Selamat Datang, Para Penjelajah!

Bersiaplah untuk menjelajahi dunia ciptaan imajinasi dari para pencipta dunia dari Indonesia. Dunia-dunia penuh petualangan, keajaiban dan tentunya konflik antara kebaikan dan kejahatan. Maju terus para penulis fantasi Indonesia! Penuhi Takdirmu!

Fantasy Worlds Indonesia juga adalah blog resmi dari serial novel, komik, game dan multimedia FireHeart dan Evernade karya Andry Chang yang adalah versi Bahasa Indonesia dari NovelBlog berbahasa Inggris Everna Saga (http://fireheart-vadis.blogspot.com) dan FireHeart Saga (http://fsaga.blogspot.com)

Rubrik Utama Fantasindo

11 January 2011

Icylandar - The Elf's Kingdom


Icylandar – The Elf’s Kingdom
Penulis: Dionvy
Penerbit: Pustaka Redemptor, September 2010
Total isi: 684 halaman, Paperback

--------------------------------


Liburan di Negeri Elf, Icylandar

Resensi oleh: Andry Chang

Setelah beberapa kali mengunjungi dunia-dunia antah-berantah, menulis catatan perjalanannya dan membagikan beberapa di antara catatan-catatan itu pada dunia nyata, Sang Musafir sekali lagi melangkahkan angannya.

Kali ini beliau mengunjungi Kerajaan Elf, Icylandar. Tentang elf, kaum “pendatang dari dunia nyata” mungkin akan bertanya-tanya saat melihat judulnya – Makhluk macam apakah elf itu? Dan mengapa judulnya “The Elf’s Kingdom”, bukan “The Elf Kingdom” atau “Kingdom of the Elves”?

Bila kita memperhatikan gambar sampulnya, lukisan cat air yang indah karya Mario Diaz dan Christian Chandra, barulah kita mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang elf yang benar-benar menggugah Sang Musafir untuk membeli novel ekstra tebal ini saat pertamakali melihatnya di tumpukan di toko buku – meskipun agak tergelitik oleh grammar pada judulnya dan memang sudah tahu kalau buku ini bukan terjemahan dari penulis luar negeri dari forum terkait.

Dalam kisah Icylandar Buku Pertama ini, Sang Musafir ikut berpetualang bersama Padris, Louie dan kawan-kawan – atau lebih tepatnya – berwisata. Lho, bukankah cerita fantasi seharusnya penuh dengan bahaya, misteri dan ketegangan di setiap babnya? Jawabannya, tak semuanya harus demikian.

Untuk menjelaskannya, mari kita urai satu-persatu. Saat Sang Musafir tiba di Icylandar, satu dari enam pecahan Kerajaan Elf Rowland, beliau tak hentinya terngaga. Bukan hanya pada pegasus-pegasus yang berkeliaran di hutan atau memenuhi udara, baik yang bebas atau menjadi tunggangan, namun juga para elf sendiri.

Sesuai deskripsi di Kata Pembuka dan sepanjang alur cerita, ciri-ciri, kemampuan dan daur hidup elf tak jauh berbeda dengan versi umum, bahkan di karya-karya lain yang menerapkan pakem Tolkienisme. Perbedaannya yang mencolok hanya satu: Telinga elf di cerita Icylandar 1 ini TIDAK LANCIP ujungnya, dan ini ditunjukkan lewat ilustrasi dalam cerita hasil sapuan tangan dingin Mario Diaz.

Walau merasa agak aneh, Sang Musafir telah mengklarifikasi bahwa inilah pernyataan Sang Dewi Pencipta, Dionvy yang lugas tentang elf di dunianya, bukan kesalahan dan memang bukan masalah.

Selanjutnya, Sang Musafir menyimak kehidupan Padris, Louie dan tokoh-tokoh lainnya di Icylandar yang setengahnya adalah suatu PROSES pembentukan, pelatihan pahlawan. Harus diakui, proses ini dan segala peristiwa yang melibatkan tokoh-tokoh dengan karakter yang cukup bervariasi ini adalah bagai wisata yang menyenangkan, diselipi dengan petualangan, ketegangan dan pengungkapan konflik utama secara bertahap seperti menyusun bagian-bagian puzzle untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang cukup mengundang rasa penasaran Sang Musafir.

Tetap saja, beliau tak merasa terburu-buru mengungkap misteri untuk mencocokkannya dengan tebakannya. Sang Musafir malah memilih santai, meresapi kata demi kata, dan kadang tertawa-tawa sendiri menyimak tingkah laku Raiden dan Louie, para comic relief, sedikit terusik oeh Vinze, Farrel dan Ruben yang menyebalkan dan terkagum oleh keelokan Naya, ketenangan Keysuu, keperkasaan Rodrigo dan Antolin, kelembutan dan kebaikan hati Rafael dan Padris serta kemisteriusan Ratu Naftili dan kebijaksanaan Taliana.

