Vandaria adalah dunia fantasi yang luas, kompleks dan selalu berubah-ubah nama tempat, apalagi nama-nama kerajaannya yang bangun dan runtuh sangat sering. Akan lebih membantu pembaca bila setidaknya diselipkan satu peta singkat yang langsung berhubungan dengan cerita. Misalnya, rute perjalanan tim Karnthe, termasuk kota-kota dan tempat-tempat penting yang mereka lalui.
Sistem keterangan dunia dan istilah yang dicantumkan pada footnote sangat membantu para musafir mendapatkan gambaran tentang Dunia Vandaria. Sang Musafirpun menggunakan metode ini dalam karya-karya awalnya.
Di sisi lain ada baiknya mencoba sistem Daftar Istilah (Glosarium) untuk menampung istilah-istilah ala fantasi yang bertebaran, agar pembaca dapat mengakses informasi kapan saja dan terpusat di satu tempat, yaitu bagian belakang buku. Sang Musafir kini mencoba sistem Glosarium Alfabetis (saking banyaknya istilah).
Selain Glosarium Alfabetis, Sang Musafir juga mencoba menerapkan footnote sebagai penampung side-story, deskripsi atau penjelasan panjang-lebar atau flashback. Mungkin Wirya dan Tim Kreatif Vandaria bisa menerapkan metode itu pula di novel-novel berikutnya.
Terbitkan satu buku khusus mengenai perkenalan Vandaria, dimana Hikayat Vandaria, para pahlawan (dan penjahat) besar, religi, geografi dan lain sebagainya dijabarkan secara sistematis. Bisa juga itu menjadi sisipan, catatan belakang atau buklet dalam buku Kumpulan Cerpen atau salah satu novelnya.
Pemanfaatan network produk dengan contohnya menyisipkan Trading Card Game, poster, postcard atau merchandise dalam novel / komik / majalah / CD game atau bonus CD game pada novel edisi khusus yang diterapkan Vandaria itu sudah hebat. Orientasi multimedia yang saling mendukung itulah yang diharapkan menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi para world-builder lainnya termasuk Sang Musafir sendiri.
Istilah frameless bilamana di-Indonesiakan bisa jadi nirfana (nir-fa-na) atau malah nirvana (juga dipakai sebagai nama negeri besar di Vandaria di era kekuasaan “Raja Tunggal, hey!”
Nah, di akhir perjalanan dinas ke Vandaria kali ini, Sang Musafir bersalam-kompak dengan si “Mr. O” yang ternyata adalah Vaeran sendiri yang sengaja memonitor batu-batu petunjuknya dari alam sana, lalu mampir untuk mengamati dan memberi penjalasan pada para musafir yang mampir mengikuti petualangan ini.
Sungguh sebuah salam perkenalan yang manis dari Vaeran, yang dengan meyakinkan mengundang lebih banyak musafir melancong ke Dunia Vandaria. Ini cerita “feel-good” yang menyegarkan, patut dikoleksi sebagai acuan untuk menyelami epik-epik Hikayat Vandaria lainnya. Dan untuk Wirya, selamat dan semoga masukan Sang Musafir ini bisa membantu untuk melanjutkan sukses di karya-karya berikutnya.
Vaeran Iervaanah menunggu kunjungan musafir-musafir berikutnya ke Vandaria.
Situs resmi Vandaria Saga:
http://www.vandaria.comFacebook:
http://www.facebook.com/vandaria
View all my reviews
No comments:
Post a Comment