Pelangi di Naungan Mentari
Komik M&C KOLONI
Karya: Tim IRREGULARS (Indra W.W. dan K.K.)
Resensi Video oleh The Webcomic Relief
Sumber:
http://youtu.be/DrBucoE4jH8
Website WR: www.hellriiser.com
PdNM Webcomic (Bahasa Inggris):
http://meaningful-memento.smackjeeves.com/comics/1388672/indonesian-cover/
Resensi Sang Musafir
Untuk apakah seseorang membuat komik? Untuk menghibur, menyampaikan pesan, mendidik, menggugah pembaca atau sekedar kepuasan pribadi? Itulah yang menjadi pertanyaan Sang Musafir setiap kali beliau ingin berkarya.
Untuk menjawab ini, sesuai rekomendasi, Sang Musafir lalu menyempatkan waktu menilik dan memiliki manga "Pelangi di Naungan Mentari" ini. Walhasil, ternyata kumpulan cerita pendek tentang cinta, persahabatan dan rasa kemanusiaan yang romantis ini berhasil menyentuh (bukan membelai-lebay) hati.
Tak lupa pula ada sejumput hiburan penuh aksi. Membacanya seperti menyantap gado-gado bergizi ditambah hot chocolate dan cemilan banana split (lho kok jadi makanan lagi?)
Nah, sekarang Sang Musafir mencoba mengulas satu-persatu:
Cerita Warna 1, 3 dan 5 (cerita utama) dihiasi oleh empat sekawan yang dipersatukan oleh bintang kelas. Fokus utamanya pada Guntur yang tinggi-besar dan berotak agak lamban.
Namun, semakin dalam orang mengenalnya, tampaklah bahwa ia sebenarnya berhati lembut, penyayang, pekerja keras dan "berisi" segudang kebaikan. Bersiap-siaplah untuk terharu-biru!
Jadi intinya adalah: Bila ingin mengenal seseorang, caritahulah kelebihan di balik kelemahannya dan cobalah menerima itu semua apa adanya. Baru dari sanalah persahabatan atau cinta bisa tumbuh dengan alami dan berakar kuat. Itulah cara yang benar dalam membangun hubungan. Perhatian, toleransi, empati dan ketulusan hati tanpa pamrihlah alatnya yang pas.
Cerita warna 2: "Tempat Hatimu Berada" disampaikan dengan plot yang sederhana namun mengandung pesan moral yang jelas: Rumah tempat hatimu berada bukanlah uang, kejayaan dan ketenaran, namun sejatinya adalah tempat dimana cinta kasih mengalir tanpa syarat.
Itulah yang diharapkan dari seorang istri, suami, orangtua, anak, sahabat, bahkan dalam bisnis dan politik. Pendeknya dari seluruh umat manusia yang ingin merasakan kesejatian hubungan dengan orang lain dan kebahagiaan sejati.
Cerita warna 4: Pungguk di Balik Bulan menggambarkan kondisi ideal dari orang-orang yang "berhasil disadarkan" oleh kesejatian sebuah hubungan.
Dalam kasus ini adalah seorang pria yang mengalami krisis kepercayaan diri dan wanita yang (kebetulan) masih sadar dan tidak (atau belum) sampai tersesat, tercemar oleh kenikmatan hidup karena glamor-gemerlapnya dunia hiburan.
Beliau ulangi lagi, INI KONDISI IDEAL. Ironisnya, kenyataan dunia nyata tak selalu, bahkan jarang semulus itu. Para penyuka infotainment mungkin akan tertawa sinis membaca ini, dan para pria yang kebanyakan harus puas dengan "Big Bad Pack" alih-alih "Sixpack" akan melontarkan komentar: "Wah, ia sungguh pria beruntung."
Sebaliknya, hendaknya kita terus berjuang mengusahakan kebahagiaan, keidealan dan kesejatian itu. Semoga beruntung dan bilamana tidak, belajarlah untuk mensyukuri apa yang ada di diri kita. Kira-kira pesan moralnya.
Semoga bisa jadi pungguk di balik bulan daripada pungguk merindukan bulan.
Cerita warna 6: Seribu Lapis Langit terkesan adalah sebuah pilot project yang berupa prolog sebuah saga, yang akan bersambung bila diberi kesempatan untuk itu. Sang Musafir sempat tergelitik untuk meng-"Everna"-kan kisah ini sebagai cerpen lepas Universe Everna ciptaan beliau. Yah, baru tergelitik saja.
Adegan pertarungan, jurus-jurus canggih dan humor segar cukup jadi nilai tambah dan kekuatan cerita ini.
Beberapa catatan:
Andai unsur "agen rahasia menjalankan misi pemerintah" dipangkas dan Millia-Lexus hanya ingin menempa senjata superior agar jadi lebih "kuat" saja, cerita akan lebih sederhana dan lebih fleksibel untuk diadaptasi.
Setidaknya pembaca dapat menyerap pesan moralnya: Kekuatan sejati bukan semata-mata didapatkan dari senjata, melainkan (seperti yang pernah disampaikan Sang Musafir dalam karyanya) berasal dari 3 unsur: Kekuatan nyata, kecerdasan dan yang terpenting: kekuatan HATI.
Dan satu lagi, di atas langit masih ada langit. Zedd dan Montero. Mengingatkan agar membuang kesombongan dan rasa puas diri, sebaiknya agar menempa diri lewat kerja keras dan pengalaman yang tak ternilai harganya.
Ditinjau dari segi gambar, penerapan gaya anime klasik ala Studio Ghibli di sini tampak rapi jali, membuat cerita gaya apapun entah itu "slice of life" ataupun fantasi jadi manga yang klasik dan "classy" tak perlu jadi ambisius dan epik.
Kesimpulannya, bila anda ingin rasa yang berbeda dari "sensasi gila-gilaan", "Pelangi di Naungan Mentari" menyajikan rasa lain yaitu kesederhanaan yang menyentuh hati, mengarahkan pemikiran ke jalur yang benar sekaligus hiburan yang menyegarkan jiwa. Mau?
No comments:
Post a Comment