Pada akhirnya, sesuai sinopsis di cover belakang, semuanya bermuara pada konflik besar antara keenam klan elf yang ingin jadi pemimpin takhta dan adanya tokoh kunci yang telah diramalkan sebelumnya dan usaha melindungi dan mempersiapkan tokoh kunci itu seiring situasi yang bertambah genting. Perkiraan Sang Musafir, bila inti cerita buku pertama Icylandar ini adalah PROSES, maka mungkin inti buku kedua adalah PERJALANAN dan PENENTUAN sebagai inti cerita buku ketiga.


Icylandar Fan Sketch by ~vadis on deviantART
Keterangan tokoh pada gambar: (atas ke bawah,kiri ke kanan)
Ratu Naftili - 3 Jenderal: Rafael, Antolin, Rodrigo - Padris & Louie


Walaupun secara umum Sang Musafir memahami fungsi ramalan sebagai penentu awal tujuan suatu cerita, namun beliau agak berharap Dewi Dionvy menyisipkan beberapa twist yang menyatakan “tak semua harapan dan ramalan jadi kenyataan” dan “musuh terbesar bukanlah musuh yang telah ditentukan sejak awal” di jilid-jilid Icylandar selanjutnya.

Nah, setelah menutup lembaran terakhir novel ini dengan rasa segar di angan, Sang Musafir mendapat kesan bahwa karya Dionvy ini adalah salah satu tonggak perkembangan fiksi fantasi di tanah air – dengan beberapa catatan:

Sebagian tokohnya menggunakan nama-nama manusia, bahkan nama yang cukup “umum” seperti misalnya: Louie, Rodrigo, Antolin, Ruben, Cleo dsb. Juga nama dewa: Neptune, di samping ada juga nama-nama “khas elf” seperti Padris, Naya, Naftili, Taliana, Keysuu, Zeolin dsb. Mungkin pemilihan nama oleh Dewi Dionvy ini dimaksud agar pembaca lebih mudah mengingatnya dengan mengorbankan konsistensi menurut pakem elf-isme yang baku, tapi tak apa selama ceritanya mendukung.

Ada baiknya Dionvy menyertakan Glossarium (Daftar Istilah) di cetakan-cetakan dan jilid-jilid Icylandar selanjutnya. Beberapa istilah seperti Joicii (sihir elemen alam), Jaroz (joicii istimewa yang langka), Glaudio-elmes (lambang pegasus emas), Glaudio-cesaa (meterai berkat) dan monster-monster dan makhluk-makhluk unik seperti kapoy, okluf dan sebagainya. Deskripsi dalam cerita sudah cukup jelas, namun kadang melelahkan bagi sebagian orang kalau harus bolak-balik mencari keterangan lagi kalau mereka lupa ciri-ciri istilah untuk dibayangkan dalam benak mereka itu.

Ada baiknya juga menambahkan peta Icylandar dan daerah-daerah lain yang terkait dalam cerita. Walaupun deskripsi tentang lokasi sudah cukup detail, penambahan peta akan lebih mempermudah pembaca untuk menyelami seluruh perjalanan cerita.

Suasana dan kehidupan di negeri elf yang terpapar detail dalam Icylandar mau tak mau mengingatkan Sang Musafir pada kunjungannya di Ellesmera (Eldest – Christopher Paolini). Walaupun secara detilnya berbeda, namun kedua negeri elf itu memberikan kesan “cuci mata” yang sama, dan sisipan-sisipan petualangan dan puzzle pada kedua cerita itu memberikan kesan keasyikan yang sejenis, tapi beda. Ternyata Jendral Antolin itu jago senam Rimgar, lho... Berbeda pula dengan satu dunia lain (yang Sang Musafir tak ingin menyebutnya) yang hanya menyajikan sensasi wisata tanpa sisipan “sense of urgency”, konflik, misteri atau semacamnya sehingga kalah berkesan dari Icylandar dan Eldest.

Tentu saja ada beberapa hal lain yang juga sedikit mengusik logika Sang Musafir, seperti pangkat “Jendral” yang lebih tinggi daripada “Panglima” (mungkin berasal dari perbandingan “General” dan “Commander”) dan minimnya karakter elf wanita seusia Padris – yang memang dikondisikan apa adanya sesuai peraturan pendidikan di Icylandar.

