Cinta dan Pertarungan Imajinatif Makhluk Fantasi
Obrolan Pembaca Media Indonesia (OPMI) Juli 2011 memilih bukuberjudul The Iron King karangan Julie Kagawa sebagai topik bahasan.
Buku terjemahan yang diterbitkan Penerbit Kubika ini bercerita tentang
perjalanan sekaligus pertarungan Megan Chase. Ia adalah anak perempuan berusia 16 tahun yang merasa dirinya tidak menarik, hingga akhirnya
menyadari bahwa ia berbeda dari manusia lainnya.
DINNY MUTIAH
KETIKA memasuki usia 16 tahun, sebagian besar orang lazimnya merayakannya. Sebab, di usia itu, manusia memasuki fase yang tidak
sepenuhnya dewasa, tetapi juga bukan anak kecil lagi.
Bagi Megan Chase, yang hidup bersama ibu dan ayah tirinya, Luke, serta adik tirinya, Ethan Chase, ketika memasuki usia tersebut, yang terjadi malah keanehan-keanehan pada diri dan lingkungannya.
Kisah ini diawali dengan cerita bahwa tiba-tiba saja Megan kehilangan ayah kandungnya sehingga sang ibu memutuskan pergi ke kota kecil dan
hidup dengan peternak babi yang sederhana, yakni Luke. Saking sederhananya, Luke tak mengizinkan Megan memiliki telepon genggam dan hanya bergantung pada telepon rumah.
Ia juga tak bersedia membelikan Megan laptop dan hanya menyediakan komputer lama yang lelet.
Ethan, adik laki-laki tiri Megan yang berusia empat tahun, sangat memperhatikan kakaknya. Ia bahkan satu-satunya orang di rumah yang
meng ingat hari ulang tahun ke-16 Megan.
Selain itu, ada pula Robbie, sahabat Megan, yang latar belakangnya tak pernah benar-benar disadari, tetapi ia selalu berada di dekat Megan.
Segala keluh kesah dan curah an hati tak ragu disampaikan pada Robbie. Semua berjalan seperti biasa hingga ia menyadari keanehan.
Tepat pada hari ulang tahunnya, Megan menemukan ibunya tersungkur bersimbah darah di dapur. Ia juga menemukan Ethan di dekat ibunya, duduk memojok dengan mimik aneh.
Megan yang khawatir segera membangunkan ibunya sembari berusaha mengendalikan situasi. Saat siuman, ibunya menolak untuk diperiksakan ke rumah sakit hingga suaminya memaksanya.
Di dalam rumah tinggal dia dan adik tirinya itu. Namun, tingkah Ethan dirasakan semakin aneh dan membuat Megan bingung. Sampai akhirnya, Ethan berusaha melukai Megan dengan menggigit pergelangan kakinya.
Di saat yang kritis itulah Robbie masuk menyelamatkannya. Ia meminta Megan meminum cairan yang disebut ramuan kabut dan menjelaskan
situasi yang terjadi.
Ternyata Ethan yang berada di dekat Megan saat itu bukanlah Ethan yang sebenarnya, melainkan changeling, monster yang mengubah bentuk menyerupai Ethan dan menggantikan posisinya. Di lain pihak, keberadaan Ethan tidak diketahui.
Yang pasti, Ethan dibawa ke Nevernever, dunia tempat para fairy (peri) berada. Karena rasa cintanya terhadap Ethan, Megan kemudian memutuskan untuk menyelamatkan adiknya meski Robbie, yang ternyata seorang tokoh fiktif di A Midsummer Night’s Dream: Robin Goodfellow, sudah memperingatkan apa yang akan dihadapinya.
Ketakutan akan kehilangan adiknya itu mengalahkan perasaan takut saat menghadapi perjalanan yang tak pernah dibayangkannya.
Dari situlah cerita fantasi sang pengarang terus mengalir. Hampir semua tokoh fantasi yang ada di cerita-cerita fiksi ber kumpul dan hidup dalam imajinasi manusia ditemukan sepanjang perjalanan pencarian tersebut.
Ramuan eksis
Julie Kagawa, si penulis, cerita menggunakan sudut pandang
orang pertama dalam penceritaan kisahnya. Untuk memper kaya tulisan, ia tak perlu pusing untuk menciptakan tokoh fiksi baru. Ia pun meminjam tokoh fiksi yang sudah ada.