Nah, semoga sedikit catatan ini bisa membantu bagi Dewi Dionvy dan para musafir lain yang belum tahu tentang “paket wisata fantasi yang mengasyikkan” ini, dan sebagai “tour guide”, Sang Musafir sangat merekomendasikan Icylandar – The Elf’s Kingdom Jilid 1 untuk memuaskan dahaga para penikmat dunia angan akan karya anak bangsa yang berkualitas sekaligus menantikan jilid-jilid selanjutnya yang diperkirakan akan lebih seru dan intense kadar misteri dan petualangannya.

Akhir kata, terima kasih atas pengalaman klasik ini, Dionvy. Sampai bertemu lagi di Icylandar, dan juga di dunia-dunia fantasi lainnya. Sang Musafir undur diri dulu, kembali ke dunia nyata dan kembali meracik peristiwa di dunia karyanya sendiri.

Salam jitak buat Reiden, yah.

----------------------

Sinopsis:


Dulu hanya ada satu tahta kerajaan elf.
Namun akhirnya, tahta itu pecah menjadi enam klan.
Dan kini, keenam klan itu harus disatukan kembali atau seluruh ras elf akan musnah.
Ironisnya, setiap klan ingin menjadi sang pemimpin tahta.

Padris dan Louie hanyalah dua anak elf Icylandar yang setiap harinay pergi berlatih memanah ataupun ilmu pedang bersama teman-teman mereka, berenang di danau, mengumpulkan bulu-bulu angsa putih untuk dijadikan mantel, mengikuti pertandingan memecahkan teka-teki, dan juga bermain benteng salju di waktu musim dingin.

Saat satu-persatu kisah bergulir ke telinga mereka, tahulah mereka bahwa semua latihan mereka bukanlah permainan. Klan Icylandar juga ingin menguasai tahta. Dan itu artinya, sebelum mereka sempat tumbuh dewasa, pedang mereka harus sudah siap untuk menebas musuh.
Andai saja pertempuran bisa dihindari. Namun mungkinkah? Karena terkadang sejarah hanya bisa diperbaiki dengan menggunakan pedang.

----------------------------
Untuk keterangan lebih lanjut tentang Icylandar dan pemesanan langsung dapat menghubungi Pustaka Redemptor lewat e-mail: pustakaredemptor-at-yahoo-dot-com, atau blog http://dionvy.blogspot.com, atau bisa juga mendapatkannya langsung di toko-toko buku kesayangan anda.

Keterangan di Goodreads.com:
http://www.goodreads.com/book/show/9521742-the-elf-s-kingdom

Review Icylandar di Goodreads:
http://www.goodreads.com/review/show/136429080

3 comments:

DIONVY said...

Sampai kubaca berulangkali review ini dan pilihan kata2nya membuatku terpikat. Dan hei ini memang review yg indah.

Suatu kebanggaan tersendiri bagiku ada yg bersedia menyempatkan diri untuk membuat review yg sedemikian indah ttg dunia icylandar dan elf-elf nya yg kadang baik tetapi lebih sering konyol :p

Dan gambarnya itu lho bagus banget. Aiihhh berapa lama itu nggambarnya?
Mukanya Padris dan Louie bisa keliatan ceria :))

Joy Kristiani said...

Hai… saya baru saja selesai membaca Icylandar… Terus terang awalnya saya sempat bosan dengan alurnya yang agak lambat (menurut saya ya, yang awam ini). Namun saya surprise juga kalau Icylandar ini karangan anak negeri. Karena bukannya selama ini kalangan umum beranggapan bahwa dongeng tentang ”elf” adalah ”milik barat”, sama seperti silat atau shaolin adalah ”milik timur”?
Btw, review yang bagus sekali... Saya sebenarnya adalah pengagum JRR Tolkien dan CS Lewis untuk buku-buku karya mereka The Lord of The Rings dan Chronicle of Narnia.
Terus terang saya langsung membayangkan elf-elf yang ada di dalam buku seperti si ganteng Orlando Bloom di The Lord of The Rings (the movie). Tapi saya menghargai Mba’ Dionvy. Waktu saya tahu ini ini karya anak negeri sendiri, saya memang surprise tapi sebenarnya nggak terlalu heran. Karena nilai-nilai yang teranut dalam karya ini sungguh bagus, yang sudah jarang dimiliki oleh karya-karya fantasi modern dari barat bahkan sekaliber Harry Potter dan Percy Jackson sekalipun.
Salut sekali lagi untuk Mba’ Dionvy.

Andry Chang said...

Thx Dionvy buat komentarnya. Itu yang karakter2 Icylandar digambar 2 kali, lho. Yang pertama kira2 kurang dari 1 jam, yang kedua antara 1-2 jam - itupun semua baru sketsa yang dihaluskan saja.

Berita Antar Dunia

Pusat Berita Dunia-Dunia