“Istana terang sendiri sudah ada sebelumnya. Itu dilandaskan sebagai cerita dasar. Baru di kembangkan ke cerita gelap,” kata salah seorang partisipan OPMI, Andry Chang, dalam per temuan OPMI di Delifrance Cafe, Plaza Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagian lain yang menunjukkan karya Julie tak sepenuhnya original ditunjukkan melalui tokoh Grimalkin, yang ada di cerita Alice in Wonderland.
Bahkan, ada plot cerita yang memang mengikuti cerita tersebut, yakni saat Megan menginap di rumah Twiggs yang bertubuh kurang dari semeter.
Tubuh Megan ikut menciut saat masuk ke rumah itu.
Untungnya, hal itu tidak menjadi masalah bagi pembaca, terutama yang bergabung dalam OPMI. Ramuan Julie dalam menciptakan konflik menjadikan novelnya berkesan penuh suspense, membuat pembaca tak ingin menutup buku sebelum usai.
Hal itu juga diungkapkan partisipan OPMI, Marcel. “Saya lebih suka cerita itu ada twist-nya. Kalau tidak seperti itu, buku itu jadi tidak menarik.”
Pembaca cerita fiksi pemula yang bergabung sebagai partisipan kali ini, Mahmudah, mengaku cukup repot dengan tokoh-tokoh imajinatif yang dihadirkan di Iron King. Meski demikian, ia mengaku cukup nyaman mengikutinya karena cerita seru yang tergambar di dalamnya.
“Ini pertama kalinya aku baca novel fiksi. Awalnya sempat bingung, balik lagi, balik lagi saat menemukan tokoh yang aneh itu. Tapi, secara keseluruhan mudah dicerna. Mirip seperti Lord of the Rings, ya.”
Tradisionalitas vs modernitas
Seperti kelaziman cerita fantasi, selalu ada pesan moral yang terkandung di dalamnya. Begitu pula buku seri pertama The Iron King ini.
Salah seorang peserta OPMI, Aan Widiatman, mengatakan cerita dalam Iron King mengajarkan filosofi penghargaan terhadap alam. Raja besi yang tinggal dalam dunia imajinatif diibaratkan sebagai mesin yang ada di dunia nyata.
Keberadaannya menggantikan peran alam, tetapi lebih banyak dalam konotasi yang negatif.
“Dia (Julie) mempertahankan cerita bahwa pohon yang natural itu bisa mengalahkan besi. Itu filosofi yang bagus sekali bahwa kita harus mencintai alam,” ujar Aan.
Lelaki yang bekerja di sebuah ormas itu juga menemukan nilai, dalam cerita tersebut, setiap manusia punya nilai luhur, apa pun kondisinya. Itu ada dalam cerita tikus pemulung yang dituliskan Julie.
Aan merasa Julie berusaha menyindir manusia lain dengan cara yang halus. Pendapat tersebut didukung partisipan OPMI yang lain, Silvero. Menurut penerjemah lepas itu, cerita tersebut seakan wujud fiksi dari
buku American God.
“Kekuatan novel ini pada pesan-pesan moralnya. Ketegangan yang dibangun juga mendukung dengan variasi monster yang banyak. Kelpie yang jarang ada saja, ada di sini,” sahutnya.
Adapun partisipan OPMI lainnya, Jenny M Indarto, mengatakan pesan kuat yang berusaha ditampilkan penulis adalah mengutamakan keluarga. engorbanan Megan saat mencari adik semata wayangnya dinilai luar biasa.
Acara OPMI sore waktu, yang didukung oleh Good Reads Indonesia serta TM
Bookstore, terasa cair. Sebagian besar peserta menilai buku fiksi Iron King cukup memikat untuk dibaca.
Segera kirimkan biodata Anda ke miweekend@mediaindonesia.com untuk ikut berpartisipasi dalam OPMI edisi selanjutnya. (M-1)
Link ke sumber artikel bisa diakses di sini
http://www.mediaindonesia.com/jendelabuku/2011/07/09/cinta-dan-pertarungan-imajinatif-makhluk-fantasi/
Lebih banyak info mengenai "Iron King" di Goodreads.com bisa diakses di sini
http://www.goodreads.com/book/show/6644117-the-iron-king
No comments:
Post a Comment